Ekspor Daun Gelinggang dari Kalsel Bukukan Rp 2,5 Miliar pada Awal 2022
Daun gelinggang menjadi salah satu komoditas pertanian unggulan ekspor dari Kalimantan Selatan ke Jepang yang membukukan lebih dari Rp 2,5 miliar pada triwulan I-2022. Penelitian tentang gelingang diperlukan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Daun gelinggang atau senna masih menjadi salah satu komoditas pertanian unggulan ekspor dari Pulau Kalimantan. Pada triwulan I-2022, ekspor daun gelinggang dari Kalimantan Selatan ke Jepang sudah membukukan lebih dari Rp 2,5 miliar.
”Ekspor daun gelinggang dari Kalsel turut menjadi salah satu penyumbang devisa bagi negara,” kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin Nur Hartanto melalui keterangan tertulis di Banjarmasin, Selasa (5/4/2022).
Senin (4/4/2022) kemarin Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin kembali memfasilitasi ekspor terhadap 12 ton daun gelinggang (Cassia alata)kering senilai lebih dari Rp 880,6 juta. Ekspor dilakukan PT Sarikaya Sega Utama ke Osaka dan Tokyo, Jepang.
Nur Hartanto mengatakan, Kalsel menjadi pelopor dan masih menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang mengekspor daun gelinggang dengan nilai ekonomi mencapai miliaran rupiah. Pada 2021, Balai Karantina Pertanian Banjarmasin mencatat ekspor daun gelinggang dari Kalsel ke Jepang 222,6 ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 15,7 miliar. Ekspor daun gelinggang secara kontinu dilakukan PT Sarikaya Sega Utama.
Mengacu data sistem automasi perkarantinaan IQFast (Indonesian Quarantine Full Automation System) hingga akhir Maret 2022, Karantina Pertanian Banjarmasin telah menyertifikasi ekspor daun gelinggang sebanyak 45 ton dengan nilai ekspor lebih dari Rp 2,5 miliar.
”Sebagai fasilitator ekspor produk pertanian, kami telah melakukan serangkaian pemeriksaan. Kami pastikan daun gelinggang yang diekspor terjamin kesehatan dan kualitasnya serta terbebas dari serangga hidup sesuai dengan persyaratan negara tujuan,” katanya.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel mencatat, pada Februari 2022, nilai ekspor barang asal Kalsel mencapai 827,59 juta dollar AS atau naik 85,44 persen dibandingkan nilai ekspor Januari 2022. Jika dibandingkan dengan nilai ekspor Februari 2021, nilai ekspor pada Februari 2022 naik 58,81 persen.
Berdasarkan kontribusinya terhadap total nilai ekspor, kelompok bahan bakar mineral memberikan kontribusi terbesar, yaitu 82,97 persen. Kemudian diikuti kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (9,14 persen), kelompok kayu dan barang dari kayu (2,92 persen), kelompok logam mulia dan perhiasan/permata (1,95 persen), serta kelompok karet dan barang dari karet (1,63 persen).
Sementara itu, berdasarkan data sistem automasi IQFast Karantina Pertanian Banjarmasin, nilai ekspor produk pertanian Kalsel pada tahun 2021 naik 177 persen, dari Rp 3,8 triliun pada 2020 menjadi Rp 10,5 triliun pada 2021. Komoditas pertanian unggulan ekspor Kalsel adalah sawit, karet, dan daun gelinggang.
Semakin diminati
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian Bambang menyampaikan, data IQFast tahun 2021 menunjukkan ekspor daun gelinggang secara nasional meningkat 3,2 persen dibandingkan ekspornya pada 2020.
Untuk itu, Bambang sangat mendukung munculnya ragam komoditas ekspor baru menjadi komoditas unggulan. ”Daun gelinggang atau senna menjadi komoditas unggulan ekspor yang semakin diminati pasar global, mulai dari Asia, Amerika, hingga Eropa,” katanya.
Namun, idealnya akan lebih baik dan menguntungkan kalau tidak mengekspor gelinggang dalam bentuk mentah ( crude), tetapi dalam bentuk produk olahan yang telah diteliti. ( Iwan Aflanie)
Daun gelinggang merupakan salah satu jenis tanaman yang sering dimanfaatkan penduduk lokal untuk bahan pengobatan tradisional dan bahan kosmetik, seperti bedak dan sabun. Adapun di Jepang, daun gelinggang biasanya diracik menjadi teh yang berkhasiat untuk melancarkan buang air besar serta dijadikan campuran produk makanan tertentu.
Menurut Bambang, peningkatan ekspor daun gelinggang dan berbagai komoditas baru sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Mentan selalu mengatakan bahwa komoditas pertanian yang berorientasi ekspor harus memiliki standar kualitas yang tinggi sebagaimana berlaku di negara tujuan.
”Kami selaku otoritas Karantina Pertanian akan terus berkomitmen memberikan pelayanan terbaik untuk mendorong akselerasi ekspor produk pertanian dengan melakukan pendampingan bagi petani milenial agar terus menjaga serta meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor produk pertanian,” katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Iwan Aflanie menyambut baik adanya ekspor daun gelinggang dari Kalsel ke Jepang. Di Kalsel daun gelinggang selama ini dimanfaatkan masyarakat sebagai obat penyakit kulit, khususnya yang disebabkan oleh jamur.
”Namun, idealnya akan lebih baik dan menguntungkan kalau tidak mengekspor gelinggang dalam bentuk mentah (crude), tetapi dalam bentuk produk olahan yang telah diteliti,” katanya.
Sebagai kekayaan hayati Indonesia, lanjut Iwan, akan lebih baik apabila daun gelinggang diteliti secara lebih mendalam. Kemungkinan besar masih banyak bahan yang terkandung dalam gelinggang yang belum diketahui. ”Pemanfaatannya pun tidak hanya sebatas obat kulit,” ujarnya.