Peningkatan ekspor produk pertanian menjadi hal positif. Namun, jika pada komoditas lainnya impor Indonesia terus membesar, akan sama saja. Ia mencontohkan, besarnya impor gandum yang mencapai 100 persen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor produk pertanian Indonesia harus terus digenjot dan diharapkan semakin berkembang. Namun, perlu diperhatikan juga sisi hilir agar produk semakin bernilai tambah. Begitu juga substitusi pangan impor agar tidak semakin bergantung kepada negara lain, terlebih di tengah situasi global yang tak menentu.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Masyhuri, saat dihubungi, Minggu (10/4/2022), mengatakan, peningkatan ekspor produk pertanian dan turunannya seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO) berpotensi berkembang. Begitu juga pada karet. Namun, orientasi perlu diarahkan lebih pada produk akhir.
”Ambil contoh, ekspor karet Indonesia cukup besar, tetapi produk akhirnya, seperti ban, kita impor. Jadi, peluang yang ada saat ini seharusnya mengarah pada pengembangan produk hilir. Dengan begitu, nantinya juga terjadi perluasan pasar dan lebih banyak nilai tambah yang didapat,” kata Masyhur.
Ia menambahkan, peningkatan ekspor produk pertanian menjadi hal positif. Namun, jika pada komoditas lainnya impor Indonesia terus membesar, situasinya akan sama saja. Ia mencontohkan, besarnya impor gandum yang mencapai 100 persen. Begitu juga pada kedelai dengan tingkat impor yang tinggi. Ketergantungan akan negara lain harusnya dapat ditekan, termasuk dengan substitusi dari produksi dalam negeri.
Masyhur menilai, program gerakan tiga kali ekspor yang diusung Kementerian Pertanian terbilang ambisius. ”Itu lebih seperti slogan atau jargon yang parsial. Seperti halnya program swasembada komoditas, seperti jagung, kedelai, gula. Kan, gagal. Padahal, seharusnya holistik. Tata kelola dari hulu ke hilir perlu diperhatikan,” ujar Masyhur.
Sebelumnya, dalam webinar ”BAEL BTZ Agricultural Export Learning” yang digelar Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), Sabtu (9/4/2022), mengemuka bahwa masih ada sejumlah tantangan perdagangan produk pertanian, di antaranya akses pasar, keberlanjutan dan ketepatan waktu pengiriman, isu lingkungan, serta daya saing.
Direktur Pengembangan Produk Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Miftah Farid mengatakan, tren ekspor sektor pertanian Indonesia dalam lima tahun terakhir (2017-2021) meningkat sekitar 5 persen. Tertinggi pada 2021 yang nilainya mencapai 4,24 miliar dollar AS atau naik 3 persen dari 2020.
”Masih ada ruang untuk meningkatkan ekspor pertanian. Kontribusi ekspor pertanian Indonesia mencapai sekitar 2 persen dari total ekspor nonmigas. Yang penting, ini menjadi pelecut. Dengan adanya program Gratieks (gerakan tiga ekspor) dari Kementan, dalam jangka waktu tertentu mudah-mudahan (peningkatan) bisa menjadi 5-10 persen,” ujarnya.
Adapun pada periode Januari-Februari 2022, ekspor produk pertanian senilai 726,2 juta dollar AS atau meningkat 11,92 persen secara tahunan. Menurut Miftah, capaian tersebut menjadi permulaan yang baik pada tahun ini.
Miftah menambahkan, hal terpenting, yang juga menjadi tantangan dalam ekspor yakni kualitas, kuantitas, dan kontinuitas (keberlanjutan). Sementara terkait daya saing, Indonesia masih kalah antara lain dari Malaysia, Thailand, dan Vietnam sehingga daya saing produk penting untuk terus ditingkatkan.
Ia menambahkan, negara-negara tujuan utama ekspor produk pertanian asal Indonesia adalah China, Jepang, Amerika Serikat, Thailand, dan Malaysia. Kelompok kopi, teh, dan rempah memiliki persentase terbesar, yakni 35 persen pada produk pertanian unggulan ekspor. Setelah itu ada buah-buahan (17,5 persen); susu, mentega, telur (12,3 persen); bahan-bahan nabati (9,92 persen), serta ikan dan udang (7,9 persen).
Posisi produk Indonesia terhadap permintaan, kata Miftah, kakao dan olahan kakau, tembakau/pengganti tembakau, produk seafood, serta buah dan buah tempurung kini mampu memenuhi permintaan dunia yang terus meningkat. Sementara CPO, karet, produk kayu, serta kopi, teh, dan rempah ada pada kelompok di mana permintaan dunia meningkat, tetapi Indonesia tak bisa memenuhinya atau kehilangan kesempatan.
Menopang
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Bambang mengemukakan, pada pertumbuhan domestik bruto (PDB) triwulan II-2020, saat sektor-sektor lain anjlok akibat pandemi Covid-19, justru tumbuh 16,24 persen. Artinya, sektor pertanian menjadi penopang pertumbuhan PDB saat itu.
Kementan sendiri mencanangkan gerakan tiga kali ekspor pada 2024. Pada 2020, capaian ekspor produk pertanian mencapai Rp 450,7 triliun dan ditargetkan terus meningkat hingga Rp 1.357,3 triliun pada 2024.
”Kami mulai dari optimalisasi kegiatan-kegiatan di on-farm, seperti peningkatan produktivitas dan mutu produk. Lalu pada hilirisasi dengan pengembangan pascapanen dan pengolahan. Pada pascapanen ini, kami mengawal dan menjamin tak ada penolakan dari negara tujuan ekspor. Pelatihan-pelatihan pada eksportir diberikan,” ujar Bambang.
Sejumlah fasilitas layanan ekspor, kata Bambang, antara lain pelayanan daring, sertifikat elektronik yang langsung dikirim ke negara tujuan, layanan prioritas bagi eksportir dengan kepatuhan baik, serta klinik ekspor pertanian.
Adapun dalam memacu ekspor produk pertanian, koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait serta para pemangku kepentingan, termasuk dengan pemerintah daerah, terus dijalin. ”Bagaimana kolaborasi dan koordinasi ini dapat dilakukan untuk mengakselerasi volume serta tingkatan mutu ekspor,” tutur Bambang.
Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Alumni Bisnis Cendekia Himpunan Alumni IPB Dudi S Hendrawan menuturkan, pihaknya menggelar program BAEL BTZ Agriculture Export Learning guna mengakselerasi ekspor serta mencetak semakin banyak eskportir produk pertanian.
”Kami membangun jejaring bisnis bersama alumnus-alumnus IPB sehingga diharapkan menghasilkan bisnis-bisnis yang dieksekusi. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman diharapkan dapat meningkatkan kapasitas bisnis dan pertumbuhan usahanya. Juga, bagaimana agar peluang-peluang bisnis yang ada dapat dieksekusi,” ujarnya.