Industri Pengolahan Sokong Surplus Neraca Perdagangan
Angka surplus neraca perdagangan pada April 2022 sebesar 4,53 miliar dollar AS, berada di atas konsensus ekonom 4 miliar dollar AS. Secara struktur, ekspor nonmigas menyumbang 94,75 persen dari total ekspor.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA, Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja ekspor sektor pengolahan atau manufaktur dalam negeri telah menopang surplus neraca perdagangan nasional. Untuk menjaga kinerja positif ini sekaligus memperbaiki struktur ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah akan terus mendukung ekspor produk hilirisasi sumber daya alam dari industri manufaktur.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor Indonesia pada April 2022 sebesar 27,32 miliar dollar AS, tumbuh 47,76 persen secara tahunan. Adapun nilai impor sebesar 19,76 miliar dollar AS, turun 10,01 persen secara tahunan. Dengan demikian, angka surplus pada April sebesar 4,53 miliar dollar AS.
Surplus neraca perdagangan telah terjadi dalam empat bulan beruntun sejak awal 2022. Jika diakumulasi, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang periode Januari-April 2022 sebesar 16,89 miliar dollar AS, lebih besar dari surplus pada empat bulan pertama tahun 2021 yang sebesar 7,81 miliar dollar AS.
Ekspor nonmigas menyumbang 94,75 persen dari total ekspor April 2022.
Secara struktur, ekspor nonmigas menyumbang 94,75 persen dari total ekspor April 2022 dengan perincian sektor industri pengolahan sebesar 69,86 persen (19,09 miliar dollar AS); industri pertambangan 23,45 persen (6,41 miliar dollar AS); serta industri pertanian, kehutanan dan perikanan 1,44 persen (390 juta dollar AS).
Adapun kontribusi ekspor migas dalam struktur ekspor nasional pada April 2022 hanya mencapai 5,25 persen (1,43 miliar dollar AS).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio N Kacaribu saat dihubungi di Jakarta, Rabu (18/5/2022), menilai positif kinerja ekspor sektor industri pengolahan yang menjadi komponen penyumbang tertinggi ekspor nonmigas. Secara tahunan, pertumbuhan ekspor industri pengolahan pada April 2022 mencapai 27,92 persen.
Ia menambahkan, sektor pengolahan atau manufaktur adalah sektor yang memiliki nilai tambah tinggi dalam perekonomian, terutama dari sisi penciptaan lapangan kerja. ”Perbaikan sektor ini terpantau sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pada Februari 2022,” kata Febrio.
Arah kebijakan pemerintah, lanjutnya, akan terus menggalakkan kinerja ekspor pada sektor pengolahan yang bernilai tambah tinggi dengan memperkuat hilirisasi sumber daya alam Indonesia. Sejumlah contoh produk sektor manufaktur penopang ekspor adalah produk hilirisasi tambang dan mineral seperti produk besi dan baja.
Febrio mengatakan, selain produk hilirisasi tambang dan mineral, ke depannya pemerintah juga akan terus mendorong ekspor produk hilirisasi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam bentuk margarin dan sabun mandi, serta produk hilirisasi petrokimia, seperti etilena dan propilena.
Potensi penguatan nilai ekspor di sepanjang 2022 ia nilai masih akan terus terbuka seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut. ”Kondisi ini perlu diimbangi dengan pertumbuhan ekspor nonmigas yang konsisten kuat. Pemerintah berupaya agar perbaikan struktur ekonomi yang fundamental ini terjadi secara berkesinambungan,” ujar Febrio.
Potensi penguatan nilai ekspor di sepanjang 2022 masih akan terus terbuka seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut.
Meski begitu, pemerintah akan terus mewaspadai dampak tak langsung dari konflik bersenjata Rusia-Ukraina, baik yang berkaitan dengan pelemahan kinerja ekonomi global maupun lonjakan harga komoditas. Pasalnya, disrupsi perdagangan global akan menekan laju pemulihan ekonomi global yang diproyeksikan semakin melambat.
Di sisi lain, lonjakan kenaikan harga komoditas, khususnya energi dan pangan, tetap berpotensi mendorong kenaikan inflasi di dalam negeri. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga dan kecukupan ketersediaan kebutuhan pangan pokok dan energi, termasuk memberikan bantalan kebijakan berupa bantuan sosial untuk kelompok berpendapatan rendah.
Dalam laporannya, ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Faisal Rachman, mengatakan, angka realisasi surplus neraca perdagangan pada April 2022 jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus pasar sebesar 4 miliar dollar AS. Ia memperkirakan, surplus neraca barang pada neraca transaksi berjalan hingga akhir tahun akan menyusut karena impor akan mengejar ekspor, seiring dengan pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, perang Rusia dan Ukraina telah memperpanjang tren kenaikan harga komoditas di tengah krisis energi global yang sedang berlangsung sehingga kondisi ini akan terus mendukung kinerja ekspor dan menjaga surplus neraca perdagangan dalam waktu yang relatif panjang.
”Neraca transaksi berjalan pada tahun ini masih berpotensi mencatat surplus kecil, melanjutkan surplus tahun lalu sebesar 0,28 persen dari PDB,” tulis laporan tersebut.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani mengatakan, situasi saat ini dapat menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah dan industri untuk menggenjot diversifikasi ekspor produk manufaktur, khususnya di pasar-pasar baru.
”Industri dalam negeri bisa ekspor produk pangan dan mamin (makanan-minuman) ke negara-negara yang mengalami krisis pasokan pangan saat ini. Celah-celah yang seperti ini yang perlu kita perhatikan dan manfaatkan untuk meningkatkan diversifikasi ekspor kita,” ujarnya.
Shinta menuturkan, ekspor Indonesia yang saat ini masih dalam tren kenaikan dipengaruhi melonjaknya harga komoditas di pasar global. Pada saat bersamaan, Indonesia berhasil menggenjot ekspor komoditas batubara dan barang tambang lain selama empat bulan pertama tahun ini
”Selama kita bisa memastikan adanya stabilitas pasokan komoditas energi dan tambang untuk kebutuhan industri dalam negeri, khususnya industri pengolahan logam dasar dan industri hilir lainnya, saya rasa sah-sah saja untuk kita menggenjot ekspor komoditas kembali,” kata Shinta.