PT XL Axiata Tbk harus menyediakan dana untuk melakukan penawaran tender wajib atau ”mandatory tender offer”.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT XL Axiata Tbk harus menyediakan dana untuk melakukan penawaran tender wajib atau mandatory tender offer. Penawaran tender wajib ini dilakukan setelah XL Axiata menjadi pemegang saham pengendali dari PT Link Net Tbk. XL Axiata mengakuisisi 66,03 persen saham Link Net yang sebelumnya dimiliki oleh Asia Link Dewa Pte Ltd dan Grup Lippo melalui PT First Media Tbk Grup Lippo senilai Rp 8,72 triliun.
Penawaran tender wajib merupakan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan dan dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada para pemegang saham lain untuk menjual saham kepada XL Axiata. Berdasarkan pengalaman penawaran tender wajib yang telah dilakukan oleh emiten, proses ini dapat berlangsung selama 6 bulan hingga 1 tahun.
Analis RHB Sekuritas, Michael W Setjoadi dan Marco Antonius, dalam risetnya yang dikeluarkan pada Jumat (28/1/2022) memperkirakan XL Axiata perlu menyediakan dana sebanyaknya sekitar Rp 1,36 triliun untuk melaksanakan penawaran tender ini. Adapun nilai penawaran tender itu berdasarkan asumsi harga pelaksanaan tender wajib pada harga Rp 4.800 per saham.
”Saat ini, harga saham diperdagangkan pada 5,4 kali dari EV/EBITDA. Sementara perusahaan lain sejenis valuasinya berada pada rata-rata 8,4 kali, berarti ada 56 persen premium terhadap valuasi Link saat ini. Premium EBITDA marjin Link terkait dengan merek yang kuat dengan pelanggan yang loyal walaupun banyak pemain baru fiber to the x (FFTx) yang masuk industri tersebut, khususnya di kawasan urban,” lanjut Michael. EV/EBITDA merupakan rasio valuasi yang dipergunakan untuk menilai apakah sebuah perusahaan mahal atau murah berdasarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba usaha atau kas operasional.
Dalam riset tersebut, Michael dan Marco menambahkan, Link juga memiliki portofolio yang tersebar luas mulai dari kanal premium yang dapat dikembangkan oleh XL untuk menyediakan tiga paket, seperti televisi kabel, fixed broadband (FBB), dan selular broadband.
Pelepasan saham perdana
Harga saham perusahaan yang memproduksi mur dan baut dari Tangerang, PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk ditutup naik 35 persen pada perdagangan perdananya. Mitra Angkasa melepaskan 30,21 persen saham ke publik melalui bursa.
Pada penutupan perdagangan Jumat (28/1) saham Mitra Angkasa ditutup pada harga Rp 135, naik dari harga perdananya Rp 100 per saham. Hasil penawaran saham perdana ini akan digunakan untuk modal kerja.
“Dalam aksi korporasi ini, perseroan melepas 1,45 miliar saham atau setara 30,21 persen dengan harga penawaran Rp 100 per saham. Sehingga total dana hasil IPO yang diraih mencapai Rp 145 miliar,” kata Direktur Utama Mitra Angkasa Simon Hendiawan.
Penawaran saham perdana ini juga mengalami kelebihan permintaan sebanyak 38,23 kali. Mitra Angkasa merupakan emiten baru kelima yang masuk BEI pada awal tahun ini.
Sementara itu, setelah sempat tertunda penawaran saham kepada publik PT Adhi Commuter Properti akhirnya ditetapkan. Pencatatan saham anak usaha PT Adhi Karya Tbk ini dijadwalkan dilakukan pada 23 Februari 2022 mendatang.
Adhi Commuter akan melepaskan 8,01 miliar saham atau setara dengan 28,6 persen modal ditempatkan dan disetorkan penuh. Saham tersebut ditawarkan dalam kisaran Rp 130-200 per saham. Sehingga dana publik yang dapat diraup dari penawaran saham ini antara Rp 1,04-Rp 1,6 triliun.
Adapun dana hasil penawaran saham itu akan digunakan untuk pengembangan proyek sebanyak 45 persen, akuisis lahan baru sebanyak 35 persen dan sisanya akan digunakan untuk pembayaran kembali pokok obligasi seri A.