Ekspor Sarang Walet Sumut Capai Rp 3,7 Triliun, China Cabut Larangan Empat Eksportir
Ekspor sarang walet Sumatera Utara capai 301 ton dengan nilai Rp 3,7 triliun pada 2021. Tahun ini ekspor diperkirakan meningkat karena empat eksportir yang sebelumnya dilarang mengekspor ke China bisa kembali mengekspor.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor sarang burung wallet dari Sumatera Utara mencapai 301,05 ton dengan nilai Rp 3,7 triliun pada 2021. Ekspor tahun ini diperkirakan meningkat mengingat empat eksportir yang sebelumnya mendapat pelarangan dari China kini bisa kembali mengekspor sarang walet.
”Industri sarang walet ini sangat berpotensi untuk dikembangkan karena pasarnya berorientasi ekspor dan mempunyai nilai yang sangat tinggi,” kata Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Bambang, di Medan, Rabu (23/2/2022).
Bambang mengatakan, lebih dari 90 persen sarang walet dari Indonesia diekspor ke China. Negara yang sudah mempunyai budaya mengonsumsi sarang walet selama ribuan tahun itu membeli bahan pangan itu dengan nilai yang sangat tinggi, yakni hingga 2.200 dollar Amerika Serikat (setara Rp 30 juta) per kilogram. Industri sarang walet juga menyerap tenaga kerja yang sangat banyak untuk proses pembersihan hingga pengemasan.
Pihaknya saat ini berfokus menyelesaikan hambatan ekspor sarang walet ke China. Tahun lalu, lima eksportir dari Indonesia mendapat pelarangan pengiriman sarang walet dari Bea dan Cukai China (General Administration of Custom China/GACC). Empat eksportir mendapat pelarangan karena ekspornya melebih produksi saat pendaftaran. Satu lainnya karena kandungan nitrit dalam sarang waletnya melebihi ketentuan 30 ppm (part per million).
”Empat dari lima eksportir yang mendapat pelarangan itu kini sudah bisa lagi mengekspor sarang walet ke China. Kami berharap setiap tahun semakin banyak eksportir sarang walet dari Indonesia,” kata Bambang.
Kepala Karantina Pertanian Medan Lenny H Harahap menjelaskan, selain ke Tiongkok, sarang walet juga dikirim ke negara lainnya, antara lain Australia, Kamboja, Perancis, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. ”Sarang walet berkontribusi besar pada total nilai ekspor komoditas pertanian asal Sumut,” kata Lenny.
Sarang walet semakin diminati selama pandemi Covid-19 karena sangat baik untuk menjaga kesehatan paru.
CEO PT Ori Ginalnest Indonesia Rusianah, eksportir sarang walet, mengatakan, sarang walet semakin diminati selama pandemi Covid-19 karena sangat baik untuk menjaga kesehatan paru. Bahan pangan itu juga sangat baik untuk mendukung perkembangan otak.
”Permintaan sarang walet di tahun 2021 sangat tinggi. Namun, kami tidak bisa memenuhinya karena China melakukan pembatasan kuota impor sarang walet. Sebenarnya, kapasitas produksi kami bisa memenuhi permintaan itu. Bahan baku di Sumut juga tersedia,” kata Rusianah.
Rusianah mengatakan, perusahaannya sedang mengajukan permintaan tambahan kuota ekspor dari 26 ton menjadi 38 ton. Sebelumnya, China tidak melakukan pembatasan impor sarang walet.
Namun, tahun lalu, PT Ori Ginalnest yang merupakan salah satu eksportir sarang walet terbesar di Indonesia mendapat pemberitahuan tentang pengurangan ekspor 10 ton. ”China tidak menyebutkan alasan kenapa mereka melakukan pembatasan impor sarang walet,” kata Rusianah.
Rusianah mengatakan, eksportir sarang walet dari Indonesia juga terus mempromosikan komoditas itu ke negara lain selain ke Tiongkok. Permintaan dari negara lain juga terus bertumbuh seiring dengan semakin luasnya budaya mengonsumsi sarang walet di sejumlah negara.