Pedagang Daging Sapi Masih Mogok, Berharap Intervensi Pemerintah
Berdasarkan pantauan pada Selasa, los daging di sejumlah pasar, seperti Pasar Slipi dan Pasar Tomang Barat atau Pasar Kopro, Jakarta Barat, sepi. Sejak Senin (28/2/2022), para pedagang mogok berjualan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, MAWAR KUSUMA WULAN KUNCORO MANIK
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pedagang daging sapi di beberapa pasar di Jakarta dan sekitarnya hingga Selasa (1/3/2022) masih mogok berjualan. Hal ini dipicu oleh harga daging sapi yang terus naik hingga mencapai Rp 150.000 per kilogram. Mereka berharap serta menanti intervensi pemerintah untuk mengendalikan harga daging sapi.
Bedasarkan pantauan pada Selasa, los daging di sejumlah pasar, seperti Pasar Slipi dan Pasar Tomang Barat atau Pasar Kopro, Jakarta Barat, sepi. Sejak Senin (28/2/2022), para pedagang memilih tak berjualan karena harga daging sapi terus merangkak naik. Pekan lalu harga daging sapi sebesar Rp 140.000 per kilogram (kg), tetapi kini sudah menyentuh Rp 150.000 per kg.
Bejo (56), pedagang ikan di Pasar Slipi, mengatakan, sejak kemarin tak ada pedagang daging sapi yang berjualan. Menurut dia, hal itu dilakukan karena memang sudah ada kesepakatan bersama untuk stop berjualan.
Di Pasar Kopro tampak situasi serupa. ”Memang sudah sepakat bersama dan ada edarannya. Harga naik terus, sekarang Rp 145.000 dan Rp 150.000 per kg untuk yang sudah dibersihin. Kalau di tempat jagal informasinya Rp 107.000 per kg. Semoga pemerintah bantu menurunkan supaya pada beli lagi,” kata Saniman, penjual daging sapi di pasar itu.
Di pasar tersebut juga terpasang karton coklat berisi keresahan pedagang. ”Pasar Kopro. Daging sapi koperatif tutup 28 Februari-4 Maret. Menunggu janji Presiden, harga daging sapi di bawah Rp 100.000,” demikian tertulis dalam karton tersebut.
Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, per Selasa (1/3/2022), harga daging sapi kelas I di DKI Jakarta mencapai Rp 145.000 per kg, meningkat bertahap dari 1 Januari 2022 yang sebesar Rp 133.750. Adapun provinsi dengan harga daging sapi kelas I tertinggi pada Selasa adalah Aceh dengan Rp 145.400 per kg.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, kenaikan harga yang menyebabkan pedagang mogok berjualan hanya terjadi di Jabodetabek. Sebagian pedagang juga masih tetap berjualan.
”Masih sama (sebagian mogok), persentasenya 50-50. Ada yang jualan, ada yang enggak jualan,” katanya.
Saat dikonfirmasi terkait upaya Kementerian Perdagangan dalam stabilisasi harga daging sapi, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, hingga Selasa malam, belum memberikan respons.
Sebelumnya, pada Senin (28/2/2022), Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengunjungi Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) dan para pedagang sapi di Pasar Klender, Jakarta Timur. Ia mendengar aspirasi pedagang sekaligus meminta mereka untuk menghentikan niat libur dagang agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan.
Menurut dia, persoalan harga daging dalam proses pembahasan pemerintah. ”Pemerintah telah mengupayakan percepatan untuk mengatasi persoalan komoditas daging,” kata Arief dalam keterangannya, Senin.
Hal itu, lanjutnya, juga sudah dikoordinasikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan menteri terkait lainnya. Sudah dilakukan pula koordinasi dengan BUMN Bulog dan holding pangan ID Food untuk percepatan rencana penugasan.
Ketua APDI Wahyu mengatakan, karena direspons cepat dan dijanjikan solusi oleh pemerintah, bersama pedagang lain, ia pun membatalkan niat mogok. Namun, di sejumlah pasar, hingga Selasa, nyatanya aksi mogok berjualan masih tetap dilakukan sejumlah pedagang.
