BTN Cetak Laba Bersih 2021 Sebesar Rp 2,37 triliun
Pertumbuhan penyaluran KPR tetap menjadi penopang bisnis BTN. Ini berkontribusi pada pertumbuhan laba perseroan sepanjang 2021.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyaluran kredit pemilikan rumah atau KPR yang menjadi fokus utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN masih menjadi penopang pertumbuhan bisnis dan laba perseroan pada 2021. Pertumbuhan KPR ini mengindikasikan permintaan di sektor properti makin membaik seiring pemulihan ekonomi nasional.
Sepanjang 2021, BTN berhasil mencatat laba bersih Rp 2,37 triliun, atau tumbuh 48,3 persen secara tahunan. Kenaikkan laba bersih BTN ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 5,66 persen secara tahunan, dari Rp 260,11 truliun pada 2020 menjadi Rp 274,83 triliun di 2021.
KPR berkontribusi sebesar 89,08 persen dari total kredit yang disalurkan BTN tahun 2021 sebanyak Rp 244,82 triliun. Adapun 10,92 persen lainnya berasal dari kredit non-KPR, seperti kredit modal kerja untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pertumbuhan KPR ditopang KPR subsidi yang tumbuh 8,25 persen secara tahunan dan pertumbuhan KPR non-subsidi yang tumbuh 4,14 persen. Adapun KPR subsidi menyumbang 53,37 persen dari total KPR BTN dan 46,63 persen lainnya berasal dari KPR non-subsidi. Kenaikan penyaluran KPR subsidi tersebut membuat BTN mendominasi pangsa KPR subsidi sekitar 90 persen.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menjelaskan, pertumbuhan kredit BTN mengonfirmasi bahwa sektor perumahan terbukti bertahan dari tekanan ekonomi akibat pandemi. Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun. Ini terbukti dari penyaluran kredit perseroan tahun 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibanding 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan yang ada di kisaran 5,24 persen.
“Dengan menjaga daya beli konsumen sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR dapat meningkat lebih tinggi lagi,” kata Haru dalam paparan kinerja keuangan BTN tahun 2021 di Jakarta, Rabu (8/2/2021).
Tumbuhnya sektor properti, termasuk pembiayaan perumahan, lanjut Haru, juga tidak terlepas dari berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi. Stimulus yang diberikan pemerintah, antara lain insentif Pajak Pertambahan Nilai nol persen untuk sektor properti. Selain itu, kebijakan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang ditempatkan di perbankan nasional, termasuk Bank BTN, telah membuat permintaan pembiayaan rumah meningkat.
Tumbuhnya sektor properti, termasuk pembiayaan perumahan, juga tidak terlepas dari berbagai stimulus yang diberikan pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Haru, juga berdampak pada pendapatan bunga (net interest income/NII) yang tumbuh 44,7 persen dari Rp 9,10 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp13,20 triliun di 2021. Kenaikan NII ini menghasilkan net interest margin (NIM) ke level 3,99 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 yang sebesar 3,06 persen
“NIM kami terus membaik dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan biaya dana atau cost of fund semakin baik, sejalan dengan meningkatnya porsi dana murah (current account saving account/CASA),” ucap Haru.
Wakil Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu memaparkan, total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun BTN sepanjang tahun 2021 mencapai Rp295,98 triliun atau naik 6,03 persen dibandingkan perolehan di 2020 yang sebesar Rp279,14 triliun.
Dari jumlah DPK tersebut, komposisi dana murah naik 319 basis poins (bps) dari 41,11 persen menjadi 44,3 persen. Kenaikan komposisi dana murah ini membuat biaya bunga (cost of fund/COF) BTN hingga tahun 2021 turun signifikan sebanyak 166 bps menjadi 3,13 persen dibanding tahun 2020 yang masih 4,79 persen.
Target bisnis
Untuk melanjutkan kinerja positif perseroan sepanjang tahun lalu, Haru mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuh laba bersih pada kisaran 11-13 persen tahun ini. Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi yang makin membaik, pihaknya optimistis sektor properti akan kembali melaju yang berdampak pada penyaluran KPR.
Selain itu, lanjut Haru, seiring dengan bertambahnya DPK dan CASA, perusahaan berharap bisa meningkatkan efisiensi sehingga bisa menciptakan pertumbuhan laba bersih.
Tak hanya menargetkan pertumbuhan bisnis, Haru melanjutkan, pihaknya terus mengembangkan aplikasi digital BTN. Dalam aplikasi itu, tidak hanya melayani pembayaran KPR, tapi juga membantu masyarakat mencari ketersediaan perumahan dan di sisi lain menjadi sarana pemasaran pengembang.
“Harapannya, aplikasi digital BTN bisa mengembangkan ekosistem digital soal perumahan dengan menyediakan solusi terpadu dalam satu genggaman,” kata Haru.