Perguruan Tinggi Diminta Bantu Percepat Transisi ke Kendaraan Listrik
Perguruan tinggi didorong untuk membantu transisi dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik. Dengan demikian, target menekan emisi karbon di sektor transportasi diharapkan lebih cepat terealisasi.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perguruan tinggi didorong untuk membantu percepatan transisi dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak menuju kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan kendaraan listrik secara massal merupakan salah satu upaya menurunkan emisi karbon di sektor transportasi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam webinar bertema “Kendaraan Listrik Terintegrasi Dengan Energi Terbarukan” yang diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy Institut Teknologi Sepuluh Nopember (SRE-ITS) dan Anargya, pada Sabtu (12/2/2022), menilai, upaya mempercepat transisi kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik ini secara signifikan akan membantu mengatasi masalah perubahan iklim dan pemanasan global.
SRE-ITS merupakan organisasi mahasiswa yang memiliki perhatian terhadap energi baru terbarukan. Sementara Anargya merupakan kelompok mahasiswa dari ITS yang memiliki fokus membangun dan mengembangkan mobil listrik inovatif dalam hal teknologi dan mobil balap masa depan.
“Bicara tentang penanganan perubahan iklim, penurunan emisi atau dekarbonisasi sektor transportasi merupakan salah satu hal yang paling signifikan yang harus dilakukan saat ini,” kata Budi.
Menurut Budi, pemerintah berkomitmen menangani perubahan iklim dan menekan emisi dari sektor transportasi di Indonesia. Salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk Transportasi Jalan.
Kementerian Perhubungan menindaklanjuti peraturan tersebut dengan mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik secara massal di Indonesia melalui berbagai kebijakan turunannya. Sejumlah upaya telah dilakukan dalam mempercepat penggunaan kendaraan listrik, di antaranya, menyusun peta jalan Transformasi KBLBB sebagai kendaraan operasional pemerintahan dan transportasi umum untuk selanjutnya dapat dijadikan kebijakan, misalnya, Instruksi Presiden tentang Penggunaan KBLBB di Instansi Pemerintah.
Upaya lainnya, menurut Budi, pemerintah memberikan insentif penurunan tarif uji tipe untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Pada 17 Januari 2022, Kementerian Perhubungan bersama swasta telah melaksanakan perjalanan dari Jakarta menuju Jambi dengan menggunakan kendaraan listrik sebagai ajang pendukung (side event) Gerakan Bangga Buatan Indonesia Tahun 2022.
“Pada ajang G20 di Bali. kami juga akan menghadirkan kendaraan listrik, serta mengupayakan untuk menghadirkan bus listrik buatan dalam negeri,” tegas Budi.
Budi menilai, ke depan, dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan listrik diharapkan dapat diikuti dengan pembangunan pembangkit listrik yang lebih bersih sehingga tidak mengalihkan masalah emisi dari sektor transportasi ke pembangkit listrik.
Dalam kesempatan itu, Menteri Perhubungan mengapresiasi hasil karya dari sivitas akademika ITS yang telah mampu membuat sejumlah karya kendaraan listrik, seperti motor Gesits dan juga mobil balap Formula Listrik yang sudah dilombakan di Jepang.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada kesempatan yang sama mengatakan, sektor pariwisata turut mendukung implementasi percepatan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik di lima destinasi wisata superprioritas, yakni Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika.
“Kendaraan listrik adalah suatu keniscayaan. Kita akan terus mendorong digunakannya kendaraan listrik menjadi sarana mobilitas utama masyarakat,” ujar Sandiaga.
Rektor ITS Mochamad Ashari menuturkan, pihaknya terus memotivasi dan memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang pentingnya upaya menurunkan emisi gas rumah kaca bagi lingkungan hidup guna mengatasi masalah perubahan iklim dan pemanasan global.
“Sesuai Paris agreement, dunia berkomitmen untuk mengurangi emisi hingga 29 persen pada tahun 2030. ITS turut mendukung komitmen ini dengan melakukan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan terkait kendaraan listrik serta pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan,” kata Mochamad.