Inflasi dan Pengangguran Bayangi Tren Positif Pertumbuhan Ekonomi
Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2022 tumbuh positif. Kendati begitu, tren positif pemulihan ekonomi tersebut dibayangi tantangan inflasi dan pengangguran.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Gedung bertingkat di Jakarta Pusat, Kamis (10/2/2022). Tantangan global yang dihadapi Indonesia masih tinggi dalam upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Selain faktor pandemi, kenaikan harga minyak dunia yang mendekati 100 dollar AS per barel serta kenaikan permintaan sejumlah komoditas juga berpotensi meningkatkan laju inflasi.
JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2022 tumbuh 5,01 persen secara tahunan meski jika dibandingkan dengan triwulan IV-2021 masih terkontraksi 0,96 persen. Konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor menjadi motor penggerak pertumbuhan itu.
Kendati demikian, tren positif pemulihan ekonomi masih dibayangi inflasi yang diperkirakan masih tinggi dan pengangguran yang belum kembali seperti sebelum pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tiga motor penggerak pertumbuhan itu adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,43 persen, investasi 4,09 persen, dan ekspor 16,22 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi dipacu oleh mobilitas masyarakat yang mulai normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Hal itu terutama terlihat dari geliat sektor ritel, industri pengolahan, serta otomotif dan transportasi.
Adapun pertumbuhan ekspor dipengaruhi kenaikan harga sejumlah komoditas global. Komoditas tersebut, antara lain minyak mentah, minyak kelapa sawit mentah (CPO), batubara, dan nikel.
”Mesin-mesin pertumbuhan sudah mulai bergerak dan berperan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-2022. Kenaikan harga komoditas global juga turut memperkuat pertumbuhan. Ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi semakin positif,” kata Margo dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Mesin-mesin pertumbuhan sudah mulai bergerak dan berperan terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-2022. Kenaikan harga komoditas global juga turut memperkuat pertumbuhan. Ini menunjukkan tren pemulihan ekonomi semakin positif.
BPS juga mengingatkan, ketidakpastian ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina masih menjadi tantangan ke depan. Begitu pula dengan kenaikan harga sejumlah komoditas global yang sudah berimbas pada kenaikan tingkat inflasi.
Tingkat inflasi pada April 2022 mencapai 0,95 persen secara bulanan atau tertinggi sejak Januari 2017. Adapun tingkat inflasi tahunan mencapai 3,47 persen atau sudah berada di kisaran target inflasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3-4 persen.
Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada April 2022 adalah minyak goreng yang andilnya mencapai 0,19 persen, pertamax 0,16 persen, dan avtur yang berpengaruh pada kenaikan harga tiket pesawat 0,08 persen. Inflasi tersebut tidak lepas dari imbas kenaikan harga minyak mentah dan CPO global.
BPS juga menyebutkan, geliat ekonomi pada triwulan I-2022 itu juga membuat tingkat pengangguran berkurang. Meskipun begitu, Covid-19 masih menyisakan dampak bagi penduduk usia kerja.
Dalam setahun, tingkat penganguran pada Februari 2022 turun sebanyak 350.000 orang menjadi 8,54 juta orang. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran pada Februari 2020 atau sebelum pandemi yang sebanyak 6,93 juta orang.
Badut mickey mouse berjalan gontai menunggu belas kasihan pengguna jalan di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020). Badan Pusat Statistik mencatat, tingkat penganguran pada Februari 2022 turun sebanyak 350.000 orang menjadi 8,54 juta orang. Angka tersebut masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran pada Februari 2020 atau sebelum pandemi yang sebanyak 6,93 juta orang.
Margo menjelaskan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, terdapat tambahan serapan tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang pada Februari 2022. Namun, ada juga penambahan angkatan kerja baru sebanyak 4,2 juta orang. Penambahan angkatan kerja baru tidak serta merta terserap sehingga akan ada yang menganggur juga.
