Pawaka Mal Tertua Surabaya
Kebakaran menghanguskan sebagian lantai 5 Tunjungan Plaza 5, Surabaya, Jawa Timur, yang merupakan bagian dari pusat belanja ikonik kawasan Indonesia timur itu.
Command Center 112 atau pusat komando mengonfirmasi kebakaran Tunjungan Plaza 5, Jalan Embong Malang, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (13/4/2022) pukul 17.40 WIB.
Saat api berkobar lalu membesar menjadi kebakaran, sebagian warga ibu kota Jatim sedang buka puasa di sana. Juga ada yang sedang berbelanja atau sekadar cuci mata di mal yang dibangun oleh pengembang Pakuwon Jati dan beroperasi sejak 1986 itu.
Pawaka atau api yang membesar membuat pengunjung, terutama di TP5, berhamburan. Mereka bergegas keluar dari gedung di tepi Jalan Embong Malang dan menyeberang. Lalu lintas searah di Jalan Basuki Rachmat dan Jalan Embong Malang yang melewati surga belanja itu sedang padat dan segera menjadi kemacetan.
Belum dapat disimpulkan asal api dari mana karena akan diselidiki setelah pemadaman dan dinyatakan aman untuk olah tempat kejadian perkara. (Akhmad Yusep Gunawan)
Petugas terpadu terpaksa mengalihkan lalu lintas dengan menutup Jalan Embong Malang. Kendaraan dari selatan (Jalan Basuki Rachmat) yang ingin ke barat dialihkan lewat Jalan Tegalsari, sedangkan yang ke timur lewat Jalan Gubernur Suryo. Kendaraan dari utara (Jalan Tunjungan) tidak bisa belok ke Jalan Embong Malang, tetapi terus ke Jalan Gubernur Suryo.
Lihat juga : Tunjungan Plaza Menyambut Normal Baru
Pemerintah Kota Surabaya mengerahkan setidaknya 20 mobil dan truk pemadam kebakaran untuk mempercepat penanganan terhadap si jago merah. Petugas terpadu, terutama pemadam, bertaruh nyawa dan reputasi menyelamatkan ikon perbelanjaan Surabaya, Jatim, dan bahkan kawasan Indonesia timur itu.
”Saya sedang buka puasa di restoran di TP5 ketika tiba-tiba terdengar teriakan ’kebakaran, kebakaran’,” kata Indriyatno, pengunjung. Tanpa menghabiskan makanan dan minuman yang belum banyak dinikmati, Indriyatno menarik lengan pasangannya untuk kemudian berlari dan mencari jalan keluar bersama pengunjung lain.
”Saya sempat dengar ada ledakan, belum tahu asal api dari mana,” kata Mulyono, pengunjung lainnya, saat menunggu penanganan kebakaran di Jalan Embong Malang, seberang bagian mal yang terbakar.
Baca juga : Diduga Bunuh Diri, Seorang Laki-laki Ditemukan Meninggal di Tunjungan Plaza
Kebakaran itu juga segera diketahui oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang kemudian turut memantau dan mengendalikan operasi pemadaman kebakaran. Di lokasi juga terlihat Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan.
”Belum dapat disimpulkan asal api dari mana karena akan diselidiki setelah pemadaman dan dinyatakan aman untuk olah tempat kejadian perkara,” kata Yusep.
Namun, beberapa informasi mengindikasikan bahwa kebakaran bermula dari kawasan bioskop di lantai 5 TP5. Kebakaran tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Eri mengatakan, berdasarkan laporan tim pemadam dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Surabaya, kebakaran terjadi di lantai 5 TP5 dan tidak menyebar. Kebakaran dapat dikendalikan sekitar pukul 18.30 atau lebih kurang satu jam sejak kejadian.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Komersial Pakuwon Jati Sutandi Purnomosidi mengatakan belum dapat memperkirakan kerugian material akibat kebakaran itu. Sumber kebakaran bukan dari salah satu restoran waralaba Sushi-Tei sebab ada sebagian karyawannya yang saat kejadian berada di balkon untuk buka puasa.
