Sebanyak 10 perusahaan rintisan asal Indonesia berpartispasi dalam festival industri kreatif dan konten digital South by South West Festival (SXSW) 2022 pada 11-20 Maret 2022.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
Dalam benak setiap penggagas perusahaan rintisan pasti berharap perusahannya yang dirintisnya ini tidak hanya bertahan, tetapi juga bertumbuh, bahkan kalau bisa mendunia. Bukan hanya soal prestise, tapi yang terpenting adalah memperluas jaringan mitra kerja hingga investor yang berujung pada peningkatan kapasitas bisnis.
Salah satu impian perusahaan rintisan itu adalah bisa berpartisipasi dalam South by South West Festival (SXSW) 2022, ajang pameran industri kreatif dalam bidang konten digital dan budaya pop terbesar di Amerika Serikat. Festival tahunan bergengsi yang menjadi ajang ekonomi kreatif dan digital ini bakal diselenggarakan secara hibrida, baik secara daring maupun luring di Austin, Amerika Serikat, pada 11 Maret-20 Maret 2022.
Tahun ini, kontingen Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membawa 10 perusahaan rintisan untuk berpartisipasi dalam ajang itu. Kesepuluh perusahaan rintisan itu adalah aplikasi Peduli Lindungi, Ruang Guru, Sahabat Gemarikan, Ruang Halal, Tiga Token Digital, Eresto, Lokapoin, UMG Idealab, Omni Hotelier, dan Everidea Interactive. Ini adalah kali keenam Indonesia berpartisipasi pada ajang yang dihadiri ratusan ribu pengunjung dari berbagai negara ini.
”Seperti keinginan yang terwujud menjadi nyata, start-up kami bisa lebih terekspose kepada warga dunia,” ujar Chief Executive Officer Everidea Interactive Hendra Arazzi dalam jumpa pers Selasa (8/3/2022).
Hendra bercerita perusahaannya baru berdiri akhir 2017 di Bandung. Dengan karyawan awal 15 orang, mereka memproduksi gim digital. Kini perusahaannya sudah memiliki 40 karyawan dan telah berkembang menjadi penyedia jasa kebutuhan digital kreatif untuk berbagai ajang dan acara.
”Harapannya dengan ikut pameran seperti SXSW ini, kami bisa memperluas jaringan mitra dari berbagai negara dan berharap bisa menarik investor untuk pengembangan kapasitas bisnis,” ujar Hendra.
Senada dengan Hendra, CEO Tiga Token Digital Jimmy Saputra mengatakan, keterlibatan mereka di ajang ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Jimmy, yang merupakan bos dari perusahaan penyedia lokapasar jual beli aset kripto, berharap bisa bertemu pelaku industri serupa dari berbagai negara sehingga bisa bertukar ilmu dan pengalaman satu sama lain.
”Aset kripto dan blockchain ini dipandang sebagai masa depan. Keterlibatan kami di sini juga ingin menunjukkan Indonesia juga sudah ramai loh jual beli aset kripto,” ujar Jimmy.
Direktur Pemasaran Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf)/Badan Parekraf Yuana Rochma Astuti menjelaskan, dari sepuluh perusahaan rintisan itu, ada dua yang diundang pemerintah untuk terlibat dalam ajang ini, yaitu Peduli Lindungi dan Ruang Guru. Adapun delapan perusahaan rintisan lainnya terpilih setelah melalui seleksi panitia seleksi yang beranggotakan tim gabungan antara lain dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Badan Riset Inovasi Nasional.
Ia menjelaskan, ada tiga kriteria yang ditetapkan panitia seleksi. Yang pertama adalah kapabilitas pendiri perusahaan dan timnya, yang kedua adalah motivasi serta kesiapan, dan yang ketiga adalah kesesuaian produk dan jasa mereka dengan pasar global.
Menteri Parekraf Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya selalu mengapresiasi perusahaan rintisan yang terus berinovasi mencari solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Perusahaan rintisan ini bisa meningkatkan kapasitasnya dengan mencoba menawarkan inovasinya kepada khalayak dunia.
Ia menambahkan, penguatan ekosistem digital juga merupakan salah satu agenda pembahasan dalam pertemuan G-20 tahun ini. ”Semoga Indonesia makin meningkatkan kapasitasnya agar lebih terlibat dalam tataran dunia,” ujar Sandiaga.
Pameran daring
Pelaksana Tugas Deputi Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya menjelaskan, awalnya pihaknya ingin berpartisipasi secara fisik pada ajang SXSW ini. Namun, perkembangan terkini soal merebaknya jumlah kasus Covid-19 belum memungkinkan hal itu terlaksana. Maka, pihaknya memilih berpartisipasi dalam pameran daring.
Ia menjelaskan, sepuluh perusahaan rintisan itu akan tampil dalam paviliun Indonesia yang ditampilkan melalui pameran daring. Maka, lanjutnya, tema yang diusung Indonesia pada ajang ini adalah ”Exploring Digital Wonders of Indonesia”.
”Jadi konsepnya kami ingin menampilkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki kekuatan ekonomi dan inovasi digital yang hebat-hebat,” ujar Nia.
Untuk mengikuti pameran daring itu, sebenarnya warganet perlu membayar 500 dollar AS (Rp 7,5 juta) sebagai biaya tiket masuk. Namun, Pemerintah Indonesia sudah menyiapkan situs yang bisa diakses secara gratis oleh warganet Indonesia melalui alamat www.indonesia.travel atau https://www.exploringdigitalwonders.com.
“Saya mengajak warganet untuk, ayo ikut serta meramaikan ya, pungkas Nia.