Elpiji 12 Kg di Kupang Tembus Rp 265.000, Warga Beralih ke Minyak Tanah
Harga elpiji 12 kg di Kupang naik dari Rp 230.000 menjadi Rp 265.000 per tabung. Sebagian ibu rumah tangga beralih ke kompor minyak tanah.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Harga elpiji ukuran 12 kilogram di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur mencapai Rp 265.000 per tabung. Adapun elpiji ukuran 3 kilogram dan 5,5 kilogram belum tersedia luas di Kupang, apalagi kabupaten lain di NTT. Sebagian warga pun memilih kembali menggunakan minyak tanah.
Pengamatan Kompas di Kota Kupang, Minggu (6/3/2022), sejumlah toko dan pusat perbelanjaan yang sebelumnya menjual elpiji mengaku belum memesan elpiji dari Pertamina setelah ada kenaikan harga. Kenaikan harga elpiji 12 kilogram (kg) oleh pemerintah mendorong para pedagang waspada, jangan sampai konsumen tidak mampu berbelanja.
Anastasia Elen (54), pemilik toko ”Hokki” yang antara lain menjual tabung elpiji mengatakan, menjual elpiji 12 kg (berat kotor 15 kg) senilai Rp 265.000 per tabung. Sebelumnya harganya Rp 230.000 per tabung.
”Kenaikan Rp 35.000 ini memang dari Pertamina. Saya ambil untung tidak seberapa, yang penting setelah dihitung modal bisa kembali,” kata Elen.
Sebanyak 50 tabung gas 12 kg persediaan di toko itu telah dijual dengan harga baru sejak lima hari yang lalu. Baru tujuh tabung yang laku. Padahal dengan harga Rp 230.000, setiap hari rata-rata 10 tabung terjual.
”Kadang ada konsumen yang ambil tiga tabung, tetapi sekarang peminat sepi. Mungkinbelum gajian. Kalau menyangkut kebutuhan, mestinya mahal pun tetap dibeli,” kata Elen.
Ibu empat anak ini mengaku tabung elpiji 12 kg yang dijual itu masih jauh lebih murah dibandingkan di toko atau pedagang lain. Masih ada toko yang menjual dengan harga Rp 275.000 per tabung.
”Harga initerus bergerak naik, tidak hanya elpiji tetapi semua jenis kebutuhan. Tidak ada barang yang turun, kecuali stagnan seperti harga beras karena disubsidi pemerintah,” kata Elen.
Mercy Talan (25), karyawan swalayan ”King Mart” Kupang, mengatakan, tabung elpiji di swalayan itu sedang kosong. Ia mengaku belum tahu, apakah harga elpiji baru yang bakal dijual itu naik atau tidak. ”Itu bos yang tahu,” kata Talan singkat.
Yuyun Ekatama (44), ibu rumah tangga di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, mengatakan, selama ini menggunakan kompor elpiji, tetapi tidak rutin. Kompor gas itu digunakan kalau terburu-buru ke tempat kerja pada pagi hari. Siang atau sore hari, dan hari libur, ia memasak dengan kompor minyak tanah.
Harga minyak tanah dinilai jauh lebih murah, yakni Rp 5.000 per liter, dibandingkan gas tabung elpiji. Ia memiliki dua kompor minyak tanah yang digunakan secara bergantian di rumahnya. ”Anak-anak saya ajari menggunakan kompor minyak tanah, yang relatif lebih aman ketimbang elpiji,” kata ibu guru sekolah dasar di Kupang itu.
Dengan adanya kenaikan harga elpiji 12 kg, Yuyun mengaku sementara waktu berhenti menggunakan kompor gas. Kenaikan yang berkisar Rp 35.000-Rp 45.000 per tabung gas cukup memberatkan kaum ibu rumah tangga. Tidak hanya elpiji, tetapi hampir semua kebutuhan hidup terus bergerak naik.
Jika tabung elpiji ukuran 3 kg dan 5,5 kg yang mudah didapatkan, ia akan membeli tabung elpiji jenis itu. ”Jika di Jawa tabung elpiji 3 kg itu dijual dengan harga Rp 20.000, di Kupang mungkin Rp 35.000 per tabung,” katanya.
Warga Kupang lain, Maria Klau (54), mengatakan tidak pernah menggunakan kompor elpiji. Selain mahal, juga dinilai membahayakan keselamatan. ”Kita mendengar di televisi sejumlah kebakaran terjadi akibat ledakan kompor gas. Meski kompor minyak tanah pun bisa saja meledak, tetapi lebih membahayakan kompor gas,” kata Klau.
Kompor gas hanya untuk orang kelas menengah ke atas. (Maria Klau)
Selain kompor minyak tanah, ia malah lebih sering menggunakan kayu bakar untuk memasak, terutama pada musim kemarau. Kayu bakar itu mudah didapatkan di sekitar rumah tanpa mengeluarkan biaya. Uang Rp 25.000 yang seharusnya untuk belanja satu jeriken minyak tanah berukuran lima liter digunakan untuk belanja kebutuhan lain, seperti sayur atau tahu dan tempe.
”Kompor gas hanya untuk orang kelas menengah ke atas. Berapa pun kenaikan harga elpiji, tetap diminati kelompok masyarakat tersebut,” kata Klau.
Orangtua tunggal empat anak ini mengaku mendapatkan program keluarga harapan (PKH) Rp 100.000 per bulan dan beras 10 kg per bulan. Namun, bantuan itu tidak setiap bulan dibagikan, kadang tiga bulan dibagikan. ”Bantuan pemerintah ini belum cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau boleh pemerintah naikkan lagi dana PKH,” katanya.
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga melakukan penyesuaian harga elpiji nonsubsidi dari 11.500 per kilogram pada Desember 2021 menjadi Rp 13.500 per kilogram. Setelah itu menjadi Rp 15.500 per kilogram pada Minggu (27/2/2022).
Dalam siaran persnya, PT Pertamina Patra Niaga menyampaikan, harga elpiji nonsubsidi 12 kg naik dari semula Rp 162.000 per tabung menjadi Rp 182.000 per tabung. Kenaikan merupakan respons terhadap melonjaknya harga elpiji dan minyak mentah dunia dalam beberapa waktu terakhir.
Pejabat Sementara Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, harga kontrak gas (contrak price/CP Aramco) saat ini 775 dollar AS per ton atau naik 21 persen dari harga rata-rata sepanjang 2021. Selain menyebabkan harga elpiji 12 kg naik, hal itu membuat harga elpiji 5,5 kg dengan nama pasar Bright Gas naik dari Rp 76.000 per tabung menjadi Rp 85.250 per tabung. (Kompas.id, Jumat, 4/3/2021).