Dibayangi Tekanan Global, Pemerintah Optimistis Perekonomian RI 2022 Terus Membaik
Kondisi perekonomian tahun ini dibayangi banyak tantangan dan ketidakpastian global yang terus meningkat.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina telah meningkatkan ketidakpastian perekonomian global, ditandai dengan melonjaknya harga sejumlah komoditas yang memicu inflasi di banyak negara. Kendati demikian, pemerintah optimistis perekonomian Indonesia bakal terus membaik tahun ini.
Presiden Joko Widodo menjelaskan, kondisi perekonomian tahun ini dibayangi banyak tantangan dan ketidakpastian global yang terus meningkat. Pada saat perekonomian dunia belum pulih total akibat pandemi Covid-19, terjadi konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina yang mengancam pemulihan ekonomi global.
”Perang bikin pusing semua negara. Ini memperdalam krisis ekonomi dan meningkatkan ketegangan politik dunia,” ujar Presiden secara virtual pada CNBC Economic Outlook 2022, di Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Presiden mengatakan, perang memicu kelangkaan energi,pangan, dan kontainer untuk distribusi barang dan jasa. Hal ini memicu lonjakan inflasi di banyak negara.
Tantangan ini, lanjut Presiden, harus disikapi dengan hati-hati. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha sehingga menghasilkan kebijakan yang tepat dan cepat serta implementasi yang efektif.
”Yang jelas, masyarakat tidak boleh menjadi korban dari ketidakpastian global ini,” ujar Presiden.
Presiden mengatakan, memasuki 2022, Indonesia sebetulnya memiliki fondasi yang cukup baik. Angka kasus Covid-19 makin terkendali dan pemulihan ekonomi terus bergulir. Berbagai investasi yang membuka lapangan pekerjaan juga sudah mulai terjadi.
Tahun ini, pemerintah juga mendorong hilirisasi bahan baku mentah untuk menciptakan nilai tambah dan memperluas lapangan pekerjaan. Selain itu, pemerintah akan terus mendorong pengembangan ekonomi digital dengan pembangunan infrastruktur dan ekosistem digital. Pemerintah juga akan mendorong pengembangan ekonomi hijau energi baru terbarukan dari potensi alam Indonesia, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga bayu, pembangkit listrik tenaga panas matahari, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Di tengah berbagai tekanan global, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis perekonomian Indonesia tahun ini tetap bertumbuh. Ia mengestimasi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada pada kisaran 4,8-5,5 persen.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah akan tetap mengandalkan APBN dan berbagai instrumen fiskal lain untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Dua sisi
Kenaikan harga komoditas energi dan pangan yang terjadi saat ini, kata Sri Mulyani, memiliki dampak dua sisi bagi Indonesia. Di satu sisi, memberikan dampak positif karena kenaikan harga komoditas mendorong kinerja ekspor Indonesia. Sebab, komoditas-komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti batubara dan sawit, merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.
Namun, di sisi lain, kenaikan harga komoditas bisa memicu inflasi di dalam negeri. Karena itu, menurut Sri Mulyani, perlu dilakukan koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan pemerintah daerah untuk mengontrol inflasi di dalam negeri. Sesuai APBN 2022, inflasi ditargetkan sebesar 3 persen plus minus 1 persen.
Di sejumlah negara, kenaikan inflasi mendorong bank sentral negara bersangkutan untuk menaikkan tingkat suku bunga. ”Inflasi tinggi, bunga jadi tinggi, investasi bisa tertunda,” ujar Mulyani.
Pengusaha nasional Chairul Tanjung mengatakan, diperlukan suatu peta jalan utama, pembuatan regulasi, dan pembangunan infrastruktur yang tepat untuk mengantisipasi tantangan ini. ”Krisis membawa masalah, tapi juga bawa berkah,” ujar Chairul.
Perbankan optimistis
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, meski dibayangi tantangan global, pihaknya menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 9-10 persen. Menurut dia, sejumlah sektor ekonomi telah kembali pulih, seperti pertanian dan industri pengolahan. Sektor-sektor ini akan terus didanai oleh Bank Mandiri. Kinerja sektor lain, seperti perkebunan, pertambangan, infrastruktur, dan telekomunikasi, juga terus membaik.
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, seusai merampungkan pembentukan holding ultramikro dengan Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM), BRI akan memacu penyaluran kredit ke segmen mikro dan ultramikro. Ini tak lepas dari besarnya kontribusi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 60 persen dan penyerapan tenaga kerja yang mencapai 97 persen.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Royke Tumilaar menjelaskan, pihaknya akan memanfaatkan momentum laju kencang ekspor dengan memberikan pendanaan kepada UMKM yang berorientasi ekspor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pihaknya akan mengembangkan Xpora, produk pendanaan UMKM yang berorientasi ekspor untuk dipadupadankan dengan basis data diaspora di seluruh dunia serta data ekspor-impor Indonesia.