Astra Agro Dahului Target "Zero Emission" Pemerintah
PT Astra Agro Lestari Tbk berkomitmen mengejar target emisi nol lebih cepat dibandingkan target pemerintah pada tahun 2060. Emiten sektor perkebunan ini berharap industri sawit tak dipandang sebagai perusak lingkungan.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Emiten perkebunan sawit Grup Astra International, PT Astra Agro Lestari Tbk, mengutamakan pelaksanaan hal-hal yang mendukung pelestarian lingkungan. Hal itu antara lain dengan mencapai emisi nol atau net zero emission yang lebih cepat ketimbang target yang ditetapkan pemerintah, yaitu tahun 2060.
Astra Agro berharap industri sawit tidak dipandang sebagai industri yang merusak lingkungan. Sebaliknya, para pelaku industri ini juga berkontribusi dalam melestarikan lingkungan.
“Tim kami di internal Astra Agro saat ini masih menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkan target tersebut. Kami berharap net zero emission pada proses bisnis Astra Agro Lestari bisa tercapai lebih cepat dibandingkan dengan target waktu pemerintah,” kata Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk, Santosa, Selasa (15/2/2022).
Langkah yang diambil untuk mewujudkan rencana tersebut antara lain ditempuh dengan mengevaluasi penggunaan teknologi. Evaluasi ini diperlukan untuk meminimalkan emisi yang dikeluarkan dalam proses bisnis yang dilakukan oleh Astra Agro.
Lebih rinci, Santosa mengatakan, dari hasil evaluasi tersebut, terbuka kemungkinan Astra Agro akan menggunakan methane capture atau sumber energi terbarukan.
Astra Agro juga berkomitmen untuk menjaga aspek keberlanjutan. Aspek tersebut tertuang dalam Rencana Aksi Keberlanjutan 2021-2025. Sebelumnya, Astra Agro telah menyelesaikan Rencana Aksi Keberlanjutan 2018-2020.
Salah satu caranya adalah dengan mendorong para petani sawit mitra untuk mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil atau ISPO. “Fase lanjutan ini akan lebih komprehensif dan akan diterapkan dalam operasi sebagaimana mestinya,” lanjut Santosa.
Untuk tahun 2022, Astra Agro mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 1-Rp 1,5 triliun. Adapun belanja modal ini akan digunakan untuk peremajaan alat berat dan transportasi. Alat berat ini akan dilengkapi dengan tracker, sehingga keberadaan alat berat tersebut dapat diketahui.
Selain alat berat, dana belanja modal itu akan digunakan untuk penanaman kembali pohon yang sudah tua. Santosa mengatakan, setiap melakukan penanaman kembali, Astra Agro menargetkan lahan sekitar 5.000 hektar. Digitalisasi juga menjadi salah satu perhatian Astra Agro pada tahun ini, melanjutkan program yang sudah ada sejak tahun 2017. Pemanfaatan data dan artificial intelegence menjadi semakin luas sehingga dapat dimanfaatkan pada segala lini.
Mengenai kebijakan oemenuhan kebutuhan domestik (domestic market obligation/DMO) minyak sawit mentah (CPO) dan olein, Astra Agri berencana akan menurunkan harga campuran penjualan perusahaan. Hal itu disebabkan oleh perbedaan harga minyak sawit mentah. Menurut Santosa, ada yang dijual dengan harga dunia, ada yang dijual dengan harga sesuai ketentuan DMO.
Pemerintah menetapkan kebijakan DMO mulai akhir Januari 2022. Aturan tersebut menetapkan bahwa eksportir minyak sawit mentah dan olein harus mengalokasikan 20 persen dari ekspornya untuk keperluan di dalam negeri dengan harga DPO. Harga DMO ditetapkan Rp 9.300 per kilogram untuk CPO dan Rp 10.300 per kilogram untuk olein.
Langkah itu diambil pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng yang belakangan ini naik tinggi. Santosa menjelaskan, bagi Astra Agro, harga campuran ini tidak menjadi masalah jika harga akhirnya masih di atas biaya produksi yang dikeluarkan.
Analis agribisnis regional CGS CIMB, Ivy Ng, menaikkan asumsi harga minyak sawit mentah pada 2022 naik 24 persen menjadi 3.600 ringgit dan pada tahun 2023 naik 4 persen menjadi 3.240 ringgit per ton atau lebih tinggi 15-24 persen dari perkiraan sebelumnya. Tingginya harga rata-rata penjualan bersih selama 2021-2023 setelah dipotong ekspor dan pajak diperkirakan naik 1-12 persen dibandingkan dengan asumsi sebelumnya.
Analis CGS CIMB memperkirakan, tingginya harga rata-rata penjualan ini dapat mendongkrak laba bersih Astra Agro selama 2021-2023 sebesar 1-33 persen. Pada pentupan perdagangan Selasa (15/2/2022), saham Astra Agro memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 5,83 persen menjadi Rp 10.900 per saham.