Di Tengah Pandemi, Ekspor Pertanian Indonesia Terus Meningkat
Nilai ekspor pertanian Indonesia tahun 2021 mencapai Rp 625,01 triliun, atau meningkat 38,6 persen dibanding 2020. Selain komoditas unggulan, komoditas lain, seperti tanaman hias mulai dilirik.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Ekspor pertanian di Indonesia terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Nilai yang terus tumbuh ini menunjukkan sektor pertanian tetap berjalan di tengah pandemi. Keterlibatan petani milenial juga diharapkan bisa memaksimalkan potensi yang tinggi tersebut
Kepala Pusat Kepatuhan, Kerja Sama dan Informasi Perkarantinaan Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Junaidi di Bandung memaparkan, nilai ekspor pertanian Indonesia pada tahun 2021 mencapai Rp 625,01 triliun. Angka ini meningkat 38,6 persen dibanding 2020 dengan nilai sebesar Rp 451,7 triliun. Sementara itu, di tahun 2019, nilai ekspor pertanian mencapai Rp 390,16 triliun.
”Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ada peningkatan setiap tahun. Pada masa pandemi, ekspor pertanian tetap berjalan dan terus bertumbuh,” ujarnya di sela-sela pelepasan komoditas ekspor pertanian asal Jawa Barat bersama PT Pos Indonesia, Jumat (4/2/2022).
Junaidi mencontohkan, pelepasan komoditas di Kantor Pusat PT Pos Indonesia, Kota Bandung, Jabar, hari itu mencapai Rp 33,8 miliar. Berbagai produk yang ada, mulai dari tanaman hias, kayu lapis, hingga sarang burung walet akan dikirim ke berbagai negara, seperti Hong Kong, Thailand, Eropa, hingga Amerika Serikat.
Menurut Junaidi, peningkatan ini terjadi tidak hanya karena komoditas pertanian yang telah lama masuk pasar dunia seperti sawit, kelapa, karet, dan kopi. Ragam komoditas lainnya, seperti yang dikirim dari Jabar tersebut diminati berbagai negara tujuan. Badan Karantina Pertanian mencatat sebanyak 473 ragam komoditas pertanian telah dikirim ke 180 negara sepanjang tahun 2021.
Berdasarkan data sistem karantina otomatis Indonesia atau IQFAST (Indonesian Quarantine Full Automation System), ekspor pertanian melalui jasa pos tertinggi berasal dari subsektor hortikultura yang mencapai 164,2 ton dengan frekuensi pengiriman 5.076 kali.
Sementara itu, volume pengiriman dari subsektor perkebunan selama tahun 2021 mencapai 103,8 ton dengan frekuensi 653 kali. Komoditas subsektor peternakan dengan volume 39,2 ton telah dikirim sebanyak 132 kali di tahun tersebut.
”Ekspor bukan hanya soal angka, tetapi kebanggaan kita sebagai bangsa. Karena itu, kami terus meningkatkan tugas pengawasan keamanan dan pengendalian mutu pertanian. Sinergitas ini untuk mendorong akses pasar, eksportir, hingga komoditas pertanian unggulan baru,” ujar Junaidi.
Direktur Kelembagaan PT Pos Indonesia (Persero) Nezar Patria menjelaskan, pihaknya menyiapkan semua infrastruktur yang dimiliki dan mengerahkan segenap kemampuannya secara profesional sebagai industri kurir dan logistik. Lebih dari 4.000 kantor pos tersebar di seluruh Indonesia dengan agen pos yang ada mencapai 50.000 agen.
Selain itu, PT Pos juga ditunjuk Pemerintah Indonesia sebagai operator dari jaringan pos dunia (Universal Postal Union/UPU) dengan jaringan yang menjangkau 234 negara. Karena itu, Nezar memberi harapan besar kepada para petani ekspor untuk lebih bersemangat, terutama petani milenial.
Ada semangat dari kaum milenial untuk melakukan ekspor. Ini sangat bagus sekali. (Nezar Patria)
Petani milenial
Harapan kepada petani milenial ini membesar karena sebagian eksportir dalam pelepasan ini berasal dari kaum muda. Nezar mengapresiasi semangat para petani muda yang mampu menjadi eksportir tanaman hias yang menjadi incaran banyak konsumen di berbagai belahan dunia.
”Ada semangat dari kaum milenial untuk melakukan ekspor. Ini sangat bagus sekali. Kami juga sudah inline dengan proses digitalisasi sehingga bisa memudahkan para eksportir melakukan pengiriman barang,” ujarnya.
Kiki Firman (35), eksportir asal Sumedang yang turut dalam pelepasan tersebut menyatakan, Indonesia memiliki banyak potensi tanaman hias yang diminati di luar negeri. Dia memiliki dua jenis tanaman hias yang menjadi andalan ekspor, yaitu Alocasia dan Aroid.
Kedua tanaman hias berdaun lebar yang budidayakannya ini telah dikirimkan ke sejumlah negara, seperti Thailand, Eropa, hingga Amerika Serikat. Dia juga menjadi jalan untuk pembudidaya tanaman hias agar bisa menjual produknya di luar negeri.
”Kami bisa membantu mengirimkan, asalkan sesuai dengan kualitas. Setiap bulan keuntungan berkisar Rp 50 juta-Rp 100 juta. Banyak tanaman hias dari Indonesia ini diminati di luar negeri. Karena itu, ini potensi besar yang bisa diambil, termasuk para milenial,” ujarnya.