Sejumlah bank terus berupaya menambah modal untuk memperkuat lini bisnis mereka. Penambahan modal ditempuh dengan penerbitan saham baru.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI memerlukan modal tambahan. Tambahan modal itu dilakukan dengan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue senilai Rp 5 triliun. Aksi korporasi ini akan dilakukan pada triwulan ketiga mendatang. Tujuan penambahan modal untuk ekspansi.
Kebutuhan permodalan ini seiring dengan proyeksi kenaikan pangsa pasar perbankan syariah BSI dari 7 persen menjadi setidaknya 10 persen.
”BSI perlu memperluas jaringan sehingga jangkauan bisnisnya lebih luas dan menjadi bank syariah yang universal,” ujar Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/5/2022).
Selain itu, sebagai bank syariah komersial, kecepatan layanan melalui fitur produk BSI pun perlu ditingkatkan tanpa mengurangi aspek kenyamanan.
”BSI dapat menjadi bank yang lebih modern dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial. Harapannya, akuisisi customer baru lebih cepat,” kata Kartika.
Pemegang saham BSI saat ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (50,95 persen), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (24,91 persen), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (17,29 persen), DPLK BRI (1,83 persen), dan BNI Life Insurance (0,01 persen).
Sementara itu, emiten bank syariah lainnya, PT Bank Aladin Syariah Tbk, juga sedang melakukan proses right issue. Perdagangan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada 18 Mei lalu, sedangkan di pasar tunai pada 20 Mei 2022.
Bank Aladin menawarkan sebanyaknya 1.999.933.723 saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaan sebesar Rp 2.000 per saham.
Pemegang saham utama, yaitu PT Aladin Global Ventures, memiliki 60,21 persen saham Bank Aladin Syariah tidak akan melaksanakan haknya. Aladin Global menyerahkan seluruh haknya kepada publik melalui mekanisme pasar.
Dana yang diharapkan dikumpulkan dari aksi korporasi ini, yakni sebesar Rp 4 triliun, akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan.