Belanja Produk Lokal oleh Pemerintah Memotivasi UMKM
Peningkatan produk lokal oleh pemerintah menjadi angin segar bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Pameran menjadi peluang besar, sekaligus memberi kepastian pembelian produknya.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penyerapan produk lokal pada belanja barang/jasa pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah menyemangati pelaku usaha kecil menengah dan industri kecil dan menengah untuk berlomba-lomba memproduksi produk berkualitas.
Salah satunya dilakukan PT Berkah Instalasi Medika, penyedia alat kesehatan bagi rumah sakit di berbagai daerah Indonesia. Sebelumnya, perusahaan ini hanya menyediakan alat kesehatan luar negeri (AKL) untuk dijual kepada rumah sakit. Namun, setelah pemerintah mendorong untuk membangun industri lokal yang mampu membuat alat kesehatan sendiri, perusahaan ini pun mulai membuat alat kesehatan dalam negeri (AKD).
”Kami mempunyai beberapa produk kesehatan. Saat ini setidaknya ada tiga produk unggulan yang sudah masuk e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), yaitu mesin alat terapi oksigen beraliran tinggi atau HFNC, suction pump, dan dental aerosol. Nah, untuk HFNC itu kami sudah mempunyai tingkat komponen dalam negeri sebesar 42 persen,” kata Asep dari perwakilan PT Berkah Instalasi Medika dalam Business Matching Tahap Kedua di Gedung SMESCO, Jakarta, Sabtu (16/4/2022).
Asep mengatakan, produk lokal yang diproduksi oleh perusahaannya merupakan hasil kerja sama dengan PT Astra Komponen Indonesia (ASKI). Meskipun ASKI merupakan perusahaan yang biasa memproduksi komponen otomotif, rupanya untuk membuat alat kesehatan bukan menjadi masalah untuk mereka.
”Kebetulan kami sebelumnya sudah mendistribusikan produk AKL ke sekitar 100 atau hampir 200 RSUD di Indonesia. Mudah-mudahan setelah kami memproduksi AKD ini atau produk lokal dari kami juga bisa seperti itu,” kata Asep.
Dia pun mengapresiasi keberpihakan pemerintah yang mewajibkan 40 persen anggaran belanja K/L dan pemda untuk pengadaan dengan produk lokal. Diharapkan, dengan adanya kebijakan ini, perlahan-lahan kebutuhan impor untuk alat kesehatan dapat dikurangi dan lebih banyak digunakan alat kesehatan lokal.
”Harapan kami, produk atau alat yang kita punya atau kita jual bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia dan bermanfaat bagi rumah sakit yang ada di Indonesia,” kata Asep.
Ketua Badan Kemitraan Ketahanan Alat Kesehatan Nasional (BKKAKN) Ella Siti Alawiyah mengatakan, pihaknya mengajak pengusaha-pengusaha yang selama ini masih berperan sebagai importir bisa juga bertransformasi menjadi produsen alat kesehatan.
”Kami memfasilitasi dan mengoordinasi semua pengusaha-pengusaha alat kesehatan, mulai dari hulu ke hilir melalui program triple helix dan pentahelix dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Konsep pentahelix industri benar-benar ingin diterapkan. Ke depan, industri alat kesehatan Indonesia bisa benar-benar mandiri,” ujar Ella.
Ella yang sebelumnya merupakan importir produk alat kesehatan menuturkan, pada importasi produk alat kesehatan, sistem kontrol pasti berada di negara-negara pabrikan. Oleh karena itu, dengan kemandirian produksi alat kesehatan, bukan hanya Indonesia yang mandiri, tetapi sekaligus pengusahanya akan menjadi mandiri.
Pada importasi produk alat kesehatan, sistem kontrol pasti berada di negara-negara pabrikan. Oleh karena itu, dengan kemandirian produksi alat kesehatan, bukan hanya Indonesia yang mandiri, tetapi sekaligus pengusahanya akan menjadi mandiri.
Pameran dan temu bisnis seperti yang kini diselenggarakan pemerintah di Gedung Smesco, Jakarta, saat ini, dinilai Ella menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap produksi dalam negeri, serta memotivasi dan mendukung pengusaha untuk benar-benar berinvestasi dalam produksi dalam negeri. Yang terpenting adalah produk dalam negeri ini berpeluang dibeli pemerintah.
”Lewat pameran terbuka ini, pemerintah bisa melihat secara langsung level kualitas produsen dalam negeri. Ada kepastian pengusaha Indonesia sudah mampu menghasilkan produk berkualitas. Business matching ini dapat menciptakan iklim dan ekosistem hingga terciptanya kemandirian alat kesehatan di Indonesia,” ujar Ella.
Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, saat ini produk dalam negeri yang dihasilkan para pelaku UMKM semakin berkualitas. ”Saya berharap jangan lagi ada produk impor dalam belanja pemerintah untuk produk yang dapat dihasilkan di dalam negeri. Sudah saatnya kita tingkatkan kolaborasi dengan produk UMKM,” kata Teten.
Apalagi, lanjut Teten, dengan valuasi nilai belanja pemerintah dan BUMN yang sangat besar, apabila separuhnya saja bisa dipenuhi oleh produk UMKM dan koperasi, hal ini akan berdampak sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi. Dipastikan ada lapangan kerja baru bermunculan dan menjadikan daya saing produk UMKM semakin berkelas.