Di sisi lain, jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 turun dari 19,10 juta orang pada Februari 2021 menjadi 11,53 juta orang pada Februari 2022. Dari jumlah itu, mereka yang masih menganggur mencapai 960.000 orang, bukan angkatan kerja 550.000 orang, sementara tidak bekerja 580.000 orang, dan bekerja dengan pengurangan jam kerja 9,44 juta orang.
”Meski turun, tingkat pengangguran pada Februari 2022 masih belum kembali ke posisi sebelum krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19,” tutur Margo.
Meski turun, tingkat pengangguran pada Februari 2022 masih belum kembali ke posisi sebelum krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Perkuat daya beli
Kendati ekonomi tumbuh positif, pemerataan ekonomi yang juga mencakup kalangan menengah ke bawah perlu dilakukan. Hal itu terindikasi dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara triwulanan dan sejumlah komponen terkait yang menopang pertumbuhannya.
Kepala Studi Ekonomi Politik Lembaga Kajian Ekonomi Bisnis (LKEB) Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, Achmad Nur Hidayat, berpendapat, secara tahunan, konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2022 memang tumbuh cukup signifikan, yaitu mencapai 4,43 persen. Namun, jika dibandingkan dengan triwulan IV-2021, pertumbuhannya hanya 0,19 persen.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu masih jauh di bawah ambang normal sebelum Covid-19 yang rata-rata sebesar 5 persen. Hal itu mengindikasikan daya beli masyarakat memang telah meningkat namun masih di bawah situasi normal.
“Selain sektor makanan dan minuman, komponen yang mengungkit pertumbuhan konsumsi rumah tangga bersumber dari sektor tersier, seperti hotel, angkutan, dan restoran. Ini menunjukan rumah tangga yang meningkat konsumsi atau belanja adalah kalangan atas, sementara kalangan menengah ke bawah berjuang menghadapi kenaikan harga sejumlah bahan pokok,” ujarnya.
Rumah tangga yang meningkat konsumsi atau belanja adalah kalangan atas, sementara kalangan menengah ke bawah berjuang menghadapi kenaikan harga sejumlah bahan pokok.
Oleh karena itu, Achmad berharap agar pemerintah terus mengungkit daya beli masyarakat menengah ke bawah. Hal itu dapat dilakukan melalui pengendalian inflasi, bantuan sosial, serta penyediaan lapangan kerja formal dan informal.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen pada triwulan I-2022 tergolong stabil. Pertumbuhan tersebut hampir sama dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2021 yang sebesar 5,02 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu juga berada di atas pertumbuhan ekonomi negara lain, seperti China (4,8 persen), Singapura (3,4 persen), Korea Selatan (3,07 persen). Hampir semua sektor seperti industri pengolahan, konstruksi, transportasi dan pergudangan, ekspor dan impor, konsumsi rumah tangga, dan investasi swasta tumbuh positif.
”Hal ini merupakan pertanda yang baik. Pertumbuhan ekonomi ini akan terus berlanjut dan akan ditopang oleh pergerakan ekonomi selama Ramadhan-Lebaran. Salah satu indikatornya adalah peningkatan indeks belanja masyarakat selama periode tersebut,” ujarnya secara virtual.
Airlangga menjelaskan, indeks belanja Ramadhan 2022 secara nasional sebesar 179,4, meningkat sekitar 31 persen dibandingkan Ramadhan 2021. Kenaikan indeks belanja itu terjadi hampir di seluruh pulau di Indonesia, yakni Kalimantan dengan indeks belanja 199,6, Sumatera 178, Jawa 137, Maluku dan Papua 145,5, serta Bali dan Nusa Tenggara 72,9.
Sementara dari sisi ketenagakerjaan, pada Februari 2022, terdapat penambahan angkatan kerja baru sebanyak 4,2 juta orang dan serapan angkatan kerja sebanyak 4,55 juta orang. Hampir semuanya bisa terserap ke seluruh sektor lapangan kerja yang tersedia.
”Selain itu, terkait perlindungan masyarakat, realisasinya sudah mencapai Rp 49,27 triliun atau 32 persen. Hal itu mencakup Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng, BLT dana desa, bantuan pedagang kaki lima, warung, dan nelayan, serta Kartu Prakerja,” ujarnya.