Wabah Mulut dan Kuku Meluas, Sumenep Mengunci Lalu Lintas Ternak
Sumenep sebagai sentra sapi mengunci lalu lintas ternak setelah penularan penyakit mulut dan kaki pada sapi meluas di Jawa Timur. Perlu keseriusan penanganan wabah agar tidak makin meluas dan menganggu ketahanan daging.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kandang sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kaki di Desa Sembung, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu (11/5/2022). Sebanyak 37 sapi yang ada di kandang kini terjangkit penyakit mulut dan kuku. Beberapa sapi sebelumnya yang juga terjangkit dipotong di tempat dan dijual murah. Ternak yang terkena wabah penyakit mulut dan kuku terdeteksi di tujuh kecamatan di Kabupaten Gresik, masing-masing Wringinanom, Driyorejo, Kedamean, Menganti, Benjeng, Balongpanggang, dan Cerme.
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sumenep di Pulau Madura, Jawa Timur menghentikan pengiriman masuk dan keluar hewan ternak untuk menekan potensi penularan wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK yang meluas di Jawa Timur. Sejauh ini Sumenep yang merupakan lumbung sapi potong menjadi salah satu dari 26 kabupaten/kota di Jatim yang masih berstatus aman dari wabah PMK.
Beberapa hari terakhir wabah PMK di Jatim meluas. Dari sebelumnya mewabah di Kabupaten Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Kabupaten Mojokerto, meluas menyerang Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bahkan, sampel-sampel ternak dari daerah lainnya sedang diteliti karena diduga terjangkit PMK, yakni dari Surabaya, Jombang, Jember, dan Kabupaten Pasuruan.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep Arif Firmanto, Rabu (11/5/2022), meskipun masih aman dari wabah PMK, status itu bisa berubah cepat karena penularan PMK yang luar biasa cepat. Kemunculan wabah begitu mengagetkan mengingat sejak 1986 petaka ini sudah dinyatakan sirna dari Nusantara dan diakui oleh dunia pada 1990.
Arif melanjutkan, aparatur meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak. Untuk sementara, Sumenep menghentikan pengiriman dan pemasukan ternak ruminansia atau mamalia memamah biak, hewan dengan dua kali proses mencerna makanan. ”Kami tidak mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan,” katanya saat dihubungi dari Surabaya.
Tim kesehatan meninjau peternakan sapi yang terserang wabah penyakit mulut dan kuku di Geluran, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (10/5/2022). Wabah meluas dari empat kabupaten, yakni Lamongan, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo, menjadi tujuh kabupaten dengan penambahan Malang, Lumajang, dan Probolinggo. Lima daerah lainnya masuk kategori terduga, yakni Jombang, Kabupaten Pasuruan, Batu, Jember, dan Surabaya.
Aparatur juga menjalankan surveilans klinis di setiap desa untuk memastikan ada tidaknya potensi PMK di populasi ternak. Jika ada ternak yang sakit, meski belum tentu PMK, pemilik atau pengelola peternakan akan dipaksa untuk mengarantina atau mengisolasi kandang. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan antibiotik, analgesik, dan vitamin, dan penyemprotan penyanitasi ke bagian kaki ternak dan areal peternakan.
Petugas peternakan juga harus menerapkan disiplin protokol kesehatan dan biosafety. Misalnya, memakai sarung tangan, masker, atau pakaian khusus saat beraktivitas di peternakan. Seusai aktivitas petugas harus mencuci tangan dan seluruh perlengkapannya atau menyemprot dengan disinfektan.
”Kami akan berusaha sekuat tenaga agar wabah PMK tidak jebol sampai ke sini,” kata Arif.
Jika wabah PMK masuk dan meluas ke Madura, penanganan akan semakin sulit sehingga kami harus berupaya keras mencegahnya. (Arif Firmanto)
Sumenep dan tiga kabupaten lainnya di Pulau Madura (Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan) patut menjadi perhatian karena memiliki populasi ternak terutama sapi potong yang signifikan di Jatim. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Jatim 2020, populasi sapi potong di Sumenep mencapai 378.000 ekor, Pamekasan 195.000 ekor, Sampang 217.000 ekor, dan Bangkalan 260.000 ekor.
Sumenep merupakan kabupaten dengan populasi sapi tertinggi di Jatim, yakni 7,8 persen, sedangkan Madura 21,7 persen. Adapun populasi sapi potong se-Jatim sebanyak 4,824 juta ekor.
”Jika wabah PMK masuk dan meluas ke Madura, penanganan akan semakin sulit sehingga kami harus berupaya keras mencegahnya,” kata Arif.
Secara terpisah, Muthowif, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPDS) Jatim, mengatakan, laporan dari daerah-daerah yang terjangkit mengonfirmasi bahwa wabah PMK meluas. Di Kabupaten Mojokerto, pada awalnya ada 406 sapi yang terjangkit PMK. Namun, sampai Rabu ini, jumlah sapi yang terjangkit bertambah menjadi 622 ekor. Sebanyak 10 sapi di antaranya mati.
Sebanyak enam pasar hewan milik Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan desa ditutup untuk menekan potensi penularan PMK lebih luas lagi. Menurut Muthowif, langkah cepat dan strategis menjadi penting untuk menekan penyebaran wabah, terutama isolasi dan pengobatan hewan sakit, karantina, dan vaksinasi hewan sehat. Adapun dalam hal pemotongan paksa ternak yang sakit parah, pemerintah harus mengganti kerugian peternak.
”Semua harus giat dalam pengawasan lalu lintas ternak agar wabah tidak meluas dan mengganggu ketahanan daging,” kata Muthowif.
Tim kesehatan meninjau peternakan sapi yang terserang wabah penyakit mulut dan kuku di Geluran, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (10/5/2022). Wabah meluas dari empat kabupaten, yakni Lamongan, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo, menjadi tujuh kabupaten dengan penambahan Malang, Lumajang, dan Probolinggo. Lima daerah lainnya masuk kategori terduga, yakni Jombang, Kabupaten Pasuruan, Batu, Jember, dan Surabaya.
Jatim merupakan lumbung daging nasional. Selain populasi 4,824 juta sapi potong, di provinsi ini tercatat ada 294.000 sapi perah, 230.000 kerbau dan banteng, 11.000 kuda, 3,647 juta kambing, 1,42 juta domba, dan 68.000 babi.
Seluruh jenis hewan ini dapat dikonsumsi sebagai sumber daging. Dengan begitu banyaknya populasi ternak, wabah PMK dapat menurunkan ketahanan Jatim dalam menyediaan daging bagi kebutuhan daerahnya sendiri dan daerah lain se-Indonesia.