Pemanfaatan ”Cloud” Kian Marak, Layanan Diharapkan Semakin Baik
Selain pebisnis, organisasi layanan publik dan pemerintahan marak mengadopsi sistem komputasi awan. Pemanfaatannya diharapkan memudahkan penyedia layanan dalam menjalankan beragam aplikasi yang dibutuhkan masyarakat.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan sistem komputasi awan atau cloud computing semakin banyak digunakan, baik oleh pelaku industri maupun organisasi layanan publik dan pemerintahan. Pemakaian layanan itu diyakini memudahkan mereka menjalankan beragam jenis aplikasi layanan yang dibutuhkan masyarakat.
Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto saat dihubungi, Rabu (16/2/2022), menyatakan, berdasarkan riset Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, ACCI, dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terhadap 31 instansi layanan publik pemerintahan, 67 persen di antaranya sudah menggunakan sistem komputasi awan.
Sebanyak 31 instansi layanan publik pemerintah itu mencakup kementerian/lembaga, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Riset dilakukan selama November 2021 hingga Januari 2022.
Meski tidak bisa dikatakan mencerminkan realitas sesungguhnya, persentase adopsi sistem komputasi awan di instansi layanan publik dan pemerintahan sebesar itu dianggap positif. Hal ini sejalan dengan transformasi digital tinggi, baik dari sisi kepemimpinan maupun implementasi layanan yang lebih efisien.
”Situasi saat ini berbeda dengan tahun 2012 saat layanan komputasi awan hanya sedikit digunakan. Padahal, sebagai inovasi teknologi, sistem komputasi awan telah muncul dan diperkenalkan sekitar 2000-an,” katanya.
Alex mengatakan, sebanyak 32 persen responden instansi belum mengadopsi sistem komputasi awan karena beberapa alasan. Misalnya, mereka beralasan masih khawatir mengenai akses dan kontrol data, keamanan data, serta merasa belum ada ketidakjelasan regulasi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
”Sementara dari sisi swasta, semakin banyak perusahaan skala besar berlatar belakang sektor industri tradisional beralih menggunakan sistem komputasi awan. Jadi, saat ini bukan hanya perusahaan rintisan bidang teknologi atau startup yang memanfaatkan,” tuturnya.
Penyedia layanan sistem komputasi awan multinasional Google, Microsoft Azzure, Alibaba Cloud, dan Amazon Web Services telah hadir di Indonesia. Selain gencar promosi, mereka juga berinvestasi membuat fasilitas pusat data di Indonesia. Alex mengatakan, belum ada data spesifik yang menggambarkan besarnya nilai pasar layanan sistem komputasi awan khusus Indonesia.
Belum ada data spesifik yang menggambarkan besarnya nilai pasar layanan sistem komputasi awan khusus Indonesia.
Secara global, berdasarkan laporan studi Synergy Research, bisnis layanan sistem komputasi awan tumbuh 50 miliar dollar AS atau dari 129 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 178 miliar dollar AS pada 2021. Konsultan analisis pasar teknologi Canalys juga melaporkan angka yang mendekati, yakni tumbuh 35 persen atau dari 142 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 191,7 miliar dollar AS pada 2021.
Baik Synergy Research maupun Canalyst, seperti dikutip dari Techcrunch (4 Februari 2022), mengatakan, pasar layanan sistem komputasi awan akan terus tumbuh dengan kecepatan tinggi. Raksasa penyedia layanan, seperti Microsoft, Google, dan Amazon, akan mengambil porsi besar. Meski demikian, penyedia lebih kecil tetap akan kebagian porsi.
Sementara itu, Country Manager F5 (perusahaan penyedia solusi keamanan siber) Surung Sinamo di sela-sela peluncuran F5 Distributed Cloud Service di Jakarta mengatakan, rata-rata organisasi saat ini mengembangkan dan menggunakan aplikasi untuk operasional atau memudahkan pelayanan ke masyarakat.
Pendekatan pembuatan aplikasi yang mereka lakukan telah beralih dari bersifat monolitik menjadi micro services. Pendekatan micro services berarti memungkinkan pengembangan, cara bekerja dilakukan oleh berbagai macam tim, dan penyimpanan dilakukan di multisistem layanan komputasi awan.
”Fenomena itu sejalan dengan transformasi digital yang menjadi agenda perusahaan atau instansi layanan publik. Transformasi digital menuntut kelincahan dan pelayanan cepat kepada masyarakat. Akan tetapi, penggunaan multisistem layanan komputasi awan juga menambah kerumitan arsitektur keamanan siber,” kata Surung.