Aliran Dana Pemudik ke Daerah Diharapkan Dorong Perekonomian
Besarnya perputaran uang selama periode libur Lebaran yang dibawa pemudik ke daerah diharapkan bisa ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Periode libur dan perayaan Idul Fitri kerap kali juga menjadi momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Sebab, banyak aliran dana yang dibawa pemudik akan berputar ke daerah. Hal ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang menjelaskan, perayaan dan masa libur Idul Fitri di Indonesia merupakan momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
”(Lebaran) Menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia dan merata karena akan terjadi aliran uang yang sangat deras dari kota ke daerah tujuan mudik,” ujar Sarman dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (2/5/2022).
Ia menjelaskan, tingginya animo mudik ini akan menggerakkan perekonomian daerah dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha mulai dari sektor transportasi, kuliner, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pada sektor transportasi, misalnya, jasa angkutan bus, travel, kereta api, kapal, dan pesawat beserta efek dominonya diperkirakan mengalami kenaikan omzet yang signifikan dibandingkan dengan periode biasa.
Dalam perjalanan, pemudik juga menikmati kuliner atau berbelanja suvenir atau oleh-oleh khas daerah yang bisa menggenjot omzet pengusaha UMKM. Pemudik juga meningkatkan tingkat okupansi hotel dan meramaikan restoran hingga kafe-kafe di daerah tujuan atau dalam perjalanan.
Ia memperkirakan, selama periode libur Lebaran ini akan terjadi perputaran uang pada kisaran Rp 28 triliun hingga Rp 42 triliun. Angka ini diperoleh dari perhitungan dengan asumsi jumlah pemudik sekitar 85 juta orang. Adapun rata-rata tiap keluarga sebanyak tiga orang sehingga total ada sekitar 28 juta keluarga yang mudik.
”Jika rata-rata per keluarga membawa minimal Rp 1 juta saja, uang yang mengalir ke daerah paling sedikit Rp 28 triliun. Tetapi jika tiap keluarga membawa Rp 1,5 juta, potensi perputaran uangnya di kisaran Rp 42 triliun,” ujar Sarman.
Ia menambahkan, perputaran uang yang sangat besar ini akan menggenjot tumbuhnya konsumsi rumah tangga dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan kedua tahun ini. ”Artinya, momentum libur Lebaran tahun ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional,” lanjutnya.
Kendati demikian, Sarman berharap pemudik bisa taat menjalankan protokol kesehatan selama perjalanan mudik. Ia berharap, pasca-Lebaran tidak terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang bisa menghambat proses pemulihan ekonomi.
Perputaran uang yang sangat besar ini akan menggenjot tumbuhnya konsumsi rumah tangga dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan kedua tahun ini.
Uang tunai
Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Eva Aderia menjelaskan, pihaknya menambahkan Rp 27,4 triliun untuk penyediaan uang pada periode bulan Ramadhan sehingga menjadi Rp 202,7 triliun. Jumlah ini meningkat 31,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tambahan uang ini meningkat dari alokasi awal penyiapan uang di periode Lebaran tahun ini yang sebesar Rp 175,26 triliun. Adapun sampai dengan 27 April 2022, realisasinya telah mencapai Rp 162,8 triliun.
”Kenaikan kebutuhan uang tunai itu berjalan seiring dengan aktivitas masyarakat yang telah kembali menggeliat,” ujar Eva.
Pemenuhan uang kartal itu tersebar ke seluruh Indonesia. Adapun jika dirinci berdasarkan wilayah, Jawa, tidak termasuk Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek), menjadi wilayah dengan kebutuhan uang terbesar, yakni 38 persen dari total uang yang disiapkan. Wilayah Jabodebek menjadi wilayah kebutuhan terbesar kedua setara dengan 23 persen dari total kebutuhan.
Pemenuhan uang kartal itu tersebar ke seluruh Indonesia. Adapun jika dirinci berdasarkan wilayah, Jawa, tidak termasuk Jabodebek, menjadi wilayah dengan kebutuhan uang terbesar.
Kebutuhan uang di Sumatera mencapai 22 persen dari total kebutuhan. Adapun kebutuhan uang di Sulawesi dan Papua mencapai 7 persen dari total kebutuhan. Sementara di Kalimantan mencapai 6,4 persen dari total kebutuhan. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencatat kebutuhan 3 persen dari total kebutuhan.
Terkait pemenuhan kebutuhan uang ini, BI membaginya menjadi dua jenis, yakni uang pecahan besar dan uang pecahan kecil. Uang pecahan besar terdiri dari uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000. Adapun uang pecahan kecil terdiri dari uang pecahan Rp 1.000 sampai dengan Rp 20.000.