Konflik Rusia-Ukraina Berpotensi Picu Kenaikan Biaya Logistik Laut
Jika konflik Rusia-Ukraina berkepanjangan dan meluas, pelayaran kapal kargo bisa terhambat, rute pelayaran bisa berubah, dan harga bahan bakar kapal semakin tinggi.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Kapal bermuatan peti kemas meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.
JAKARTA, KOMPAS — Eksportir dan pelaku jasa logistik khawatir invasi Rusia ke Ukraina berimbas pada kenaikan biaya logistik laut global. Konflik kedua negara itu telah menghambat arus pelayaran barang di Laut Hitam dan memicu kenaikan harga minyak mentah yang berujung pada lonjakan biaya bahan bakar kapal.
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Abdul Sobur, Selasa (8/3/2022), mengatakan, saat ini, biaya pengiriman kontainer global masih tinggi dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Konflik Rusia-Ukraina akan membuat biaya logistik itu susah turun bahkan bisa jadi naik lagi.
Konflik Rusia-Ukraina telah mengganggu pelayaran kapal-kapal kargo di Laut Hitam dan menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia. Jika konflik ini berkepanjangan dan meluas, pelayaran kapal kargo bisa terhambat, rute pelayaran bisa berubah, dan harga bahan bakar kapal semakin tinggi.
”Rute perdagangan antarbenua dan samudra ini sudah semakin terintegrasi. Jika salah satu titiknya terganggu, tentu akan berpengaruh terhadap jalur-jalur pelayaran yang terhubung dengan titik itu,” kata Sobur ketika dihubungi di Jakarta.
Rute perdagangan antarbenua dan samudra ini sudah semakin terintegrasi. Jika salah satu titiknya terganggu, tentu akan berpengaruh terhadap jalur-jalur pelayaran yang terhubung dengan titik itu.
ALIF ICHWAN
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan peti kemas, Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Indeks Pengiriman Kontainer Global (Global Container Freight Index/GCFI) per 4 Maret 2022 sebesar 9.575 dollar AS per kontainer (ukuran 40 feet). Angka itu jauh di atas GCFI pada 5 Maret 2021 yang sebesar 4.347 dollar AS per kontainer, tetapi belum menembus rekor indeks tertinggi yang terjadi pada 10 September 2021 yang sebesar 11.109 dollar AS per kontainer.
Sebelum Rusia menginvasi Ukraina pertama kali pada 24 Februari 2021, GCFI turun di kisaran 9.100 dollar AS per kontainer hingga 9.600 dollar AS per kontainer. Sepanjang sepekan invasi itu berlangsung, GFCI bergerak di kisaran 9.500 dollar AS per kontainer hingga 9.800 dollar AS per kontainer.
Menurut Sobur, tingginya biaya pengiriman kontainer global pada 2021 telah menghambat pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan. Ekspor mebel dan kerajinan tumbuh sebesar 25,83 persen dari 2,72 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 3,42 miliar dollar AS pada 2021.
”Jika biaya logistik itu tidak melambung tinggi, pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan bisa tembus 31 persen pada tahun lalu,” ujarnya.
Dari sisi ekspor mebel dan kerajinan ke Rusia, Sobur mengaku tidak terlalu khawatir. Pasalnya, nilai ekspor kedua produk itu ke Rusia kecil, yaitu sekitar 70 juta dollar AS.
Pada Kamis (3/3/2022) waktu setempat, Al Jazeera memberitakan, Rusia telah menguasai sejumlah pelabuhan strategis Ukraina di wilayah Laut Hitam. Dua kapal kargo milik Bangladesh dan Estonia juga terkena imbas invasi militer Rusia itu.
Kapal kargo Bangladesh dikabarkan terkena rudal saat bersandar di Pelabuhan Olvia, Ukraina. Beberapa jam setelahnya, kapal kargo Estonia tenggelam di Laut Hitam tak jauh dari Pelabuhan Odessa, Ukraina. Situasi itu membuat banyak perusahaan menangguhkan pelayaran ke pelabuhan-pelabuhan di kawasan Laut Hitam Ukraina.
Anggota Dewan Pakar Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita, menuturkan, sebenarnya sebelum konflik Rusia-Ukraina, biaya pengiriman kontainer global sudah mulai turun dan mengarah ke tren normal dibandingkan 2021. Khusus jalur perdagangan maritim Eropa, terutama Eropa Utara, Timur Tengah, dan Afrika, diperkirakan akan terimbas konflik Rusia-Ukraina.
Saat ini perdagangan maritim di Laut Hitam sudah terhambat akibat konflik itu. Sementara untuk perdagangan maritim intra Asia dan Asia-Amerika, sejauh arus putaran kontainer tetap seimbang, biaya pengiriman kontainer akan cenderung turun.
”Namun, jika perusahaan pelayaran global masih ingin mendapatkan keuntungan besar dengan sengaja membatasi jumlah kapal dan kontainer yang dioperasikan, biaya logistik pasti akan tinggi. Apalagi jika bahan bakar minyak untuk kapal melambung tinggi,” tuturnya.
Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan harga minyak mentah dunia meningkat. Di sektor logistik laut, konflik dan kenaikan harga minyak mentah itu telah menyebabkan kenaikan biaya bahan bakar kapal dan biaya tambahan bungker bahan bakar angkutan laut (bunker adjustmet factor/BAF).
Ship & Bunker mencatat, harga rata-rata bahan bakar minyak bersulfur sangat rendah (very low sulphur fuel oil/VLSFO) di bungker 20 pelabuhan utama dunia pada pekan lalu 882,5 dollar AS per ton, naik 73 persen dibandingkan tahun lalu. Biaya itu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata harian sebelum konflik Rusia-Ukraina, yaitu 693,5 dollar AS per ton.
Kiel Institute for the World Economy, lembaga think tank Jerman, pada 7 Maret 2022, menyebutkan, konflik Rusia-Ukraina akan menyebabkan volume perdagangan dunia pada Februari 2022 turun signifikan sebesar 5,6 persen dibandingkan dengan Januari 2022. Hal ini merupakan penurunan terbesar sejak merebaknya pandemi Covid-19 pada 2020.
Invasi Rusia ke Ukraina ditambah sanksi ekonomi terhadap Rusia akan semakin memperkuat tren negatif perdagangan.
Menurut Head of the Kiel Trade Indicator Vincent Stamer, meskipun konflik Rusia-Ukraina baru meningkat pada pekan terakhir Februari 2022, ketidakpastian dan sanksi ekonomi terhadap Rusia tetap berimbas pada perdagangan dunia. Pada pertengahan Februari 2022, pergerakan kapal sebenarnya sudah mulai turun.
”Invasi Rusia ke Ukraina ditambah sanksi ekonomi terhadap Rusia akan semakin memperkuat tren negatif perdagangan,” kata Stamer dalam keterangan resmi di situs Kiel Institute.
Perdagangan maritim Rusia dan Ukraina sebagian besar telah terputus dari perdagangan maritim internasional. Ekspor Rusia akan turun tajam 11 persen, Amerika Serikat turun 3,9 persen, dan Jerman merosot 3,8 persen. Adapun ekspor kawasan Uni Eropa diperkirakan turun 2,8 persen.