Tekanan Inflasi Cukup Tinggi, Masyarakat Kalsel Diminta Bijak Berbelanja
Tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada Maret 2022 diperkirakan berlanjut pada periode Ramadhan dan Idul Fitri karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, masyarakat diimbau bijak dalam berbelanja.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pencabutan harga eceran tertinggi minyak goreng kemasan dan kenaikan harga elpiji nonsubsidi turut memicu inflasi di Kalimantan Selatan sebesar 0,93 persen bulan ke bulan pada Maret 2022. Tekanan inflasi diperkirakan berlanjut pada periode Ramadhan dan Lebaran karena adanya peningkatan kebutuhan. Untuk itu, masyarakat diimbau bijak berbelanja.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Imam Subarkah menyampaikan, pada Maret 2022 terjadi inflasi cukup tinggi. Kondisinya sangat berbeda dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang masih mengalami deflasi 0,39 persen. Bahkan, inflasi pada Maret tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis inflasi periode Maret selama lima tahun terakhir, 0,09 persen bulan ke bulan.
Inflasi Kalsel pada Maret tahun ini terutama didorong inflasi angkutan udara sejalan peningkatan harga avtur dan peningkatan permintaan sesudah penghapusan syarat tes PCR atau antigen bagi penumpang yang sudah divaksin dua kali. Selain itu, ada pengaruh dari inflasi komoditas bahan bakar rumah tangga akibat peningkatan harga elpiji nonsubsidi yang sejalan dengan peningkatan harga minyak dan gas dunia.
Selanjutnya, inflasi komponen bergejolak atau volatile food, terutama didorong pencabutan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan. Akibatnya, terjadi peningkatan harga mengikuti keekonomian.
”Di bulan-bulan ini, tekanan inflasi masih cukup tinggi karena berbagai momentum yang bersamaan, mulai dari Ramadhan dan Idul Fitri, pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, hingga situasi geopolitik dunia,” kata Imam di Banjarmasin, Selasa (12/4/2022).
Dalam beberapa waktu ke depan, ujar Imam, inflasi Kalsel diperkirakan relatif terjaga meski terdapat tekanan dari sisi permintaan karena memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri, peningkatan Pajak Pertambahan Nilai, serta kenaikan harga elpiji dan bahan bakar minyak nonsubsidi. Inflasi Kalsel tahun 2022 diperkirakan akan tetap berada dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3 plus minus 1 persen.
”Momen Ramadhan dan Idul Fitri mendorong peningkatan kebutuhan masyarakat karena banyak selebrasi yang dilakukan bersama keluarga dan sahabat. Untuk menjaga kemampuan masyarakat, kami mengimbau masyarakat lebih bijak menggunakan uang dalam berbelanja,” katanya.
Menurut Imam, masyarakat tidak perlu berbelanja berlebihan karena Bank Indonesia dan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan senantiasa memantau perkembangan harga dan ketersediaan barang.
”Sejak awal Ramadhan, kami terus memantau ketersediaan beberapa komoditas dan memastikan barangnya ada. Untuk itu, masyarakat jangan sampai panic buying (membeli secara berlebihan),” ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel Birhasani juga menjamin ketersediaan bahan pokok di Kalsel mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada periode Ramadhan dan Idul Fitri. ”Untuk minyak goreng kemasan, berdasarkan hasil peninjauan kami di agen dan distributor, stoknya mencukupi hingga tiga bulan ke depan,” katanya.
Menurut Kepala Bulog Divisi Regional Kalsel Muhammad Imron Rosidi, tidak ada masalah dengan stok bahan pokok di Kalsel. Stok beras masih 10.000 ton dan itu cukup hingga 6-7 bulan ke depan. Komoditas gula pasir, minyak goreng, dan lainnya juga tetap tersedia secara reguler sesuai kebutuhan masyarakat.
Selama periode Ramadhan 2022, Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel juga menggelar pasar murah di 13 kabupaten/kota dalam upaya mengendalikan gejolak harga pangan. Pelaksanaannya tersebar di 108 lokasi.
”Pasar murah itu dalam upaya membantu masyarakat mendapatkan barang secara mudah dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pasaran,” kata Birhasani.