Wabah penyakit mulut dan kuku di Jawa Timur terus meluas dan kian menyulitkan penanganan jika tidak didukung kebijakan penanggulangan yang terpadu dan komprehensif.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang populasi ternak di Jawa Timur terindikasi kuat meluas. Mulai muncul kasus-kasus suspek atau ternak diduga terserang penyakit mulut dan kuku di sejumlah daerah yang sebelumnya berstatus aman atau belum ada laporan.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan Ahmad Hafid, tim kesehatan hewan memeriksa 633 sapi potong yang ada di kabupaten terbarat Pulau Madura tersebut, Senin (16/5/2022). ”Ada 37 sapi potong yang bergejala sehingga menjadi suspek,” katanya saat dikonfirmasi dari Surabaya, Selasa (17/5/2022).
Hafid melanjutkan, sampel dari 37 sapi itu sedang diteliti dan diuji di Pusat Veteriner Farma di Surabaya. Dari penelusuran tim kesehatan hewan, 37 sapi berasal dari luar Pulau Madura. Sebanyak 2 sapi telah disembelih peternak dengan pendampingan dan arahan tim kesehatan hewan. Sapi yang belum disembelih telah dipisahkan dan diisolasi dalam kandang tertentu.
Secara terpisah, Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kabupaten Lamongan Arif Bachtiar mengatakan, wabah PMK telah menyerang 11 kecamatan di kabupaten tersebut, yaitu Tikung, Sarirejo, Kembangbahu, Mantup, Ngimbang, Sugio, Turi, Lamongan, Sambeng, Modo, dan Paciran.
Berdasarkan data tim kesehatan hewan Sabtu (14/5/2022), ada 149 ternak, terutama sapi potong, yang terserang PMK. Dari jumlah itu, 72 ekor telah sembuh dan 5 ekor mati. Berdasarkan data terbaru atau sampai Selasa ini, ternak terjangkit mencapai 186 ekor yang 73 di antaranya telah sembuh dan 6 ekor mati. Data mengonfirmasi bahwa wabah PMK meluas di Lamongan.
Arif melanjutkan, pada awalnya, PMK mewabah di empat kecamatan saja, yakni Tikung, Sarirejo, Mantup, dan Turi. Namun, dalam sepekan, wabah meluas ke Kembangbahu, Sugio, dan Ngimbang. Meski wabah meluas, pemerintah mengklaim PMK dapat dikendalikan. Salah satu indikatornya, peningkatan jumlah ternak yang dapat disembuhkan.
Pemerintah telah berupaya menempuh kebijakan terintegrasi untuk menahan wabah. Hal itu, antara lain, penutupan pasar hewan, penguncian wilayah, pengetatan lalu lintas ternak, serta penyemprotan cairan sanitasi di lingkungan rumah potong hewan (RPH), kandang, kendaraan angkut ternak, dan pasar hewan. Ternak yang sakit atau terindikasi diobati dan diawasi.
Catatan Kompas, wabah dilaporkan terjadi di Gresik (28 April 2022), Lamongan dan Sidoarjo (1 Mei 2022), serta Kabupaten Mojokerto (3 Mei 2022). Wabah kemudian meluas ke Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Kabupaten Malang yang terkonfirmasi sebagai daerah terjangkit. Tidak berhenti di sana, dugaan wabah juga menyerang sebagian ternak di Surabaya, Jombang, Jember, dan Kabupaten Pasuruan. Kemunculan suspek di Bangkalan memperlihatkan wabah meluas.
Namun, wabah PMK setidaknya di Surabaya belum berdampak pada penurunan permintaan atau pasokan komoditas tersebut. Harga daging sapi masih dalam kisaran Rp 115.000-Rp 125.000 per kilogram. Harga ini setara dengan situasi saat Ramadhan dan Lebaran (2-3 Mei 2022).
Situasi itu bisa berubah, misalnya pasokan menurun karena kelangkaan daging dalam pekan-pekan mendatang sementara permintaan tinggi sehingga harga naik. Apalagi Idul Adha 9 Juli 2022 mendekat. Daerah memerlukan pasokan daging mencukupi dengan harga yang terkendali.
Penanganan harus lebih tegas kalau menginginkan wabah bisa dikendalikan. (Muthowif)
Muthowif, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPDS) Jatim, berpendapat, tanpa penanganan ekstra dan terpadu, wabah PMK akan sulit teratasi dengan cepat. Meluasnya wabah sekadar menunggu waktu sebab belum terlihat kebijakan yang terpadu dan komprehensif.
Menurut Muthowif, jika telah ditempuh pengetatan lalu lintas ternak, idealnya tidak ada laporan kasus-kasus baru PMK di suatu daerah. Namun, fakta memperlihatkan peternak masih melakukan jual beli ternak atau mendatangkan ternak dari luar daerah yang mungkin terjangkit atau suspek. ”Penanganan harus lebih tegas kalau menginginkan wabah bisa dikendalikan,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging dan Hewan Ternak (Aspednak) Indonesia Isa Anshori mengatakan, wabah PMK mengancam keberlangsungan usaha peternak, pengepul, dan pengusaha daging. Wabah memaksa aparatur menerapkan kebijakan kaku, yakni menutup jalur distribusi ternak ke Jatim meskipun berasal dari daerah yang sementara ini belum ada laporan kasus, misalnya Bali dan Nusa Tenggara.
Kalau dikunci terus, stok daging bisa terancam,” kata Isa. Ternak dari luar Provinsi Jatim yang sehat tidak perlu dilarang masuk asalkan memiliki surat keterangan kesehatan hewan. Surat itu merupakan dokumen yang menjamin ternak tidak terkena wabah PMK. Ternak yang sehat itulah yang kemudian bisa disembelih untuk mempertahankan ketersediaan daging di Jatim.
Jatim memiliki populasi ternak terbanyak di Indonesia. Berdasarkan catatan Dinas Peternakan Jatim 2020, tercatat 4,824 juta sapi potong, 294.000 sapi perah, 230.000 kerbau dan banteng, 11.000 kuda, 3,647 juta kambing, 1,42 juta domba, dan 68.000 babi. Populasi ini kian terancam oleh perluasan wabah PMK sehingga pengawasan lalu lintas ternak ke Jatim, terutama dari provinsi yang belum ada kasus, tetap dibutuhkan.