Harga Komoditas Topang Kinerja Positif Emiten Sektor Pertambangan
Sejumlah emiten di sektor pertambangan membukukan kenaikan pendapatan dan laba di triwulan pertama tahun ini. Situasi itu terjadi seiring kenaikan harga sejumlah komoditas pertambangan di pasar global.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten di sektor pertambangan masih membukukan keuntungan besar hingga triwulan I-2022. Emiten pengelola tambang batu bara PT Harum Energy Tbk, misalnya, membukukan kenaikan laba 255 persen. Sementara emiten pengelola tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk membukukan kenaikan laba 100 persen.
Kenaikan keuntungan tersebut terjadi seiring dengan kenaikan harga komoditas pertambangan. Sepanjang tiga bulan pertama di tahun 2022, Harum Energy mendapatkan laba bersih 62,8 juta dollar AS atau naik 255 persen dari 17,69 juta dollar AS pada periode sama tahun lalu.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan pada Rabu (11/5/2022), pendapatan menopang kenaikan laba tersebut. Pendapatan Harum Energy mencapai 152,18 juta dollar AS atau naik 166 persen dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 57 juta dollar AS.
Pendapatan itu sebagian besar diperoleh dari kontrak dengan pelanggan, yakni sebesar 149,39 juta dollar AS. Sisanya merupakan pendapatan sewa sebesar 2,79 juta dollar AS.
Kenaikan laba yang besar ini juga mempengaruhi kenaikan laba per saham. Satu tahun lalu, laba per saham dasar Harum Energy sebesar 0,00697 dollar AS per saham, lalu naik menjadi 0,02391 dollar AS per saham.
Sementara itu, cadangan batubara yang dimilliki PT MNC Energy Investment Tbk membuat harga sahamnya melambung hingga 20 persen menjadi Rp 238 per saham pada perdagangan Rabu (11/5/2022). Cadangan yang ditemukan mencapai 20,58 juta metrik ton dengan nilai kalori (GAR) 3.250 kilokalori per kilogram pada penambangan tahap 1.
Penambangan tersebut dilakukan di atas lahan seluas 380 hektar dari total area cadangan seluas 2.059 hektar. Harga saham MNC Energy ditutup naik 13 persen menjadi Rp 224 per saham pada perdagangan hari ini.
Nikel
Seperti batubara, harga nikel juga naik. Dalam laporan keuangannya, Vale Indonesia membukukan pendapatan 235 juta dollar AS pada triwulan I-2021. Pendapatan tersebut naik 13,8 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Tahun lalu, Vale membukukan pendapatan 206,5 juta dollar AS.
Dari pendapatan tersebut diperoleh laba bersih 67,64 juta dollar AS sepanjang triwulan I-2022. Laba bersih ini naik 100 persen dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 33,69 juta dollar AS. Vale Indonesia menjelaskan, harga realisasi rata-rata naik 25,3 persen dari triwulan I-2021 menjadi 17.432 dollar AS per ton.
Perusahaan riset Fitch Solution merevisi proyeksi rata-rata harga nikel global. Awalnya, salah satu layanan dari pemeringkat Fitch ini memperkirakan harga nikel global mencapai 17.000 dollar AS per ton. Namun, melihat berbagai perkembangan, termasuk konflik Rusia dan Ukraina, Fitch Solution memperkirakan harga nikel global pada tahun 2022 ini naik menjadi 27.500 dollar AS per ton.
Secara keseluruhan, pasar saham Indonesia hari ini melemah tipis, tidak sedalam dua hari belakangan. Sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,05 persen menjadi 6.816.