Peran Pemerintah Dibutuhkan lewat Ajang Internasional
Peran pemerintah dalam acara berskala internasional dibutuhkan untuk memulihkan industri perhotelan yang masih terpuruk akibat pandemi.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Segmen bisnis pertemuan, perjalanan insentif, konvensi, dan pameran menjadi tumpuan pemulihan industri perhotelan pada 2022. Pemerintah diharapkan bisa mengambil peran melalui pengembangan segmen tersebut, baik berskala nasional maupun internasional.
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penghunian kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang pada Desember 2021 mencapai 51,57 persen, atau naik 10,78 persen dibandingkan dengan TPK pada Desember 2020 yang 40,79 persen. Capaian TPK bulan Desember 2021 tersebut naik 3,74 persen dibandingkan dengan TPK November 2021 yang sebesar 47,83 persen.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran saat dihubungi, Rabu (2/2/2022), di Jakarta, mengatakan, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 dan 2 mendorong kenaikan okupansi hotel pada triwulan IV-2021. Selain PPKM level 1 dan 2, faktor penyebab lainnya adalah aktifnya penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, pertemuan, dan pameran (meeting, incentive, convention, and exhibiton/MICE) secara luring di hotel.
”Hal yang membedakan triwulan IV-2020 dan triwulan IV-2021 adalah MICE. Pada triwulan IV-2020, pasar hotel hanya diisi oleh wisatawan yang ingin bersenang-senang (leisure), tetapi triwulan IV-2021 terdiri dari wisatawan leisure dan MICE. Penyelenggaraan MICE di hotel pun sudah marak dilakukan secara luring,” ujar Maulana.
Menurut Maulana, penyelenggaraan MICE berkontribusi 70 persen terhadap okupansi hotel. Sementara wisatawan leisure biasanya hanya mengisi okupansi hotel saat libur Natal, Tahun Baru, Lebaran, dan libur sekolah.
Maulana menambahkan, pencapaian triwulan IV-2021 bisa menjadi patokan kinerja industri hotel tahun 2022, terutama dari segmen MICE yang diharapkan bisa jadi penggerak pemulihan industri hotel. Pemerintah, dengan agenda MICE berskala nasional ataupun internasional sepanjang tahun 2022, misalnya, menjadi harapan pelaku industri perhotelan.
”Industri pariwisata masih dibayang-bayangi situasi pandemi Covid-19. Tidak menentu. Pada tahun ketiga pandemi ini, kami cuma mengharapkan pemerintah ambil peran semakin besar, terutama melalui agenda pertemuan nasional dan internasional,” katanya.
Maulana mencontohkan agenda G-20 dan MotoGP. Kedua agenda ini akan berlangsung di Bali dan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang selama ini merupakan destinasi wisata paling terdampak pandemi Covid-19. Baik Bali maupun Lombok, sangat bergantung pada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).
Sementara itu, Kepala BPS Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Rabu, di Jakarta, mengatakan, kunjungan wisman sepanjang Januari-Desember 2021 sebanyak 1,56 juta kunjungan atau turun 61,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Pada Desember 2021, khususnya, jumlah kunjungan wisman mencapai 163.620 kunjungan atau naik 8,66 persen dibandingkan dengan November 2021. Jika dibandingkan dengan Desember 2020, jumlah kunjungan wisman pada Desember 2021 turun 0,28 persen.
Sejalan dengan mobilitas antarnegara yang terbatas, dia menyebutkan, penerbangan internasional ikut terdampak. Jumlah penumpang internasional selama Januari-Desember 2021 sebanyak 627.900 orang atau turun 82,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020. Dari sisi penerbangan domestik, selama Januari-Desember 2020, jumlah penumpangnya sebanyak 30,1 juta orang atau turun 7,18 persen.
Dari sektor angkutan laut, selama Januari-Desember 2021, jumlah penumpang mencapai 15 juta orang atau naik 5,59 persen dibanding periode sama tahun 2020. Sementara pada Januari-Desember 2021, jumlah penumpang kereta api tercatat sebanyak 149,8 juta orang atau turun 19,54 persen dibanding periode yang sama tahun 2020.
”Pemulihan ekonomi masih amat tergantung dari kesehatan atau penanganan pandemi Covid-19. Setelah itu tercipta, mobilitas warga akan kembali pulih,” kata Margo.