Harga Tahu di Kupang Naik Rp 10.000 Per Papan, Produksi Tetap Jalan
Kenaikan harga kedelai menyebabkan harga tahu di Kota Kupang melonjak hingga Rp 60.000 per papan. Produksi tahu tetap berjalan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Harga kedelai di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, naik dari Rp 11.200 per kilogram menjadi Rp 11.500 per kilogram. Akibatnya, harga tahu pun ikut naik dari Rp 50.000 per papan menjadi Rp 60.000 per papan. Konsumen meminta pemerintah segera mengendalikan harga.
Pantauan Kompas di salah satu pabrik tahu di Kota Kupang, Senin (20/2/2022), produksi tahu terus berjalan seperti biasa. Mereka tidak melakukan mogok produksi sebagaimana isu yang beredar. Pembeli pun tetap berdatangan. Pabrik tersebut merupakan satu dari belasan pabrik tahu di Kota Kupang.
Putut Parianto, pemilik pabrik tahu, menuturkan, dalam satu hari, mereka membutuhkan 250 kilogram kedelai. Hasil produksinya paling sedikit 900 papan. Setiap papan dijual dengan harga Rp 60.000, atau naik Rp 10.000. Satu papan biasanya berisi 64 biji tahu. Di tingkat pengecer, harga tahu dijual Rp 5.000 per tiga biji.
Putut mengatakan, mereka terpaksa menaikkan harga jual. ”Sebab, kami tidak mau kurangi kualitas tahu yang kami produksi. Kami punya pelanggan yang sudah puluhan tahun membeli tahu di sini. Ini terpaksa dan akan turun kalau nanti harga kedelai kembali stabil,” ucapnya sembari berharap.
Bahan baku kedelai diperoleh dari distributor dengan harga Rp 11.500 atau naik Rp 300 per kilogram. Mascaya Marianus, distributor kedelai di Kota Kupang, menuturkan, kedelai dibeli dari Surabaya, Jawa Timur. Dalam satu bulan, ia mendapatkan kiriman sebanyak dua peti kemas yang masing-masing berisi 23 ton kedelai. Di Kota Kupang terdapat delapan distributor.
Ia mengaku belum mengetahui penyebab kelangkaan kedelai sehingga memicu kenaikan harga itu. Berdasarkan pengalamannya, kenaikan harga kali ini masih di bawah kenaikan harga beberapa tahun lalu yang sempat mencapai Rp 12.000 per kilogram. ”Kami yakin sebentar lagi harga akan turun,” ujarnya.
Kami yakin sebentar lagi harga akan turun.
Sementara konsumen tahu merasa kenaikan harga menguras dompet belanja ibu rumah tangga. Kenaikan itu terjadi ketika harga ikan di daerah itu juga naik akibat cuaca buruk. Perairan di Kota Kupang dan sekitarnya kini sedang dilanda gelombang tinggi. Pembeli biasanya beralih membeli tahu ketika harga ikan naik.
Di samping itu, masyarakat juga kian tertekan akibat kenaikan harga barang kebutuhan lainnya, seperti minyak goreng. ”Masyarakat semakin sengsara dengan harga barang-barang saat ini. Belum lagi dampak pandemi (Covid-19). Kami berharap pemerintah segera mengendalikan,” kata Mersi (30), ibu rumah tangga.
Yulita I Mamulak, peneliti pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Katolik Widya Mandira, mengatakan, persoalan utama dari kenaikan harga tahu atau tempe adalah pasokan kedelai. Ia mendorong inovasi pengolahan bahan lokal menjadi tahu atau tempe.
Di kampus itu, mereka pernah membuat nuget dari kacang merah yang banyak diproduksi petani lokal. Biasanya nuget juga terbuat dari tahu hasil olahan kedelai.
Berdasarkan hasil penelitian mereka, kata Yulita, kacang merah kaya akan karbohidrat, protein, dan dapat menekan lemak jahat. Mereka membuat nuget dengan bahan berupa 350 gram tepung kacang merah ditambah dengan daging ayam seberat 350 gram. Hasilnya, setelah digoreng, di dalam nuget itu terkandung 47 persen karbohidrat, 25 persen protein, dan 19,3 persen lemak.