IMF: Kenaikan Biaya Logistik Laut Bisa Perburuk Inflasi 2022
Kenaikan biaya logistik laut akan tertransmisi ke negara-negara yang ketergantungannya terhadap impor pangan dan energi masih besar. Kenaikan biaya itu akan berpengaruh terhadap biaya produksi dan harga jual.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Sejumlah truk mengantre untuk mengisi muatan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (14/1/2019).
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan biaya logistik laut akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina dapat memperburuk inflasi global. Kenaikan biaya pengiriman komoditas lintas samudra tersebut dapat meningkatkan inflasi global sebesar 1,5 basis poin atau 0,015 persen.
Kendati peningkatan inflasinya kecil, kenaikan biaya logistik laut juga akan berpengaruh pada pembentukan harga pangan dan energi baik di tingkat produsen maupun konsumen. Saat ini, harga kedua komoditas itu masih tinggi akibat gangguan produksi di sejumlah negara produsen, hambatan pengiriman, serta imbas perang Rusia-Ukraina.
Hal itu mengemuka dalam laporan ilmiah mingguan tim ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) bertajuk ”Shipping Cost and Inflation”. IMF merilis laporan itu pada Senin (28/3/2022) waktu setempat.
IMF menyebutkan, perdagangan maritim berkontribusi sekitar 80 persen dari total volume perdangan dunia. Selama 18 bulan terakhir atau sejak Maret 2020, biaya pengiriman peti kemas lintas samudra meningkat tujuh kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Pembatasan mobilitas atau kuncitara untuk mengatasi penularan Covid-19 telah menyebabkan rantai pasok global terganggu. Invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 hingga sekarang turut menghambat pemulihan rantai pasok tersebut.
Perdagangan maritim berkontribusi sekitar 80 persen dari total volume perdangan dunia. Selama 18 bulan terakhir atau sejak Maret 2020, biaya pengiriman peti kemas lintas samudra meningkat tujuh kali lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
SUMBER: IMF
Perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang imbas kenaikan biaya pengiriman kontainer lintas samudra terhadap inflasi.
Ekonom senior Departemen Asia dan Pasifik IMF, Yan Carrière-Swallow, mengatakan, tim ekonom IMF telah menganalisis data 143 negara selama 30 tahun terakhir. Dari analisis tersebut, biaya logistik laut turut berkontibusi terhadap inflasi di seluruh dunia. Ketika tarif transportasi laut naik dua kali lipat, inflasi juga akan meningkat sebesar 0,7 basis poin atau 0,007 persen.
”Selama 18 bulan terakhir ini atau sejak Maret 2020, biaya pengiriman peti kemas naik secara bertahap dan memuncak setelah satu tahun (pada 2021). Saat ini biaya tersebut masih bertahan tinggi. Dari hasil pengamatan itu, kenaikan biaya logistik laut itu dapat meningkatkan inflasi sekitar 1,5 basis poin pada 2022,” ujar Yan.
Kenaikan biaya logistik laut itu dapat meningkatkan inflasi sekitar 1,5 basis poin pada 2022.
Kenaikan biaya pengiriman peti kemas itu akan tertransmisi ke negara-negara yang ketergantungannya terhadap impor pangan, barang konsumsi, dan energi masih besar. Kenaikan biaya itu akan menjadi beban bagi produsen dan konsumen karena dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi dan harga jual.
Per 25 Maret 2022, Indeks Pengiriman Kontainer Global (Global Container Freight Index/GCFI) sebesar 9.430 dollar AS per kontainer (ukuran 40 feet). Angka itu jauh di atas GCFI pada 26 Maret 2021 yang sebesar 4.367 dollar AS per kontainer. Namum, angka tersebut belum menembus rekor indeks tertinggi yang terjadi pada 10 September 2021 yang sebesar 11.109 dollar AS per kontainer.
Pada Januari 2022, IMF memperkirakan, inflasi di negara-negara maju pada 2022 sekitar 3,9 persen dan di negara-negara berkembang sebesar 5,9 persen. Adapun Bank Indonesia dan Pemerintah Indonesia berkomitmen menjaga inflasi pada 2022 di kisaran 2-4 persen. Khusus untuk inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) akan dijaga di kisaran 3-5 persen.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Kapal tol laut bersandar di Pelabuhan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (25/2/2020). Kendati dilayani tol laut, harga barang di daerah itu tidak turun.
Manfaatkan tol laut
Sementara itu, Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI meminta agar tol laut dioptimalkan untuk pendistribusian sejumlah komoditas pangan yang harganya tengah melambung tinggi. Dengan transportasi laut yang disubsidi oleh pemerintah itu, harga sejumlah komoditas itu diharapkan bisa tetap terjangkau karena tidak terimbas kenaikan biaya logistik laut.
”Optimalkan peran tol laut untuk mendistribusikan bahan-bahan kebutuhan pokok yang harganya masih tinggi, seperti minyak goreng. Gunakan tol laut itu untuk mendistribusikan minyak goreng, terutama yang bersubsidi ke sejumlah daerah di wilayah timur Indonesia,” kata Hamka Baco Kady, anggota Komisi VI DPR, dalam rapat dengar pendapat dengan Kementerian Perhubungan, PT Pelabuhan Indonesia (Persero), dan PT Pelni (Persero), Selasa (29/3/2022).
Optimalkan peran tol laut untuk mendistribusikan bahan-bahan kebutuhan pokok yang harganya masih tinggi, seperti minyak goreng.
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Mugen Sartoto menuturkan, program tol laut telah berkontribusi positif terhadap ketersediaan dan keterjangkauan harga kebutuhan pokok di daerah-daerah terpencil. Disparitas harga yang tinggi di daerah-daerah yang disinggahi kapal tol laut juga sudah mulai berangsur-angsur menyempit.
Kendati begitu, program itu belum sepenuhnya berjalan optimal. Program itu akan terus dievaluasi dan masih terbuka ruang untuk mengoptimalkan pengembangannya.
KOMPAS/HENDRIYO WIDI
Tangkapan layar materi penjelasan Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero) Yossianis Marciano tentang manfaat tol laut dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI yang digelar secara hibrida di Jakarta, Selasa (29/3/2022).
Ia juga menyatakan, pendistribusian minyak goreng, termasuk yang bersubsidi, sebenarnya dapat menggunakan tol laut. Namun, ketersediaan minyak goreng itu perlu dipenuhi. ”Kami akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk membahas hal itu,” kata Mugen.
Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni Yossianis Marciano menjelaskan, tol laut telah memberikan sejumlah manfaat bagi masyarakat di daerah terpencil. Melalui tol laut, ketersediaan barang kebutuhan pokok dan penting lebih terjamin, serta fluktuasi dan disparitas harga berkurang.
Ia mencontohkan, harga kedelai yang diangkut dengan kapal tol laut di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Rp 9.600 per kilogram (kg). Jika tanpa tol laut, harganya bisa mencapai Rp 15.000 per kg.
Begitu juga dengan harga tepung terigu di Kabupaten Mimika, Papua. Melalui program tol laut, harganya bisa ditekan 35 persen dari Rp 12.000 per kg menjadi Rp 7.800 per kg.