Pengendalian pandemi, pemulihan ekonomi global, dan stimulus fiskal menjadi tiga faktor pengungkit pertumbuhan ekonomi tahun 2021.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA, NINA SUSILO, M FAJAR MARTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,69 persen sepanjang tahun 2021 menjadi landasan yang kuat untuk memacu pertumbuhan pada 2022. Terkendalinya kasus Covid-19 dan peningkatan investasi menjadi kunci pertumbuhan ekonomi tahun 2022.
Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, mengatakan, pertumbuhan ekonomi 2022 berpotensi tumbuh sekitar 5,2 persen dengan catatan tidak ada lonjakan kasus Covid-19 yang berujung pada pengetatan aktivitas masyarakat.
Menurut David, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini, pemerintah juga harus lebih giat dalam menarik investasi guna mengompensasi tingkat konsumsi rumah tangga yang belum optimal.
”Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen, komponen investasi perlu tumbuh 6 persen,” kata David, Senin (7/2/2022).
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin, mengatakan, perekonomian Indonesia tahun 2022 bisa tumbuh 4,7-5,6 persen.
Menurut Airlangga, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus tetap berkonsentrasi untuk penanganan Covid-19, anggaran untuk program penanganan Covid-19 tahun 2022 dialokasikan Rp 455,62 triliun. Dari alokasi ini, Rp 122,5 triliun untuk penanganan kesehatan, Rp 154,8 triliun untuk perlindungan masyarakat, dan Rp 178,3 triliun untuk pemulihan ekonomi nasional.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arief Budimanta melalui keterangan tertulis menilai, pertumbuhan ekonomi pada 2021 menjadi modal kuat untuk mendorong pemulihan ekonomi pada 2022.
Laju pertumbuhan positif diyakini bisa terus berlanjut tahun ini kendati muncul gelombang penularan galur Omicron. Sebab, vaksinasi cukup masif, ditandai dengan cakupan vaksinasi dosis kedua yang mencapai 62,94 persen pada 6 Februari 2022 dan dosis penguat terus dilakukan.
Tiga faktor
Pengendalian pandemi, pemulihan ekonomi global, dan stimulus fiskal menjadi tiga faktor pengungkit pertumbuhan ekonomi tahun 2021. Pada triwulan IV-2021, pertumbuhan sangat terakselerasi, mencapai 5,02 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2020.
”Kombinasi antara kondisi pandemi yang relatif terkendali, tren pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut, dan stimulus fiskal mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi selama triwulan IV-2021,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono, Senin.
Terkendalinya pandemi Covid-19 pada paruh kedua tahun 2021 mendorong sektor perdagangan eceran di triwulan IV-2021 mampu tumbuh 8,74 persen secara tahunan. Imbasnya, konsumsi rumah tangga pada periode sama tumbuh 3,55 persen.
Margo mengatakan, dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi pada 2021 tertinggi berasal dari konsumsi rumah tangga. Indikasi ekspansifnya konsumsi rumah tangga di akhir tahun lalu adalah pertumbuhan transaksi dengan uang elektronik serta kartu debit dan kartu kredit yang mencapai 9,11 persen pada triwulan IV-2021.
”Di saat pandemi belum terkendali pada triwulan IV-2020, terjadi kontraksi pada transaksi dengan uang elektronik, debit, dan kredit 0,88 persen,” kata Margo.
Sektor perdagangan juga menikmati dorongan pertumbuhan akibat gelontoran insentif fiskal. Salah satu contoh adalah instrumen Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM-DTP) yang, menurut Margo, telah memacu penjualan mobil di Tanah Air.
”Pendorong kinerja sektor perdagangan adalah kebijakan insentif pemerintah yang PPnBM sehingga mendorong peningkatan penjualan mobil,” kata Margo.
Perbaikan ekonomi 2021 juga ditopang tren perbaikan ekonomi dunia. Perekonomian global pada triwulan IV-2021 menunjukkan perbaikan dengan pergerakan indeks manufaktur global di periode tersebut di atas 50 yang menunjukkan ekspansif. Sejumlah negara mitra dagang Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif.
China, misalnya, yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, berhasil tumbuh 4 persen secara tahunan. ”Indonesia juga mendapatkan untung dari peningkatan harga komoditas yang kemudian mendorong kinerja ekspor barang,” ujar Margo.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangan resminya mengatakan, hampir semua lapangan usaha pada triwulan IV-2021 tumbuh positif. Kinerja lapangan usaha terutama bersumber dari peningkatan pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha utama, seperti industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi.
Kinerja beberapa lapangan usaha terkait mobilitas, yaitu penyediaan akomodasi dan makan minum serta transportasi dan pergudangan, juga menunjukkan perbaikan.
Secara spasial, perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 terjadi di hampir seluruh wilayah dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua diikuti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
David Sumual sepakat bahwa penopang pertumbuhan ekonomi 2021 adalah mobilitas masyarakat yang semakin baik di triwulan IV-2021.
”Situasi ini yang kemudian mendorong peningkatan aktivitas ekonomi,” ujarnya.