Perbaikan Palapa Ring Tengah Dilanjutkan Maret 2022
Pengalaman putusnya kabel laut segmen Ondong Siau-Tahuna bagian dari jaringan Palapa Ring Tengah bisa jadi pembelajaran pemerintah untuk pengembangan tambahan jaringan tulang punggung di proyek Palapa Ring Integrasi.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbaikan kabel laut telekomunikasi segmen Ondong Siau- Tahuna (Sulawesi Utara), bagian dari jaringan tulang punggung Palapa Ring Tengah, masih terus dilakukan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi bersama PT Len Telekomunikasi Indonesia selaku badan usaha pelaksana proyek Palapa Ring Tengah. Kabel laut telekomunikasi segmen Ondong Siau-Tahuna putus sekitar September 2021 karena gempa. Proses perbaikan terkendala cuaca buruk.
Menurut Kepala Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Anang Latif, penyambungan kabel laut yang terputus mulanya sudah ditargetkan selesai dilakukan pada 3 Oktober 2021. Bersamaan dengan proses penyambungan itu, terjadi gempa kembali. Upaya perbaikan dan penyambungan dilakukan lagi pada bulan berikutnya, tetapi terkendala cuaca buruk. Akibatnya, saat proses penyambungan terjadi twist pada kabel yang akan dipakai menyambung dan malah rusak.
Badan usaha pelaksana Palapa Ring Tengah, yakni PT Len Telekomunikasi Indonesia, saat ini sedang memesan kabel fiber optik jaringan tulang punggung dengan panjang sekitar 50 kilometer. Produksi kabel memakan waktu tiga bulan. Anang mengatakan, menurut rencana, proses perbaikan dimulai kembali pada awal Maret 2022.
”Kami dan PT Len Telekomunikasi Indonesia berusaha bekerja sama dengan salah satu operator telekomunikasi untuk menyediakan jaringan cadangan. Kami berharap upaya ini bisa membuat layanan internet kepada masyarakat Sulawesi Utara, khususnya Kabupaten Sitaro, tetap lancar terpenuhi,” katanya, akhir pekan lalu, di Jakarta.
Seperti diketahui, jaringan tulang punggung telekomunikasi Palapa Ring Tengah menjangkau 17 kabupaten/kota, seperti Kabupaten Mahakam Ulu (Kalimantan Timur), Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), dan Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara). Proyek ini dikerjakan dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), bernilai Rp 1,3 triliun, dan selesai dibangun awal 2019.
Jaringan tulang punggung telekomunikasi Palapa Ring yang sudah ada akan kami sambungkan dengan proyek baru Palapa Ring Integrasi. Palapa Ring Integrasi nantinya juga akan dipakai mengintegrasikan jaringan fiber optik untuk wilayah ibu kota negara baru.
Pengembangan
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Kominfo Dedy Permadi dalam siaran pers mengenai percepatan pemulihan pascapandemi Covid-19 mengatakan, pemerintah berusaha memperluas dan mempercepat pemerataan akses internet di seluruh wilayah Indonesia. Selain pembangunan pemancar berteknologi 4G di 12.548 desa/kelurahan yang belum terjangkau layanan telekomunikasi dan peluncuran satelit Satria I pada 2023, pemerintah juga mendorong optimalisasi penggunaan jaringan tulang punggung Palapa Ring.
”Jaringan tulang punggung telekomunikasi Palapa Ring yang sudah ada akan kami sambungkan dengan proyek baru Palapa Ring Integrasi. Palapa Ring Integrasi nantinya juga akan dipakai mengintegrasikan jaringan fiber optik untuk wilayah ibu kota negara baru,” katanya.
Proyek Palapa Ring Integrasi sudah disampaikan oleh Menkominfo Johnny G Plate sejak tahun lalu. Tahapan eksekusi proyek dimulai dari penjajakan pasar hingga operasi komersial yang rencananya berlangsung selama kurun waktu 2021–2024.
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Institut Teknologi Bandung Ian Joseph Matheus Edward saat dihubungi Minggu (20/2/2022) sore, di Jakarta, berpendapat, pemerintah perlu terlebih dulu memetakan keinginan dan kebutuhan internet masyarakat. Selanjutnya adalah pemetaan kebutuhan interkoneksi dengan operator telekomunikasi yang memiliki jaringan tulang punggung serta jaringan akses telekomunikasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan utilisasi bisa tinggi.
Saat dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Masyarakat Telematika (Mastel) Indonesia Sarwoto Atmosutarno mengatakan, untuk penggunaan kabel laut telekomunikasi, tantangan terbesar penggelaran adalah kondisi geografis. Sementara topologi konstruksi jaringan tulang punggung fiber optik yang paling dapat bekerja optimal adalah topologi cincin. Dengan topologi cincin ini akan menjaga layanan internet tetap bisa berjalan meski ada segmen kabel yang putus.
Untuk penggunaan kabel laut telekomunikasi, tantangan terbesar penggelaran adalah kondisi geografis.
”Kalau memakai topologi cincin, ini akan membutuhkan panjang kabel yang besar. Kondisi (dasar) lautan Indonesia juga belum banyak diketahui karakternya. Cara paling optimal ialah sasar pascapembangunan (yang sudah ada) dengan merencanakan strategi darurat di segmen-segmen kabel yang berpotensi sering kena gangguan,” kata Sarwoto.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi) Eky S Pratomo menambahkan, berangkat dari beberapa kasus putusnya kabel laut telekomunikasi yang pernah terjadi, opsi penanganannya hanya ada dua. Opsi pertama ialah tambal-sulam alias setiap kali ada gangguan baru diperbaiki. Opsi kedua adalah di sekitar area yang berpotensi sering terkena gangguan alam dibangun sistem komunikasi kabel laut pengganti melalui jalur baru.
”Fokus utamanya mesti menjaga pemenuhan kebutuhan akses komunikasi internet ke masyarakat. Ketika survei pra-pembangunan jaringan tulang punggung memakai kabel laut biasanya ditemukan data daerah bersangkutan rawan bencana alam atau tidak,” ujarnya.