Berlimpahnya data di era informasi saat ini harus bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai dasar bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang presisi dan berdampak positif.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berlimpahnya data di era informasi saat ini harus bisa dimanfaatkan secara optimal sebagai dasar bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang presisi dan berdampak positif. Terlebih di masa pandemi, pemerintah dituntut mengambil keputusan secara tepat dan cepat.
Senior President Representatives for Indonesia Dana Moneter Internasional (IMF) James P Walsh mengatakan, sudah saatnya para pengambil kebijakan khususnya pejabat negara untuk memutuskan sesuatu berdasarkan data dan bukti-bukti di lapangan. Keputusan jangan lagi diambil berdasarkan sentimen ataupun berbagai dorongan tak rasional yang malah bisa merugikan semua pihak.
”Dengan melihat data riil di lapangan, pengambil kebijakan bisa memutuskan apa yang paling sesuai untuk mencapai dampak paling optimal yang diinginkan,” ujar James pada webinar bertajuk ”Casual Talks: Exploring New Data for Better Policy Making”, Selasa (15/2/2022).
James menjelaskan, kondisi nyata di lapangan hanya bisa terpotret dengan data terkini dan akurat. Untuk itu, diperlukan integritas dan kejujuran dalam proses pengambilan data.
Dalam konteks perekonomian dunia pascapandemi seperti saat ini, lanjut James, data yang akurat menjadi elemen sangat penting dalam pengambilan keputusan. Data-data, seperti jumlah kasus Covid-19, data produk domestik bruto, data ekspor-impor, dan data inflasi setiap negara, menjadi acuan bagi negara lainnya dalam mengambil kebijakan geopolitik dan ekonomi.
”Data yang akurat membantu pemerintah bagaimana menentukan kebijakan moneter, fiskal, dan bagaimana merumuskan kerangka kerja komprehensif untuk menanggulangi pandemi,” ujar James.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman mengatakan, saat pandemi banyak hal yang harus diperhatikan, mulai dari penyebaran varian Omicron, disrupsi rantai pasok global, hingga keputusan geopolitik negara-negara dunia. Belum lagi adanya digitalisasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Berangkat dari hal-hal itu, pengumpulan, pemrosesan, hingga analisa data yang akurat bisa mendorong lahirnya kebijakan yang tepat.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, di era banjir informasi seperti ini, data yang bermakna menjadi komoditas baru yang bernilai. ”Data is the new oil,” ujar David.
Namun, lanjut David, data bisa punya spektrum yang lebih luas ketimbang hanya menjadi komoditas. Data yang akurat bisa membantu pengambil kebijakan untuk membuat perubahan yang diperlukan.
Ia mengatakan, penggunaan big data akan menjadi tren yang akan terus bertumbuh. Para pemimpin akan menggunakan big data dalam pengambilan keputusan. ”Ini akan punya peranan penting dalam pembentukan ekonomi kita ke depan,” ujar David.
Perilaku konsumen
Dalam skala korporasi, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data juga sangat bermanfaat bagi keberlanjutan bisnis perusahaan. Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menjelaskan, dengan pengumpulan data yang besar, pihaknya bisa melihat perilaku konsumen. Dengan demikian, para jajaran direksi bisa mengambil keputusan, misalnya memperbesar biaya pemasaran atau menambah promo diskon di produk tertentu.
”Dengan big data, kami jadi tahu makanan apa yang paling sering dipesan, seberapa besar ukuran makannya, bagaimana cara pembayarannya. Dari sana kami jadi punya proyeksi seberapa besar pendapatan konsumen kami. Kami makin memahami konsumen sehingga bisa memberikan pelayanan lebih optimal,” ujar Budi.
Ia mengatakan, dalam ekosistem GoPay, penggunaan big data bisa menguntungkan tiga pihak yang terlibat, yakni mitra pengemudi, pedagang, dan konsumen. Mitra pengemudi jadi bisa mengetahui tren waktu tertentu kapan penumpang akan banyak memesan. Pedagang pun bisa mempersiapkan diri. Konsumen dimudahkan dengan potongan harga dan promo.
”Indonesia adalah salah satu pemimpin ekonomi digital dunia yang tengah bangkit. Ini memberikan banyak peluang. Tinggal mengoptimalkannya melalui analisis data yang tepat,” ujar Budi.