Laba Bank Mega Naik 33,3 Persen, Bank Allo Selesai ”Right Issue”
Dalam laporannya, Bank Mega menyatakan membukukan laba Rp 4 triliun tahun lalu atau naik 33,3 persen dibandingkan perolehan tahun sebelumnya. Sementara itu, Bank Allo telah menyelesaikan ”right issue”.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Mega Tbk menyatakan mampu mendapatkan laba bersih Rp 4 triliun per Desember 2021. Angka itu naik 33,3 persen jika dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2020 yang tercatat Rp 3 triliun.
Pertumbuhan laba bersih itu ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII). NII Bank Mega naik 23 persen dibandingkan dengan tahun 2020 atau naik dari Rp 3,9 triliun menjadi Rp 4,8 triliun. Pendapatan provisi dan komisi bank juga naik 31,25 persen dari tahun lalu, yakni dari Rp 1,61 triliun menjadi Rp 2,1 triliun.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan pada hari Jumat (4/2/2022), kucuran kredit Bank Mega juga meningkat pesat, yakni mencapai 25 persen dari Rp 48,48 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 60,74 triliun tahun 2021. Dana pihak ketiga naik 24,8 persen dari Rp 79,18 triliun pada 2020 menjadi Rp 98,89 triliun pada 2021.
”Right issue”
Sementara itu, Allo Bank Indonesia atau Bank Allo telah menyelesaikan penawaran saham baru atau right issue. Pada keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Finance, Planning & Control Division Head Bank Allo Aryanto Halawa menyatakan, PT Bukalapak.com Tbk, Abadi Investment Pte Ltd, dan PT Indolife Investama Perkasa resmi menjadi pemegang saham Allo Bank.
Ketiga perusahaani tu menyerap saham yang diterbitkan oleh Allo Bank. Sebelumnya, disebutkan ada lima calon investor yang tertarik dengan saham Allo Bank tersebut.
Setelah right issue tersebut, PT Mega Corpora memiliki 60,08 persen saham Bank Allo, PT Bukalapak,com Tbk 11,49 persen, Abadi Investment Pte Ltd 7 persen, PT Indolife Investama Perkasa 6 persen, Ali Gunawan komisaris Bank Allo 0,04 persen, dan masyarakat 14,59 persen. Dalam right issue ini, Allo Bank menghimpun dana Rp 4,8 triliun yang akan digunakan untuk meningkatkan modal inti.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau Bank BJB akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) pada triwulan I-2022.
Dalam keterangannya, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, penambahan modal ini dilakukan untuk mendorong ekspansi kredit. Jumlah saham yang diterbitkan sebanyak-banyaknya 925 juta atau setara dengan 9,4 persen dari modal ditempatkan dan disetorkan penuh.