Triwulan I-2022, Penjualan Listrik Sosial dan Bisnis di NTT Naik 11,1 Persen
Penjualan listrik kategori sosial dan bisnis di NTT naik 11,1 persen. Ini pertanda ekonomi di NTT sedang tumbuh. Pelanggan diingatkan agar inslatasi listrik dan peralatan listrik yang digunakan ber-SNI.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penjualan listrik kategori sosial dan bisnis di Nusa Tenggara Timur naik 11,1 persen pada triwulan I-2022. Penjualan listrik ini diikuti dengan peningkatan daya tersambungpelanggan yang tumbuh 10,5 persen dibandingkan dengan tahun 2021.Para pelanggan diingatkan agar selalu menggunakan instalasi dan peralatan listrik berstandar nasional Indonesia untuk menghindari kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik.
General Manajer PLN (Persero) Wilayah Unit Induk Nusa Tenggara Timur Agustinus Jatmiko di Kupang, Selasa (19/4/2022), mengatakan, dibandingkan dengan triwulan I-2021, penjualan listrik sosial dan bisnis pada triwulan I-2022 jauh lebih baik. Hal ini memperlihatkan ekonomi warga makin membaik.
”Pada triwulan pertama 2022 ini, penjualan listrik sosial dan bisnis di NTT naik 11,1 persen. Ini membuktikan bahwa aktivitas masyarakat sudah pulih normal pasca-Badai Seroja, 2021, sehingga mendorong konsumsi masyarakat kembali naik. Kenaikan itu juga pertanda ekonomi masyarakat makin membaik sehingga mampu berbelanja listrik,” tuturnya.
Konsumsi listrik di sektor sosial dan bisnis triwulan I tahun ini mencapai 77 gigawatt hour (GWh). Angka itu sama dengan 27,6 persen dari total konsumsi di NTT. Sektor bisnis sebesar 59,5 GWh atau naik 8,7 persen. Bidang sosial juga tumbuh 19,9 persen dibandingkan dengan Maret 2021, 17,5 GWh. Sektor pemerintahan publik tumbuh 4,9 persen dan konsumsi sebesar 16,3 GWh.
Kenaikan penjualan listrik ini diikuti dengan peningkatan daya tersambung pelanggan. Januari-Maret 2022 mencapai 13.466 mega volt ampere (MVA), atau tumbuh 10,5 persen dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 8,1 MVA.
”PLN berusaha terus mencari celah pasar baru. Sejumlah sektor kini disasar PLN, seperti pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan kelautan,” kata Jatmiko.
Kini, PLN NTT sedang mengembangkan electrifying agriculture dan electrifying lifestyle. Selain itu, PLN mencetuskan sejumlah program yang meringankan pelanggan, seperti diskon biaya tambah daya listrik dan kemudahan layanan pasang baru.
Pelanggan bisa menikmati berbagai kemudahan layanan PLN melalui PLN Mobile, yang diluncurkan 18 Desember 2020. Kini, sudah 269.729 pengguna di NTT terdafar di aplikasi PLN Mobile.
Jatmiko pun meminta pelanggan memperhatikan peralatan dan instalasi listrik di rumahnya. Pelanggan harus tetap melakukan perawatan dan pengecekan instalasi listrik di rumah masing-masing untuk menghindari bahaya korsleting listrik dan kebakaran.
”Pemilik rumah sebaiknya memeriksa instalasi listrik di rumah, apakah sesuai standar nasional Indonesia atau tidak. Ini sangat penting demi keamanan listrik di rumah itu,” kata Jatmiko.
Sesuai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, PLN hanya berwenang mengalirkan listrik sampai batas kWh meter saja. Perhatikan pula, setiap alat elektronik yang bahannya terbuat dari logam mudah berkarat. Ini juga berpotensi menyebabkan kabel terkelupas sehingga terjadi korsleting listrik.
Lidya dari Humas PLN NTT menambahkan, jika lubang stop kontak terlihat meleleh atau tidak bisa lagi dipasang steker, sebaiknya diganti. Cek posisi steker alat elektronik yang dipasang pada stop kontak terus-menerus, seperti kulkas dan pompa listrik. ”Jangan sampai longgar dan menimbulkan percikan api,” katanya.
Listrik dengan daya besar, seperti water heater, AC, pompa air, kulkas dan lainnya sebaiknya menggunakan jalur listrik sendiri. Pembagian jalur listrik ini membuat kabel listrik tetap awet agar beban arus tidak berlebihan.
Pemilik rumah sebaiknya memeriksa instalasi listrik di rumah, apakah sesuai standar nasional Indonesia atau tidak.
”Kepada pelanggan rumah yang memasang instalasi listrik, PLN selalu merekomendasikan pemilik rumah agar menggunakan instalatir listrik yang bertugas membuat gambar dan memasang instalasi rumah. Dengan ini pelanggan bisa mengetahui di mana jalur kabel di rumah itu,” katanya.
Markus Podo (53), pelanggan PLN di Kelurahan Liliba, Kupang, mengatakan, pelanggan kelas menengah ke bawah lebih memilih jenis kabel dan peralatan listrik lain yang dijual dengan harga murah. Korsleting listrik biasanya terjadi di rumah-rumah warga kurang mampu. Rumah warga kelas menengah ke atas sangat jarang terjadi korsleting listrik.
Ia mengatakan, instalasi dan peralatan listrik berstandar nasional Indonesia (SNI) dinilai mahal, sulit dijangkau warga miskin. Kabel yang tidak ber-SNI dijual dengan harga Rp 5.000-Rp 10.000 per meter. Biasanya, kabel listrik ber-SNI dijual dengan harga Rp 55.000 per meter dan umumnya dipakai pemilik rumah kelas menengah ke atas.