Gapki: Konsumsi CPO untuk Biodiesel Lampaui Kebutuhan untuk Pangan
Pemerintah dinilai perlu mengatur secara bijak pemanfaatan minyak sawit mentah (CPO), baik untuk biodiesel maupun pangan, serta ekspor guna menjaga neraca dagang serta mengantisipasi risiko defisit minyak nabati global.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi minyak kelapa sawit mentah atau CPO untuk program biodiesel pada Januari 2022 melampaui konsumsi untuk kebutuhan pangan. Di sisi lain, produksi dan ekspor CPO dan produk turunannya pada awal tahun tersebut turun. Pemerintah dinilai perlu mengatur pemanfaatan CPO secara bijak di tengah perkiraan defisit pasokan berbagai jenis minyak nabati pada semester I-2022.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi CPO pada Januari 2022 mencapai 3,862 juta ton dan minyak inti kelapa sawit (PKO) 365.000 ton. Produksi CPO dan PKO tersebut lebih rendah masing-masing 3 persen dan 3,9 persen dari Desember 2021.
Dari jumlah produksi itu, total konsumsi CPO dalam negeri pada Januari 2022 mencapai 1,506 juta ton, turun 9,6 persen atau sekitar 160.000 ton dari Desember 2022. Konsumsi terbesar adalah untuk biodiesel, yakni mencapai 732.000 ton, diikuti industri pangan 591.000 ton dan oleokimia 183.000 ton.
”Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel itu melampaui untuk kebutuhan industri pangan. Hal ini telah terjadi sejak November 2021,” kata Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono melalui siaran pers, Jumat (11/3/2022).
Gapki juga menyebutkan, ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari 2022 turun 11,4 persen dari Desember 2021 menjadi 2,179 juta ton. Penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan China, yakni 149.000 ton dan Pakistan 108.000 ton.
Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel itu melampaui untuk kebutuhan industri pangan. Hal ini telah terjadi sejak November 2021.
Menurut Mukti, penurunan produksi dan ekspor itu merupakan pola musiman. Penurunan ekspor juga terjadi lantaran terbatasnya pasokan dan kenaikan harga CPO global. Konflik Rusia-Ukraina telah mendorong kenaikan harga minyak mentah hingga di atas 100 dollar AS per barel sehingga menambah beban Pemerintah Indonesia dan juga negara-negara lain.
Kenaikan harga minyak nabati, lanjut Mukti, juga perlu dicermati. Gapki memperkirakan akan terjadi defisit pasokan berbagai jenis minyak nabati pada semester I-2022, apalagi Ukraina merupakan salah satu negara produsen biji bunga matahari dan rapeseed.
Selama ini, Indonesia juga mengimpor berbagai minyak nabati dari negara-negara lain. Pada Januari 2022, Indonesia mengimpor oleokimia dan produk olahan CPO kadar yang masih banyak mengandung asam lemak (palm fitty acid disfillate/PFAD) dari Malaysia, masing-masing sekitar 4.800 ton dan 316 ton.
Di samping itu, terdapat impor minyak kedelai dan bunga matahari serta minyak nabati lainnya dengan total volume mencapai 5.500 ton. Indonesia, antara lain, mengimpor minyak kedelai dari Malaysia sebesar 2.300 ton dan dari Thailand 1.500 ton.
Mukti berpendapat, terbatasnya pasokan minyak nabati dan konflik Rusia-Ukraina akan mendorong kenaikan harga minyak nabati. CPO juga akan menjadi harapan utama bagi negara-negara importir minyak nabati.
”Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengatur secara bijak pemanfaatan CPO di dalam negeri (baik untuk kebutuhan biodiesel maupun pangan) dan ekspor untuk menjaga neraca perdagangan nasional. Bagi pekebun, peningkatan efisiensi dan produksi merupakan dua hal yang harus terus-menerus diupayakan,” ujarnya.
Pemerintah perlu mengatur secara bijak pemanfaatan CPO di dalam negeri (baik untuk kebutuhan biodiesel maupun pangan) dan ekspor untuk menjaga neraca perdagangan nasional.
Sejak Indonesia mengumumkan kebijakan menaikkan kuota kewajiban memasok kebutuhan pasar dalam negeri (domestic market obligation/DMO) dari 20 persen menjadi 30 persen dari total ekspor pada 9 Maret 2022, harga CPO global turut bergejolak dan masih tinggi. Saat itu, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia tembus 7.074 ringgit Malaysia per ton.
Pada akhir perdagangan Jumat (11/3/2022), harga CPO kembali turun menjadi 6.707 ringgit Malaysia per ton. Namun, harga itu sudah meningkat 18,35 persen secara bulanan dan 62,59 persen secara tahunan.
Sementara itu, ID Food, Holding BUMN Pangan, berkomitmen untuk membantu pemerintah menggelar operasi pasar minyak goreng di sejumlah daerah. Hal itu dalam rangka menjaga stabilitas stok dan harga, sekaligus meratakan distribusi minyak goreng di seluruh Indonesia.
Direktur Komersial ID FOOD Frans M Tambunan menuturkan, sejak Januari 2022 hingga 10 Maret 2022, ID Food telah mendistribusikan minyak goreng sebanyak 8,1 juta liter. Jumlah itu terdiri dari 6,4 juta liter minyak goreng curah, 1,6 juta liter minyak goreng kemasan, dan 27.000 liter minyak goreng jeriken.
Minyak goreng itu telah didistribusikan ke 402 titik di sejumlah daerah di Indonesia. Daerah-daerah itu berada di Provinsi Aceh, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Papua Barat, Riau, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Sulawesi Utara, dan Yogyakarta.
”ID Food akan melanjutkan pendistribusian itu seiring dengan perkembangan harga minyak goreng yang masih fluktuatif. Pendistribusian akan menyasar pasar-pasar rakyat atau pasar tradisional dengan mengandalkan cabang perdagangan dan logistik ID Food Group yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujarnya melalui siaran pers.
Menanggapi kondisi kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berpendapat, BUMN juga turut bertanggung jawab untuk memastikan stok dan harga minyak goreng kembali stabil. Hal ini menunjukkan bahwa BUMN tidak hanya menjalankan fungsi korporasi, tetapi juga layanan publik.
Kolaborasi pemerintah dengan pelaku usaha terkait sangat penting untuk mengurai persoalan minyak goreng di dalam negeri. ”Saya berharap perusahaan swasta dan pelaku usaha minyak goreng yang memiliki kapasitas produksi lebih tinggi turut membantu agar dapat menstabilkan harga minyak goreng di pasaran,” kata Erick.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga minyak goreng curah per 11 Maret 2022 Rp 16.100 per liter, turun 0,62 persen dari sehari sebelumnya. Harga minyak goreng kemasan sederhana juga turun menjadi Rp 16.400 per liter, turun 0,61 persen dari sehari sebelumnya.