Legendaris
Arek Suroboyo atau warga ibu kota Jatim lebih akrab menyebut Tunjungan Plaza sebagai TP. Keberadaan pusat belanja ini jauh terlambat daripada Jakarta yang sudah mengoperasikan Sarinah sejak 1966.
Sarinah yang dibangun pada masa pemerintahan Soekarno menjadi gedung pencakar langit perdana di Indonesia. Setelah itu, di Jakarta bertambah lagi pusat belanja dengan keberadaan Ratu Plaza pada 1980 dan Gajah Mada Plaza pada 1982.
Kemunculan pusat belanja di Surabaya selain mengikuti Ibu Kota juga merupakan suatu keniscayaan atau kebutuhan. Surabaya adalah kota terbesar Indonesia setelah Ibu Kota dengan karakter serupa sebagai episentrum perdagangan barang dan jasa dari Jatim sampai Indonesia timur.
TP didirikan di jantung Surabaya yang saat ini berada dalam wilayah administratif Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari. TP berada di seberang kawasan strategis ekonomis dan historis yang dikelilingi oleh Jalan Embong Malang, Jalan Blauran, Jalan Praban, dan Jalan Tunjungan atau kini masuk wilayah Kelurahan/Kecamatan Genteng.
Di seberang timur TP juga masih berdiri deretan pertokoan tua. Keberadaan TP pada masa awal operasi dan pertokoan peninggalan Hindia-Belanda yang klasik di sekitarnya menjadikan kawasan ”Tunjungan” disejajarkan dengan Orchad Road, Singapura, yang terkenal sebagai surga belanja.
Perluasan TP dari 1 dan 2 ke 3 dan 4 lalu terkini 5 dan 6 mendorong pertumbuhan mal-mal di Surabaya, antara lain THR IT Mall (sebelumnya bernama THR Surabaya Mall), Plaza Surabaya (sebelumnya bernama Delta Plaza), dan Grand City di Surabaya pusat.
Selanjutnya ialah Jembatan Merah Plaza di Surabaya utara, Galaxy Mall di Surabaya timur, Royal Plaza dan City of Tomorrow di Surabaya selatan, dan Ciputra World serta Pakuwon Supermall di Surabaya barat.
Sejak dioperasikan, TP seolah menjadi ”rujukan” belanja bagi warga Surabaya, bahkan pengunjung dari luar daerah. Meski kemudian banyak mal baru, TP dianggap memiliki pesona tersendiri sebagai pusat belanja dengan keberadaan tenant-tenant elite, mewah, dan mahal yang mendunia. Berbelanja di TP ibarat membawa gengsi tersendiri bagi pengunjung.
Pada masa puasa atau Ramadhan yang sudah berlangsung hampir dua pekan ini, TP turut menjadi tujuan utama belanja masyarakat. Bahkan, di kalangan Arek Suroboyo, ada ungkapan belum belanja Lebaran kalau tidak membeli barang, terutama busana, di TP. Di sini juga tersedia tenant yang sudah populer dan mendapat citra positif, yakni mayoritas produknya dianggap terjangkau atau rasional oleh warga Surabaya.
Saat awal beroperasi pada pertengahan Desember 1986, TP menjadi pusat belanja termodern dan terluas di Surabaya. Ketika itu luas lantai untuk aktivitas belanja sekitar 25.000 meter persegi dan area parkir mampu menampung hingga 600 kendaraan (mobil). TP segera melunturkan pesona gedung besar perbelanjaan terdekat, yakni Nam, Go-Skate, dan Wijaya Plaza.
Pada 1990, Pakuwon Jati memperluas mal dengan membangun TP2 sekaligus gedung untuk perkantoran. Kurun 1993-2017, TP kembali diperluas dengan pembangunan TP3, 4, 5, dan 6, juga kondominium, apartemen, dan hotel. Untuk kegiatan perbelanjaan, TP terdiri atas enam wilayah mal seluas 175.000 meter persegi atau 17,5 hektar dengan keberadaan sekitar 700 nama penyewa atau outlet belanja.