Per akhir Januari 2022, PT Pemeringkat Efek Indonesia mendapatkan mandat penerbitan surat utang senilai Rp 49,09 triliun. Mandat itu berasal dari 32 perusahaan dari sejumlah sektor usaha.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan memanfaatkan tingkat suku bunga yang masih rendah saat ini untuk menerbitkan obligasi. Perusahaan pemerintah efek PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo memperkirakan, pada tahun ini nilai emisi obligasi korporasi mencapai Rp 102,4 triliun hingga Rp 151, 2 triliun.
Per akhir Januari 2022, Pefindo mendapatkan mandat penerbitan surat utang senilai Rp 49,09 triliun. Adapun sektor usaha dari korporasi-korporasi penerbit obligasi cukup beragam.
”Masih dalam proses, peringkat belum selesai. Mandat itu dari 32 perusahaan senilai Rp 49,09 triliun,” kata Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih, Kamis (10/2/2022).
Sepanjang tahun 2021, nilai obligasi korporasi yang diterbitkan mencapai Rp 113,06 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan nilai emisi pada tahun 2020 yang mencapai Rp 96,6 triliun.
Jika dilihat dari industri, sektor pembiayaan memiliki rencana emisi terbesar, yakni senilai Rp 8,35 triliun dari tiga perusahaan. Sementara industri bubur kertas dan tisu memiliki rencana emisi Rp 8,24 triliun dari dua perusahaan.
Adapun perusahaan konstruksi memiliki rencana emisi Rp 6,82 triliun dari tiga perusahaan, multifinance Rp 6,5 triliun dari empat perusahaan, pertambangan Rp 6 triliun dari satu perusahaan, dan pembangkit listrik Rp 3,4 triliun dari tiga perusahaan. Ada juga sektor properti senilai Rp 3,09 triliun dari lima perusahaan, kimia Rp 1,62 triliun dari dua perusahaan, dan sisanya emisi di bawah Rp 1 triliun dari beberapa sektor.
Penerbit obligasi dari sektor usaha pembiayaan atau multifinance mayoritas memiliki peringkat yang baik. Sebagian besar memiliki obligasi dengan peringkat A.
”Sumber pendanaan multifinance ada dua, dari bank dan pasar modal. Kalau dari bank, proses cepat, tetapi tempo singkat. Dari pasar modal, jangka waktu bisa tiga, lima, bahkan tujuh tahun, memberikan kestabilan karena durasinya panjang,” kata analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito, Kamis (10/2/2022).
Danan menambahkan, pemulihan ekonomi membuat perusahaan pembiayaan kembali mulai berkekspansi. Pembelian kendaraan roda dua dan roda empat sudah naik sejak triwulan IV-2021. ”Dengan pemulihan penjualan otomotif, perusahaan multifinance meningkatkan pendanaannnya,” kata Danan.
Jika dilihat dari pemeringkatan, per 4 Februari 2022, ada 25 obligasi perusahaan multifinance yang memiliki peringkat di atas A dari 36 emisi obligasi perusahaan multifinance.
Analis sektor properti Pefindo, Yogie Surya, menambahkan, perusahaan properti yang menerbitkan obligasi biasanya digunakan untuk akuisisi lahan. ”Perusahaan properti tidak dapat menggunakan dana dari bank untuk akuisisi land bank (bank tanah). Selain land bank, dana digunakan untuk modal kerja, terutama untuk pembangunan high rise project,” kata Yogie.
Gagal bayar
Terkait dengan obligasi yang mengalami gagal bayar dan emiten yang masuk ke proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), Niken mengatakan, situasi itu tentu ada pengaruhnya terhadap para investor. ”Dalam hal ini, para investor akan menjadi lebih selektif dalam memilih surat utang,” kata Niken.
Salah satu obligasi yang gagal bayar ialah obligasi yang diterbitkan oleh Waskita Beton Precast Tbk. Saat ini, Waskita Beton sedang menjalani masa PKPU sehingga tidak boleh membayar utang kepada pihak mana pun, termasuk kupon bunga obligasi ke-9 dari Obligasi Berkelanjutan I Waskita Beton Precast Tahap II tahun 2019.