Fundamental pasar finansial Indonesia cukup kuat walau ada berbagai faktor eksternal yang berpotensi memberatkan, seperti perang.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fundamental pasar finansial Indonesia cukup kuat walau ada berbagai faktor eksternal yang berpotensi memberatkan, seperti perang. Serangan Rusia terhadap Ukraina membuat pasar saham di kawasan Asia melemah.
Perang ini dinilai hanya menjadi faktor pemberat indeks untuk jangka waktu sementara saja. ”Wabah dan konflik multipolar adalah bagian dari new normal,” kata ekonom Bahana TCW, Budi Hikmat, Kamis (24/2/2022).
Pada penutupan perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,48 persen menjadi 6.817. Nilai perdagangan sebesar Rp 21 triliun. Para investor asing membukukan pembelian bersih senilai Rp 821 miliar. Di BEI, para investor memborong saham-saham sektor minyak dan gas. Harga minyak dan gas terus naik karena tensi geopolitik. Saham Medco Energi Internasional ditutup naik 13,39 persen menjadi Rp 625 per saham, Energi Mega Persada naik 7,65 persen menjadi Rp 183 per saham, AKR Corporindo naik 6,08 persen menjadi Rp 785 per saham.
Indeks saham di beberapa bursa di kawasan Asia juga melemah. Indeks Strait Times Singapura melemah paling dalam, 4 persen. Pasar saham Eropa dibuka langsung melemah. Indeks DAX Jerman turun 4,14 persen, indeks CAC Perancis turun 2,87 persen, dan FTSE Inggris turun 2,8 persen. Demikian pula dengan pasar derivatif Amerika Serikat, indeks S&P 500 turun 2,3 persen.
”Kepercayaan investor terhadap pasar keuangan Indonesia semakin membaik di awal tahun ini. Terlihat selama periode 50 hari pertama 2022 IHSG sudah mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88 persen. ini merupakan awalan yang bagus dan kami proyeksikan masih akan berlanjut mengingat sejumlah capaian positif dari domestik masih akan terus bermunculan,” kata Budi. Bahana TCW memperkirakan indeks mencapai 7.300 pada akhir tahun nanti.
Faktor yang mendorong setidaknya ada dua, yaitu perbaikan ekonomi pascapandemi yang, antara lain, ditopang oleh stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional, insentif perpajakan dan kebijakan BI yang akomodatif.
Faktor lain adalah kepercayaan investor asing yang ditunjukkan dengan aliran dana masuk ke pasar keuangan domestik sejak kuartal keempat 2021. ”Sejak awal 2022 aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia mencapai Rp 20,3 triliun,” ucap Budi.
Senada dengan Budi, Head of Equity BRI Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto juga optimistis pasar saham Indonesia masih akan terus menguat pada tahun ini. Helmy memperkirakan indeks akan mencapai 7.550 pada akhir tahun nanti.
Menurut Helmy, sektor ekonomi hijau dan new economy akan menjadi topik investasi pada tahun ini. ”Selain itu, fundamental dan kondisi makroekonomi Indonesia juga terjaga cukup baik,” kata Helmy.
Aplikasi baru
Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas meluncurkan aplikasi perdagangan online baru yang diberi nama Brightss. Menurut Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas Frederica Widyasari Dewi, aplikasi ini dibuat untuk memberikan edukasi kepada para nasabah. Frederica juga mencermati tingginya minat anak muda untuk berinvestasi dalam dua tahun terakhir ini.
”Kami ingin memberikan edukasi untuk para investor ritel yang baru bergabung dengan memberikan informasi sehingga investor dapat pengetahuan baru dan bisa menjadi investor sukses,” kata Frederica.