Ekosistem Digital Meningkatkan Kapasitas UMKM di Seluruh Dunia
UMKM yang bergabung dengan ekosistem digital tak hanya bisa mengakses pendanaan, tetapi juga bisa memasarkan produknya di situs e-dagang. Selain itu juga mendapat akses pelatihan pengembangan kapasitas usaha lainnya.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bergabung pada ekosistem digital diyakini bisa mempercepat peningkatan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Dalam ekosistem digital, UMKM tak hanya bisa mendapatkan akses pendanaan, tetapi juga pemasaran. Hal ini tak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.
Pandangan tersebut menjadi benang merah webinar rangkaian acara G-20 yang bertajuk ”Importance of Digital and Innovatife Financial Products and Services for MSMEs Beyond Credit”, Rabu (2/3/2022) malam. Acara itu dibuka dengan kata sambutan dari Kepala Badan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dan Global Partnership Financial Inclusion (GPFI) Co-Chair Magda Bianco.
Turut hadir menjadi pembicara Managing Director and Group Head of SME (Small Medium Enterprise) Banking DBS Bank Joyce Tee, President and Co-Founder Kabbage Kathryn Petralia, Chairman NCBA Bank Kenya Isaac Awuondo, dan Founder & CEO Investree Adrian Gunadi. Diskusi dimoderatori oleh CEO SME Finance Forum Matthew Gamser.
Dalam diskusi yang menghadirkan institusi keuangan dari berbagai penjuru dunia tersebut, para peserta sepakat bahwa membawa UMKM ke dalam ekosistem digital bisa meningkatkan kapasitas mereka.
Magda mengatakan, ada selisih kebutuhan dan angka penyaluran kredit kepada UMKM di seluruh dunia. Kehadiran inovasi keuangan digital tak hanya memperluas inklusi, tetapi juga membantu mereka mendapatkan akses pendanaan kepada UMKM.
Menurut Adrian, masalah pendanaan hanyalah satu dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi UMKM. Mereka masih menghadapi permasalahan lain, seperti kesulitan pemasaran produk sampai hal-hal teknis seperti pencatatan laporan keuangan. Berangkat dari itu, Investree bekerja sama dengan perusahaan e-dagang lainnya untuk membantu pemasaran produk UMKM.
”Memperoleh pendanaan dari berbagai inovasi keuangan digital hanyalah pintu masuk bagi UMKM untuk bisa lebih dalam masuk ke dalam ekosistem digital. Tujuan utamanya ialah meningkatkan kapasitas UMKM melalui ekosistem digital itu,” ujar Adrian.
Dampak luas
Tak hanya mempermudah UMKM memperoleh pendanaan, kehadiran inovasi keuangan digital juga mendorong perbankan bisa meningkatkan penyaluran kredit segmen UMKM. Adrian menjelaskan, perbankan seringkali kesulitan menyalurkan kredit UMKM karena kurangnya data pasar UMKM yang dituju. Saat ini, dengan adanya tekfin pinjaman yang menyasar pembiayaan UMKM, bank bisa menumpang pendanaan di sana.
”Ini solusi yang menguntungkan semua pihak, mulai dari bank, tekfin, hingga ke UMKM itu sendiri sehingga berdampak luas untuk semuanya,” ujar Adrian.
Joycee mengatakan, penyaluran kredit pada UMKM tidak hanya berhenti pada memberikan uangnya, tetapi pihak bank juga perlu terus mendampingi UMKM tersebut. Pendampingan itu dapat berupa pelatihan pembuatan produk, pemasaran, dan lain-lain.
”Yang terpenting adalah perjalanan dari UMKM itu untuk menjadi entitas yang semakin berkembang,” ujar Joycee.
Dengan demikian, UMKM itu bisa bertumbuh dan berkembang. Semakin besar, mereka akan membutuhkan kredit korporasi untuk terus bertumbuh. Bila sudah demikian, akan menciptakan bisnis berkelanjutan.
Isaac menyampaikan, di Kenya, pendanaan bisa sangat signifikan membantu UMKM. Di negara itu, UMKM bisa menjadi upaya pengentasan rakyat dari kemiskinan.