Kinerja Saham IPO Kuartal Pertama Hanya Setengahnya yang Naik
Para investor memburu saham-saham IPO karena berharap harga sahamnya akan terus meningkat.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Sepanjang kuartal pertama 2022 ini, sudah ada 12 emiten yang menawarkan saham perdananya kepada publik di bursa atau melakukan initial public offering (IPO). Para investor memburu saham-saham IPO karena berharap harga sahamnya akan terus meningkat.
Sayangnya, dari 12 emiten baru tersebut hanya ada separuh yang harga sahamnya melonjak jika dibandingkan dengan harga perdananya.
Dari selusin pendatang baru, harga saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk melonjak paling tinggi, hingga mencapai 2.570 persen dibandingkan dengan harga perdananya. Harga sahamnya dimulai dari Rp 100 pada hari pertama masuk bursa dan menjadi Rp 2.670 pada akhir Maret lalu. Emiten lain yang melonjak cukup tinggi adalah PT Net Visi Media Tbk yang naik dari Rp 196 menjadi Rp 312 persen. Para investor mengantongi keuntungan 59 persen dalam tiga bulan.
Selanjutnya, ada saham pendatang baru yang naik lumayan, 51 persen dari Rp 600 menjadi Rp 905. Emiten baru tersebut adalah PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. PT Semacom Integrated Tbk juga mampu memberikan kenaikan nilai tambah bagi para investornya. Harga saham Semacom naik 39 persen dari Rp 180 menjadi Rp 250 per saham. Pendatang baru terakhir yang berada dalam daftar sebagai emiten yang berhasil naik adalah PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk. Saham Sepeda Bersama naik 19 persen dari Rp 170 menjadi Rp 202 per saham. Harga saham emiten pengelola resto, PT Champ Resto Indonesia Tbk, naik 17 persen dari harga perdana, dari Rp 850 menjadi Rp 995 per saham.
Sebaliknya, ada enam emiten juga yang harga sahamnya justru melorot seusai pencatatan perdana. Sebenarnya saham mereka sempat naik, tetapi setelah hari pertama, harga sahamnya melorot karena berbagai faktor.
Penurunan paling dalam dialami oleh PT Nusatama Berkah Tbk. Saham Nusatama sudah terkikis hampir 50 persen jika dibandingkan dengan harga perdananya, dari Rp 100 menjadi Rp 52 per saham pada akhir Maret lalu. Emiten pendatang baru lain yang sahamnya juga mendekati harga di titik nadir adalah PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk. Harga sahamnya melorot dari Rp 100 menjadi Rp 55.
Pergerakan saham anak usaha dari BUMN Adhi Karya Tbk, yaitu PT Adhi Commuter Properti Tbk, juga kurang mulus. Saham Adhi Commuter Properti yang baru masuk bursa pada 23 Februari lalu sudah tergerus 40 persen. Harga awal pengelola apartemen terintegrasi dengan transportasi publik ini turun dari Rp 130 menjadi Rp 78 per saham.
Para investor yang membeli saham PT Nanotech Indonesia Global Tbk juga kurang beruntung. Saham Nanotech turun dari Rp 100 menjadi Rp 62 atau sekitar 38 persen dari debut pertamanya. Sementara saham PT Autopedia Sukses Lestari Tbk turun 14 persen dari Rp 256 menjadi Rp 220. Penurunan terkecil dibukukan oleh PT Sumber Mas Konstruksi Tbk. Saham Sumber Mas ”hanya” turun 6 persen dari harga perdana, Rp 264 menjadi Rp 248 per saham.
Memilih saham emiten yang baru menawarkan sahamnya di bursa memang memerlukan kecermatan tersendiri. Analisis fundamental calon emiten, juga tujuan dari pelepasan saham apakah untuk ekspansi atau membayar utang merupakan faktor-faktor yang perlu dicermati.