Dari Ramuan Tradisional hingga Larutan Penyegar, Jurus Peternak Hadapi Penyakit Mulut dan Kuku
Serangan wabah penyakit kuku dan mulut yang sangat cepat, ganas, dan semakin meluas di wilayah Jawa Timur meresahkan para peternak. Beragam daya dikerahkan demi mempertahankan kelangsungan usahanya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
Serangan wabah penyakit kuku dan mulut yang sangat cepat, ganas, dan semakin meluas di wilayah Jawa Timur meresahkan para peternak. Beragam daya dikerahkan demi mengobati ternak yang sakit, menjaga ternak yang sehat, dan mempertahankan kelangsungan usaha,
Hari hampir petang, namun, Mustofa (51) masih sibuk bekerja di kandang yang berlokasi di Desa Gagangkepuhsari, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (11/5/2022). Tangannya mengulurkan potongan rumput gajah ke mulut puluhan sapi secara acak.
Senyum peternak yang memiliki 50 sapi pedaging dan sekarang tersisa 38 ekor tersebut langsung mengembang saat melihat ternaknya menyantap pakan segar dengan lahap. Bagi Mustofa, nafsu makan sapi menjadi salah satu sinyalemen positif kondisi kesehatan hewan.
Tak lama setelah memberi pakan, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Gagangkepuhsari ini mengambil botol bertuliskan B kompleks dan sebuah jarum suntik. Dengan cekatan, layaknya mantri kesehatan hewan, Mustofa mengambil larutan injeksi intramuskular tersebut dan menyuntikkannya pada seekor sapi yang tengah berbaring di kandang.
Mustofa bercerita, sapi yang baru disuntik tersebut merupakan salah satu ternak unggulan. Sapi berbobot lebih dari 1 ton itu sudah ditawar Rp 55 juta sebulan lalu. Namun, dia enggan melepasnya dengan harapan bisa dijual saat Idul Adha 2022 dengan harga yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengalamannya, sapi dengan bobot lebih dari 1 ton bisa laku hampir Rp 100 juta saat hari raya kurban. Namun, alih-alih meraup untung besar, peternak kini justru dibayangi ancaman kerugian yang bertubi-tubi karena serangan penyakit kuku dan mulut (PMK).
Dia ingat betul, 15 hari lalu, ternaknya berjumlah 50 sapi dan 60 kambing. Namun, karena kebutuhan untuk Lebaran, sebagian sapi dijual di pasar. Untuk mengisi ulang stok hewan ternaknya, dibeli dua sapi baru dari Pasar Hewan Krian. Pasar ini menjadi pusat transaksi perdagangan ternak antarkabupaten dan kota di Jatim karena lokasinya yang berdekatan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang.
Tak disangka, tiga hari setelah berada di kandang, dua sapi yang baru dibeli tersebut sakit dan tidak nafsu makan. Hari berikutnya, giliran puluhan sapi dan kambing yang dipelihara di kandang sakit. Mantri kesehatan hewan pun dipanggil dan langsung memberikan pengobatan.
”Namun, dua sapi tak kunjung sembuh. Sapi seharga Rp 35 juta per ekor itu terpaksa dijual murah sebelum mati. Setelah serangan penyakit itu, saya pontang-panting menjaga kondisi kesehatan ternak agar tetap bagus,” kata Mustofa.
Dia mengaku rutin memberikan obat-obatan dan vitamin pada seluruh ternak. Tidak hanya itu, setiap hari, semua ternak baik sapi maupun kambing diminumi jamu atau ramuan tradisional berbahan kunir atau kunyit, telur bebek, dan gula merah atau gula bathok. Tak kurang dari Rp 1,5 juta dikeluarkan setiap hari untuk membuat ramuan tradisional. Biaya pembelian obat-obatan dan vitamin, nilainya lebih besar lagi.
Di saat kami masih terus berbincang, salah satu pekerja, Wagiman (60), menyemprotkan cairan disinfektan ke seluruh area kandang dan juga bagian tubuh sapi, terutama pada kaki-kakinya. Penyemprotan ini untuk menjaga kebersihan ternak dan kandang serta membunuh kuman penyakit, termasuk virus PMK yang kini menjangkiti Sidoarjo dan sejumlah daerah lain di Jatim.
Upaya mempertahankan kelangsungan usaha ternak di tengah ganasnya serangan penyakit kuku dan mulut juga dilakukan oleh Muhajir (55) peternak sapi perah di Desa Sepanjang, Kecamatan Taman. Pemilik 18 sapi ini mengaku belum ada ternaknya yang terserang penyakit.
Meski demikian, di lingkungan sekitarnya sudah banyak ternak sapi yang sakit bahkan mati akibat serangan penyakit mulut dan kuku. Dia pun mengaku khawatir dan meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah serangan virus yang ganas tersebut.
”Setiap bulan, sapi-sapi ini rutin diberi obat-obatan dan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Jamu Jawa juga tak lupa diminumkan saat ada sapi yang bergejala agar tidak sampai jatuh sakit. Bahkan saat masuk angin, dikasih larutan penyegar,” ucap Muhajir.
Kementerian Pertanian telah menetapkan empat kabupaten di Jatim dan Kabupaten Aceh Tamiang di Aceh sebagai daerah wabah penyakit mulut dan kuku, Senin (9/5/2022). Empat kabupaten itu adalah Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Lamongan. Namun, Dinas Peternakan Jatim melaporkan sebaran PMK telah meluas.
Jumlah daerah terkonfimasi positif PMK berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium mencapai tujuh kabupaten, yakni Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Selain itu, terdapat lima daerah yang melaporkan temuan kasus tetapi masih dalam proses pengujian sampel di laboratorium, yakni Jombang, Pasuruan, Batu, Jember, dan Surabaya.
Untuk menangani PMK, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa telah menggelar rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian pada Senin (9/5/2022). Hasilnya antara lain diterapkannya kebijakan isolasi kandang bagi ternak yang sakit dan melarang lalu lintas ternak dari daerah terjangkit.
”Pasar hewan di empat kabupaten juga ditutup sementara. Selain itu, Dinas Peternakan Jatim telah melakukan penyuntikan pada ternak yang sakit,” ujar Khofifah.
Pemerintah daerah tingkat dua juga tidak tinggal diam. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Eni Rustianingsih mengatakan, pihaknya telah mengerahkan seluruh paramedis yang bertugas di empat pusat kesehatan hewan di wilayahnya untuk turun ke kandang dan memeriksa kondisi ternak.
”Selain itu, bekerja sama dengan aparat kepolisian, kami juga melakukan pengawasan lalu lintas ternak dan menutup seluruh rumah potong hewan ilegal untuk memutus rantai sebaran penyakit,” kata Eni.
Sampai dengan 9 Mei 2022, tercatat 769 ternak dari total populasi 23.000 ekor terjangkit PMK. Ternak yang sakit itu tersebar di 13 kecamatan dari total 18 kecamatan di Sidoarjo. Dari jumlah tersebut, 14 ekor mati dan 17 ekor dipotong paksa.
Sementara di Jatim dilaporkan hingga 3 Mei 2022 terdapat 1.285 ternak yang terjangkit PMK di empat kabupaten. Penyakit mulut dan kuku menyerang sapi perah, sapi pedaging, dan kerbau.
Sebagai pemilik populasi sapi yang mencapai 4,9 juta ekor pada 2021, Jatim menempati posisi strategis dalam menjaga lumbung pangan nasional. Oleh karena itu, pemberantasan PMK harus menjadi program prioritas bagi para pemangku kepentingan agar peternak tak berjuang sendirian mengatasi masalahnya.