Optimalkan Jaringan Infrastruktur dengan Bisnis Konten
Indonesia memiliki pasar besar yang terus tumbuh untuk bisnis konten internet. Ke depan, bisnis infrastruktur jaringan dinilai tetap menarik, tetapi perlu diiringi bisnis konten yang lebih menguntungkan.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan infrastruktur jaringan telekomunikasi kabel serat optik laut memiliki peran strategis untuk menunjang permintaan konektivitas internet. Bisnis infrastruktur jaringan ini tetap menarik pada masa depan, meskipun harus diikuti dengan bisnis konten agar utilisasi jaringan optimal.
”Keuntungan bisnis infrastruktur jaringan, seperti kabel laut, semakin tipis. Sekarang dan pada masa depan, jaringan hanya sebagai sarana untuk menjual konten internet yang margin keuntungannya sangat menggiurkan,” ujar Ketua Bidang Hubungan Antarlembaga Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi) Eky S Pratomo, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (9/2/2022).
Menurut dia, Indonesia merupakan pasar nomor lima di dunia untuk konten internet. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan teknologi global, termasuk dari subsektor telekomunikasi, ramai-ramai membangun sistem komunikasi kabel laut (SKKL) yang melintasi Indonesia.
Sebagai contoh, Facebook telah menyatakan sedang membangun dua SKKL untuk menghubungkan Amerika Utara dengan Indonesia dan Singapura. SKKL pertama diberi nama Echo, dibangun bersama konsorsium Alphabet Google dan PT XL Axiata Tbk, dan ditargetkan selesai pada tahun depan. Sementara SKKL kedua, yakni Bifrost, dikerjakan bersama PT Telekomunikasi Indonesia International dan Keppel Midgard Holdings Pte Ltd, dan diharapkan selesai pada 2024.
”Kalau mau menang persaingan di industri teknologi informasi komunikasi, perusahaan telekomunikasi khususnya juga mesti terjun ke konten. Trennya memang tak boleh hanya ’menguasai’ infrastruktur jaringan. Konsorsium kabel laut global memang mengejar pasar di Indonesia,” kata Eky.
Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, saat dihubungi terpisah, mengatakan, penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 50 persen dari total penduduk di Indonesia. Konsumsi volume data seluler per warganet per bulan terus meningkat. Apalagi, arus lalu lintas konsumsi atau traffic internet ke luar negeri membesar setiap tahun.
Senada dengan Eky, Agung juga berpendapat, perusahaan teknologi yang memiliki bisnis jaringan telekomunikasi, seperti SKKL, dan konten internet akan lebih untung. Hanya saja, kalau perusahaan teknologi bersangkutan mempunyai bisnis jaringan telekomunikasi sekaligus konten yang skala besar dan cenderung dominan, hal itu bisa menimbulkan persaingan tidak sehat.
Di Indonesia, perusahaan teknologi yang memiliki bisnis jaringan telekomunikasi kabel laut mencakup PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia International. Selain itu, PT Jejaring Mitra Persada, PT Mora Telematika Indonesia, PT LEN Telekomunikasi Indonesia, PT NAP Info Lintas Nusa, PT Palapa Ring Barat, PT Palapa Timur Telematika, PT Super Sistem Ultima, PT Mega Akses Persada, dan PT PGAS Telekomunikasi Nusantara.
Mengutip siaran pers Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jumat (4/2/2022), Menteri Kominfo Johnny G Plate mengatakan, Indonesia memiliki jaringan nasional kabel serat optik telekomunikasi sepanjang 360.000 kilometer yang melintasi daratan dan lautan. SKKL Indonesia saat ini memiliki panjang sekitar 115.000 kilometer, termasuk yang berada di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sepanjang 55.000 kilometer. Menurut dia, infrastruktur jaringan telekomunikasi tersebut berpotensi menjadi penghubung jaringan telekomunikasi dari seluruh dunia.
Johnny mengemukakan, pemerintah berharap ada kolaborasi dan kerja sama antarpelaku industri telekomunikasi dalam mengembangkan dan utilisasi SKKL sehingga bisa dimaksimalkan untuk mendukung transformasi digital di Tanah Air.
”Kami harap agar ada kolaborasi dan dukungan semua pihak, termasuk penyelenggara operator seluler Tanah Air agar utilisasi infrastruktur jaringan telekomunikasi itu optimal,” katanya.
Pada Selasa (8/2/2022) malam, operator telekomunikasi Indosat Ooredoo Hutchison dan Inligo Networks mengumumkan keduanya telah menandatangani nota kesepahaman yang tidak mengikat untuk membangun SKKL, yakni Inligo Networks Asia Connect Cable System atau ACC-1. Berdasarkan nota kesepahaman itu, Indosat Ooredoo Hutchison dan Inligo Networks sepakat untuk membahas perjanjian kerja sama lebih lanjut untuk membangun ACC-1.
Chief Technology Officer Indosat Ooredoo Hutchison Desmond Cheung, dalam pernyataan resmi, mengatakan, menurut rencana, ACC-1 akan mulai dikembangkan pada akhir tahun 2022, dengan rute pertama menghubungkan Singapura, Batam, dan Jakarta. Pada pertengahan tahun 2023, pembangunan SKKL akan dilanjutkan dari Medan, Makassar, Kupang, Dili (Timor Leste), menuju Darwin (Australia), kemudian dilanjutkan dengan pembangunan dari Manado, Palau, menuju Guam pada akhir 2023.
Proyek itu diharapkan bisa selesai awal 2024. Sayangnya, dia tidak menyertakan total nilai proyek beserta porsi pendanaan, baik dari sisi Indosat Ooredoo Hutchison maupun Inligo Networks.