Jumlah agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (laku pandai) terus bertambah. Mereka tetap relevan dan dibutuhkan untuk menjangkau segmen mikro dan ultramikro.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah makin maraknya layanan keuangan digital, baik dari perbankan maupun entitas teknologi finansial, agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif atau Laku Pandai tetap bertahan, bahkan makin berkembang. Ini berarti Agen Laku Pandai tetap relevan dan dibutuhkan, terutama untuk menjangkau nasabah segmen mikro dan ultramikro.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total agen Laku Pandai sampai dengan Desember 2021 sebanyak 1,45 juta agen, tumbuh 16,84 persen dibandingkan September 2021. Artinya, hanya dalam tiga bulan, terjadi penambahan jumlah agen Laku Pandai sekitar 209.000.
Sebanyak 97 persen dari total agen Laku Pandai adalah agen individu, sementara 3 persen sisanya adalah agen berbadan hukum. Mereka kini tersebar di 511 kabupaten/kota di 33 provinsi.
Dalam acara pembekalan media mengenai Peraturan OJK soal Laku Pandai, Jumat (11/3/2022), Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menjelaskan, pertambahan jumlah agen Laku Pandai menandakan aktivitas ini masih sangat relevan di tengah berbagai inovasi keuangan digital. Apalagi di daerah-daerah yang belum terjangkau kantor cabang perbankan. Agen Laku Pandai pun bisa lebih mudah menjangkau segmen mikro dan ultramikro yang belum tersentuh layanan keuangan.
”Yang belum tersentuh layanan bank mungkin karena mereka segan pergi ke bank. Mereka memang lebih bisa dijangkau jika melalui pendekatan personal dari agen,” ujar Teguh.
Selain itu, pertambahan jumlah agen Laku Pandai juga menandakan bahwa banyak masyarakat yang berminat menjadi agen Laku Pandai. Dengan menjadi agen, masyarakat bisa menikmati pendapatan tambahan yang berasal dari komisi.
”Biasanya agen ini berupa warung. Mereka membantu pelanggannya kalau mau buka tabungan atau mengambil pinjaman bank. Dari sana mereka mendapatkan komisi,” ujar Teguh.
Sampai dengan Desember 2021, total kredit mikro yang berhasil disalurkan melalui Laku Pandai mencapai Rp 3,8 triliun untuk 166.067 debitor. Selain itu, Laku Pandai berhasil menghimpun dana masyarakat melalui pembukaan rekening basic saving account (BSA) sampai dengan Desember 2021 mencapai Rp 15,7 triliun yang berasal dari 34,8 juta rekening. BSA adalah tabungan yang tidak memiliki batas minimal saldo dan setor tunai, tidak ada biaya administrasi, tetapi ada batas maksimal saldo serta transaksi debit.
Teguh menambahkan, Laku Pandai berkontribusi besar dalam perluasan inklusi keuangan. Maka dari itu, OJK berpandangan perlu memperkuat keberadaan Laku Pandai dengan mengeluarkan Peraturan OJK terbaru mengenai Laku Pandai, yakni POJK Nomor 1 tahun 2022 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif.
Ia menjelaskan, ada tujuh aspek penyesuaian dari peraturan baru ini. Tujuh aspek itu adalah penyederhanaan klasifikasi agen, penyederhanaan BSA, dan penyederhanaan skema kerja sama agen. Selain itu, agen perseorangan hanya dapat bekerja sama dengan satu bank konvensional atau bank syariah, pengaturan pemanfaatan perangkat elektronik pada penilaian saat mencari nasabah, pelaporan perkembangan melalui sistem aplikasi pelaporan OJK (Apolo), dan memperbolehkan perbankan menggunakan pihak ketiga untuk pelaksanaan pekerjaan tertentu, seperti perekrutan, pengawasan dan pemantauan agen, pelatihan dan edukasi agen, serta manajemen likuiditas agen.
Ultramikro
Sementara itu, holding ultramikro yang terdiri dari BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM) menginisiasi program bernama ”Brigade Madani”.
”Brigade Madani merupakan akronim dari BRI, Gade (diambil dari Pegadaian), dan Madani (Permodalan Nasional Madani) yang ditujukan untuk menyinergikan ketiga BUMN holding ultramikro ini untuk mengakselarasi penyaluran kredit mikro dan perluasan inklusi keuangan,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso pada acara peluncuran program itu, Jumat.
Ia menjelaskan, sinergi holding ultramikro bertujuan memperkuat ketangguhan UMKM dan mengakselerasi inklusi keuangan dengan target mampu melayani 55 juta nasabah baru hingga tahun 2024.
Sunarso menargetkan di akhir tahun 2022, holding ini dapat melayani 5 juta nasabah baru di segmen ultramikro, mengimplementasikan 100 persen pencairan cashless di ekosistem PNM dan Pegadaian, membentuk 1.000 unit lokasi Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) dan 500.000 referral sukses dari Senyum Mobile serta Akuisisi 60.000 ketua/anggota Kelompok Mekaar (nasabah perempuan pelaku usaha ultra mikro) menjadi Agen BRILink.