Emiten pertambangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan laba bersih 1,02 miliar dollar AS pada 2021. Kenaikan laba sebesar 547 persen dibandingkan tahun sebelumnya itu ditopang oleh lonjakan harga batubara.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga batubara mendukung kinerja keuangan emiten pertambangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Adaro Energy membukukan kinerja yang baik sepanjang tahun 2021 jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020.
Laba kotor Adaro Energy tercatat naik 207 persen menjadi 1,77 miliar dollar AS, sementara laba intinya naik 201 persen menjadi 1,256 miliar dollar AS. Sementara itu, laba bersihnya hingga akhir tahun 2021 naik 547 persen menjadi 1,02 miliar dollar AS.
Kenaikan laba tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha pertambangan dan perdagangan batubara yang naik 62 persen menjadi 3,83 miliar dollar AS. Menurut laporan keuangan Adaro Energy, per 31 Desember 2021 dan dipublikasikan Jumat (4/3/2022), laba per saham Adaro naik dari 0,00459 dollar AS menjadi 0,02927 dollar AS atau naik sebesar 538 persen.
”Kondisi pasar yang kondusif menopang kinerja AEI (Adaro Energy Indonesia) pada 2021. Kami membukukan profitabilitas yang solid dan berkat hal ini kami dapat meningkatkan kontribusi terhadap negara melalui royalti dan pajak,” kata CEO Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir dalam keterangannya.
Sementara itu, PT Adaro Energy Indonesia Tbk menargetkan produksi batubara sebanyak 58 juta-60 juta ton sepanjang tahun 2022. Pada 2021, produk batubara Adaro mencapai 52,70 juta ton atau turun 3 persen dari tahun 2020. Dari sisi penjualan, pada 2021 Adaro membukukan penjualan 51,58 juta ton atau turun 5 persen dari tahun sebelumnya.
Beli balik obligasi
Emiten yang bergerak pada sektor komoditas menjadi perhatian para investor. Kenaikan harga komoditas di pasar global turut mengerek harga saham-saham sektor komoditas. Aksi korporasi yang dilakukan emiten di sektor ini juga selalu dicermati investor.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk, misalnya, melalui anak usahanya, yakni PT Saka Energi Indonesia, berencana membeli balik atau buy back obligasi yang pernah diterbitkan. Pada 5 Mei 2017, Saka Energi menerbitkan obligasi senilai 625 juta dollar AS dengan jangka waktu tujuh tahun.
Tindakan ini merupakan bagian dari pengelolaan surat utang yang akan jatuh tempo pada 2024.
Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, Sekretaris Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama menjelaskan, tindakan ini merupakan bagian dari pengelolaan surat utang yang akan jatuh tempo pada 2024. Adapun dana yang digunakan untuk membeli balik obligasi ini berasal dari dana internal perusahaan.
”Target pembelian maksimum sebesar 200 juta dollar AS,” kata Rachmat dalam keterbukaan informasinya, Jumat. Dengan demikian, Perusahaan Gas Negara setidaknya menyiapkan dana sebesar Rp 2,88 triliun. Masa penawaran di pasar dimulai pada 28 Februari 2022 hingga 26 Maret 2022.