Harga Cenderung Naik, KPPU Pantau Sejumlah Komoditas
Komisi Pengawas Persaingan Usaha memantau pergerakan harga sejumlah komoditas pangan dengan struktur pasar yang oligopolistik. Komoditas itu antara lain daging sapi, daging ayam, minyak goreng, bawang putih, dan gula.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga sejumlah bahan pangan pokok, seperti daging sapi, kedelai, dan jagung pipilan, naik menjelang Lebaran 2022. Selain faktor naiknya permintaan, kenaikan harga beberapa komoditas itu dipengaruhi oleh situasi harga di pasar global. Komisi Pengawas Persaingan Usaha belum menemukan indikasi persaingan usaha tidak sehat terkait sejumlah bahan pangan itu.
Berdasarkan pantauan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), harga kedelai relatif sama sebelum dan menjelang puasa, yakni sekitar Rp 10.500 per kilogram (kg), tetapi cenderung naik menjelang Lebaran, yakni dengan kenaikan 0,04 persen. Sementara harga minyak goreng kemasan naik 22,49 persen dari sekitar Rp 21.000 per liter menjadi Rp 26.000 per liter menjelang Lebaran.
Komisioner KPPU, Chandra Setiawan, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (28/4/2022), mengatakan, terkait kenaikan harga sejumlah bahan bangan pokok, sejauh ini pihaknya masih dalam tahap memantau. Belum ada laporan ataupun indikasi terjadi persaingan usaha tidak sehat.
”Sebab, selain minyak goreng, kita tahu, (bahan pangan) yang harganya mengalami kenaikan ini sumbernya berasal dari impor sehingga kenaikan harga di sini tidak bisa dihindari. Terkait daging sapi, misalnya, kami perhatikan stok masih terbatas. Kemungkinan ketersediaan di dalam negeri masih kurang, khususnya untuk Jabodetabek, sehingga harganya naik,” ujar Chandra.
Sementara itu, Direktur Ekonomi KPPU Mulyawan Ranamanggala mengemukakan, berdasarkan putusan dan kajian KPPU, struktur pasar komoditas terbagi dua, yakni oligopoli (dikuasai beberapa perusahaan) dan monopolistik (banyak produsen). Komoditas pangan dengan struktur pasar oligopolistik antara lain daging sapi, daging ayam, minyak goreng, bawang putih, gandum/tepung terigu, gula, dan garam. Sementara yang monopolistik yakni beras, kedelai, bawang merah, dan cabai.
”Komoditas-komoditas yang oligopoli inilah yang menurut kami perlu dipantau. Apalagi pada komoditas yang mengalami kenaikan harga menjelang Lebaran,” ujar Mulyawan.
Selain itu, dari analisis KPPU, rantai distribusi rata-rata komoditas cukup panjang, yakni 3-4 rantai. Hal itu menyebabkan adanya kekuatan tawar yang kuat pada setiap distributor. Pasalnya, para pelaku di setiap rantai tersebut memiliki margin perdagangan dan pengangkutan (MPP).
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memantau langsung ketersediaan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, Kamis. Pemantaun dilakukan untuk memvalidasi kebutuhan pangan masyarakat di Jabodetabek menjelang hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah.
Menurut Syahrul, untuk wilayah Jabodetabek, 12 komoditas bahan pangan pokok, khususnya beras, tersedia dengan baik. Kementerian Pertanian pun terus memantau ketersediaan pangan secara intens. Tak hanya di DKI, tetapi juga di 33 provinsi lainnya di Indonesia.
Sebagai barometer dalam penghitungan beras, ia melihat ketersediaan beras di PIBC aman. ”Tentu saja tinggal minyak goreng yang harus mendapat perhatian bersama. Namun, saya melihat persiapan minyak goreng semakin hari juga sudah semakin baik,” kata Syahrul.
Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, rata-rata harga beras pada Maret 2022 mencapai Rp 9.949 per kilogram. Sementara rata-rata harga beras pada April 2022 mencapai Rp 9.930 per kg atau terjadi penurunan harga 0,19 persen. Penurunan itu salah satunya diakibatkan panen raya yang berlangsung di sejumlah daerah.
”Intinya beras kita dalam keadaan cukup. Tentu saja yang paling aman harganya tetap dinamis. Kami berharap (harganya) jangan turun terlalu jauh karena petani kita juga harus dapat keuntungannya,” ujar Syahrul.