Harga sapi impor
Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Ali Usman mengatakan, kendati impor daging kerbau dan sapi beku akan mengoreksi harga di pasar, gejolak yang ada belakangan ini dipengaruhi harga sapi bakalan yang diimpor dari Australia. Dalam catatannya, harga sapi bakalan impor ini memang meningkat.
”Pada Juli hingga Oktober 2021, harganya pada kisaran 3,5 dollar Australia-3,6 dollar Australia per kg, tetapi kemudian melonjak sejak Januari 2022 menjadi 4,5 dollar Australia-4,6 dollar Australia per kg,” ucap Ali.
Guna mengendalikan harga di pasar saat ini, menurut dia, pemerintah mau tidak mau harus melakukan operasi pasar. Namun, untuk jangka panjang, ia menilai pemerintah jangan hanya mengandalkan impor sapi bakalan dari Australia. Meski dari segi jarak relatif dekat, Australia kemungkinan akan terus menaikkan harga. Karena itu, diperlukan juga impor dari negara lain yang bebas penyakit mulut dan kuku (PMK).
Lebih lanjut, Ali mendorong pemerintah untuk membenahi basis data. Ke depan peranan itu dapat dipegang Badan Pangan Nasional, bukan oleh kementerian yang memiliki fungsi eksekutor. ”Data perlu dibuka. Apabila populasi sapi meningkat, seharusnya rasio impor daging kerbau dan sapi bakalan akan turun. Pasar lokal akan tercipta dengan sendirinya,” lanjutnya.
Adapun Kementerian Pertanian memastikan ketersediaan daging sapi/kerbau hingga Mei 2022 aman dan cukup. Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah, dari hasil pendataan dan verifikasi secara faktual, data stok daging sapi/kerbau Februari-Mei 2022 mencapai 240.948,5 ton, sedangkan kebutuhan 238.211,8 ton. Dengan demikian, ada surplus 2.736,7 ton.
Dalam keterangannya, Jumat (25/2/2022) lalu, ia menyebutkan, komposisi ketersediaan daging tersebut terdiri dari produksi sapi/kerbau lokal sebanyak 564.360 ekor atau setara 101.596,0 ton daging, sapi bakalan impor siap potong sebanyak 174.264 ekor atau setara 33.404,7 ton daging, dan daging sapi/kerbau beku impor sebanyak 105.947,8 ton.
Tak diduga
Presiden Joko Widodo dalam arahannya pada Rapat Pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Tahun 2022, yang digelar pada Selasa (1/3/2022) di Plaza Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, mengatakan, kenaikan harga, inflasi, dan kelangkaan pangan memang terjadi di beberapa negara sebagai dampak dari situasi global yang penuh ketidakpastian.
”Sehingga apa? Ketidakpastian global itu merembet sehingga ketidakpastian negara-negara di mana pun di dunia ini menjadi semakin meningkat. Yang dulu tidak pernah kita hitung sekarang muncul semuanya, problem-problem itu,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden menyebut bahwa salah satu tantangan yang terjadi adalah kelangkaan kontainer yang disebabkan oleh ketidakseimbangan perdagangan di pasar global. ”Kalau harga kontainer naik, freight cost naik. Artinya apa? Harga barangnya juga akan ikut naik, kalau harganya naik berarti apa? Konsumen akan membeli lebih mahal dari biasanya. Hati-hati, ini baru urusan kontainer yang langka,” tuturnya.
”Kelangkaan pangan di beberapa negara sudah terjadi dan di semua negara sekarang ini yang namanya food price harganya semuanya naik. Beberapa negara besar sudah di atas 30 persen. Hati-hati dengan yang namanya urusan pangan,” katanya.
Menurut Presiden Jokowi, kenaikan inflasi akan berdampak pada kenaikan harga. Dengan demikian, beban masyarakat untuk membeli barang juga semakin tinggi. Amerika Serikat, misalnya, tidak pernah mengalami inflasi lebih dari 1 persen.
”Sekarang sudah di atas 7 persen, di beberapa negara malah sudah ada di atas 50 persen, di atas 30 persen. Jangan dianggap enteng hal-hal seperti ini. Artinya apa? Masyarakat harus membayar harga yang lebih tinggi. Inilah tantangan-tantangan ketidakpastian yang muncul,” kata Presiden.