Bertemu Jokowi, ADB Siap Dukung Transisi Energi di Indonesia
Pemerintah menargetkan energi baru terbarukan mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Dukungan, termasuk pendanaan, dibutuhkan dari berbagai pihak.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Indonesia terus mendorong transisi energi fosil ke energi baru terbarukan. Pemerintah membuka pintu untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari berbagai pihak, termasuk Bank Pembangunan Asia.
Presiden Joko Widodo menyampaikan rencana transisi energi Indonesia saat menerima kunjungan pimpinan Bank Pembangunan Asia (ADB) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (18/2/2022). Pimpinan ADB yang bertemu Presiden di antaranya adalah President ADB Masatsugu Asakawa, Executive Director Representing Indonesia Arif Baharudin, dan Country Director ADB Indonesia Resident Mission Jiro Tominaga.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.
Transisi energi memang tak bisa dielakkan. Indonesia pun memiliki banyak potensi sumber energi baru terbarukan. Beberapa kali disampaikan Presiden Joko Widodo, potensi energi baru terbarukan di Indonesia mencapai 418.000 megawatt, baik yang bersumber dari tenaga air, hydropower, panas bumi atau geotermal, arus bawah laut, panas permukaan laut, angin, maupun tenaga surya.
Indonesia menargetkan energi baru terbarukan mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Pada 2020, bauran energi baru terbarukan baru 11,2 persen.
Pihak ADB, menurut Suharso, menyatakan dukungan dengan merespons permintaan Indonesia terkait pembiayaan dalam hal transisi energi dan pembiayaan-pembiayaan lain pada sejumlah proyek yang sedang berjalan. Saat ini, setelah 55 tahun kerja sama Indonesia dan ADB, terdapat 14 proyek yang dibiayai ADB.
Indonesia menargetkan energi baru terbarukan mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Pada 2020, bauran energi baru terbarukan baru 11,2 persen.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo juga membahas beberapa hal lain, termasuk penanganan pandemi Covid-19 serta pertumbuhan dan kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah. Perkembangan Covid-19 di Indonesia saat ini disebutkan sebagai nomor empat di dunia dalam kesuksesan melakukan vaksinasi. Saat ini, sudah sekitar 330 juta suntikan vaksin telah diberikan kepada warga, padahal Indonesia bukan negara yang memproduksi vaksin.
Perkembangan penanganan Covid-19 selaras dengan kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal IV tahun 2021 yang sudah di atas 5 persen. Asakawa pun memuji pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021.
”Meskipun full year pada tahun lalu (pertumbuhan ekonomi) 3,7 persen, itu sudah bagus dan dipuji oleh ADB bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang amazing kata beliau,” tambah Suharso.
Kebijakan hilirisasi industri juga disampaikan Presiden Jokowi. Hilirisasi dinilai memberi nilai tambah ekspor sekaligus memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia.
”Tadi Bapak Presiden menyampaikan bahwa kita bisa memperoleh 1 berbanding 20, dari 1,1 (miliar) dollar AS menjadi 20,1 miliar dollar AS hanya karena satu aturan, kita tidak mengekspor dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang-barang jadi,” lanjut Suharso.