Temuan kasus baru penyakit mulut dan kuku bermunculan di sejumlah daerah. Sejumlah pihak berharap pemerintah lebih serius mengendalikannya.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, NIKSON SINAGA, VINA OKTAVIA, AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, RUNIK SRI ASTUTI, NINO CITRA ANUGRAHANTO, KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyakit mulut dan kuku atau PMK merebak di sejumlah daerah sentra ternak di Tanah Air. Setelah Jawa Timur dan Aceh, PMK juga terdeteksi di Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, dan Kalimantan Tengah. Tanpa penanganan yang serius dan komprehensif, peternak bakal terpuruk dan rantai pasok daging berpotensi terganggu.
Di Sumatera Utara, PMK menjangkiti 598 ternak di dua kabupaten sentra sapi, yakni Langkat dan Deli Serdang. ”Hasil tes laboratorium untuk sampel dari Langkat dan Deli Serdang dinyatakan positif penyakit mulut dan kuku,” kata Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin di Medan, Jumat (13/5/2022).
Di Jawa tengah, 37 sapi dan kambing terkonfirmasi positif PMK. Rinciannya, 16 sapi dari Boyolali, 14 sapi dari Banjarnegara, 4 sapi dari Rembang, dan 3 kambing dari Wonosobo. ”Ternak yang positif itu sudah ditangani dengan cara diisolasi. Sejauh ini kondisinya terus membaik,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Agus Wariyanto.
PMK juga mulai merebak di dua daerah sentra peternakan sapi di Kalimantan Tengah. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Kalimantan Tengah Riza Rahmadi menyebutkan, ada 22 sampel yang hasilnya positif PMK di Kotawaringin Barat. Sementara di Kotawaringin Timur terdapat 26 sampel yang dikirim dan masih diuji di laboratorium.
Di Lampung, PMK ditemukan menjangkiti sapi di Desa Mulya Jaya, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Menurut Kepala Dinas Peternakan Tulang Bawang Barat, Nazaruddin, dari 23 sapi yang sakit, yang diambil sampel ada 6 ekor. ”Hasilnya sudah keluar, positif PMK,” ujarnya.
Nazaruddin menyatakan, pihaknya masih menyelidiki asal penularan PMK tersebut. Sebab, berdasarkan keterangan sejumlah peternak, sapi-sapi dari desa itu tidak dibeli dari luar daerah. Aktivitas jual beli ternak sapi hanya dilakukan antardesa atau kabupaten lain, seperti Kabupaten Tulang Bawang dan Mesuji.
Pasokan tersendat
Muhammad Nasir (60), peternak sapi dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menyatakan, dirinya sangat khawatir PMK merebak di kabupatennya meskipun ternaknya tidak ada yang terjangkit. Dia meminta pemerintah melakukan sosialisasi terkait langkah apa yang harus dilakukan jika menemukan gejala kasus PMK pada ternaknya.
Upaya pengendalian PMK dengan memperketat lalu lintas ternak juga telah berdampak pada rantai pasok. Ratusan sapi asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tertahan di kapal yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, selama beberapa hari. Ternak tak bisa dibongkar karena wabah PMK yang merebak di Jawa Timur.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan, ada 736 sapi yang saat ini tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak. Menurut rencana, sapi itu akan dikirim ke DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Cicik Sri Sukarsih mengatakan, ratusan sapi asal NTT itu tidak diperbolehkan bongkar di Surabaya karena ada kebijakan pengendalian dan pembatasan lalu lintas serta karantina ketat terhadap ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba) serta babi dan produknya yang dikeluarkan Kementerian Pertanian Jumat (6/5/2022).
”Kebijakan itu dikeluarkan sebagai langkah antisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku yang tengah mewabah di Jawa Timur. Kementerian Pertanian menyatakan empat kabupaten di Jatim, yakni Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto, sebagai daerah wabah PMK,” kata Cicik.
Menurut dia, pihaknya tengah mengkaji solusi. Setidaknya ada opsi solusi, yakni pengembalian ternak ke daerah asal atau pengiriman ke pelabuhan lain di luar Jatim.
Pemerintah menyebut stok hewan ternak untuk keperluan kurban pada Idul Adha tahun ini aman meski PMK sedang mewabah. Terlebih tingkat kematian akibat penyakit itu dinilai relatif kecil, yakni sekitar 2 persen. Di sisi lain, pengawasan pergerakan hewan-hewan ternak diminta untuk diawasi ketat.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri, Jumat (13/5/2022), mengatakan, stok ternak ruminansia secara nasional mencukupi. Becermin tahun lalu, jumlah hewan yang disembelih saat Idul Adha sekitar 30 persen dari total populasi. Pada Idul Adha tahun lalu, total penyembelihan hewan kurban adalah 1,7 juta ekor.
Selain itu, kata Boga, tingkat kematian hewan ternak akibat PMK relatif kecil, yakni sekitar 2 persen. Pihaknya meminta masyarakat tak khawatir terkait penularan PMK ke manusia. ”PMK bukan penyakit yang dapat menular atau membahayakan manusia. Daging ternak yang positif PMK masih dapat dikonsumsi selama dimasak dengan benar,” katanya.
Kementerian Pertanian menyatakan terus menyosialisasikan pencegahan penularan PMK melalui pemotongan hewan kurban, baik di daerah wabah, tertular, terancam, maupun daerah bebas. ”Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, ormas keagamaan, ataupun pemerintah daerah untuk mempersiapkan ibadah kurban tahun ini agar berjalan lancar,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah mengatakan, pihaknya akan membuat prosedur standar operasi khusus untuk memobilisasi hewan dari satu wilayah ke wilayah lain tanpa terkontaminasi PMK. Dengan demikian, hewan kurban yang tersedia untuk Idul Adha bisa dipastikan sehat dan aman.