Arang dari Sumut Tembus Pasar Jepang, Permintaan Tinggi Belum Terpenuhi
Arang barbeku dari Sumut tembus pasar Jepang. Permintaan arang cukup besar, tetapi baru sebagian bisa dipenuhi. Komoditas pertanian baru membuat Sumut optimistis meningkatkan nilai ekspor pertanian 35 persen tahun ini.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS —Arang untuk barbeku dari Sumatera Utara berhasil menembus pasar Jepang. Permintaan arang berkalori tinggi itu cukup besar, tetapi baru sebagian yang bisa dipenuhi. Munculnya berbagai komoditas pertanian baru membuat Sumut optimistis bisa meningkatkan nilai ekspor pertanian 35 persen tahun ini.
”Berbagai komoditas baru dari Sumut terus bermunculan dan menembus pasar ekspor. Ini adalah peluang yang sangat besar untuk menopang ekonomi daerah yang dihantam pandemi Covid-19,” kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan Andi PM Yusmanto saat melepas ekspor arang di Kawasan Industri Medan, Jumat (28/1/2022).
Andi menyebut, ekspor itu merupakan yang pertama ke Jepang. Perusahaan eksportir arang, PT Bio Energi Rimba, mengekspor 51,5 ton arang dengan nilai Rp 140,6 juta. Sebelumnya, perusahaan itu hanya mengekspor arang ke Korea Selatan sejak 2019.
Andi mengatakan, nilai ekspor komoditas pertanian Sumut sepanjang 2021 mencapai Rp 28,9 triliun atau naik 22,05 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp 22,6 triliun. ”Melihat makin bergairahnya ekspor pertanian dari Sumut, kami targetkan tahun ini nilai ekspor bisa meningkat 35 persen,” ujarnya.
Menurut Andi, berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor. Selain dengan memperbanyak jenis komoditas, volume ekspor dari komoditas unggulan terus ditingkatkan. Sejumlah perusahaan pun mulai mendirikan pabrik pengolahan.
Awal tahun ini, sudah ada pabrik durian dan porang yang didirikan untuk menyasar pasar ekspor. Dengan pengolahan itu, kata Andi, daerah akan menikmati nilai tambah yang lebih besar dari ekspor pertanian.
Andi menjelaskan, salah satu tantangan ekspor saat ini adalah kelangkaan peti kemas. Kelangkaan terjadi karena berkurangnya frekuensi pelayaran selama pandemi yang membuat pertukaran peti kemas menjadi lambat. Beberapa pengiriman pun tertunda akibat kelangkaan ini.
Andi juga mengingatkan agar ekspor komoditas baru jangan berhenti hanya pada acara ekspor perdana. Ia mencontohkan ekspor jengkol dan petai yang dilakukan pertama kali tahun lalu. Namun, hingga kini ekspor tidak berkelanjutan lagi.
Ekspor komoditas baru jangan berhenti hanya pada acara ekspor perdana. (Andi PM Yusmanto)
Riduwan, pemilik PT Bio Energi Rimba, mengatakan, pasar arang berkualitas tinggi sangat besar di sejumlah negara. ”Pembeli dari Jepang sebenarnya meminta pengiriman arang sebanyak 80 peti kemas (satu peti kemas 17,15 ton) sepanjang 2022 ini. Namun, kami hanya sanggup memenuhi 20 peti kemas,” kata Riduwan.
Riduwan mulai merintis ekspor arang setelah mendengar bahwa Korea Selatan dan Jepang kekurangan arang berkalori tinggi untuk keperluan barbeku makanan premium. Ia pun mulai membuat arang, tetapi selalu ditolak karena menghasilkan asap dan api yang terlalu banyak.
Riduwan pun mulai meningkatkan teknologi pembuatan arang dengan pembakaran yang lebih baik sehingga bisa menghasilkan arang berkalori tinggi tanpa asap, api, ataupun bahan kimia. Asap hasil pembuatan arang pun didestilasi untuk menghasilkan pupuk cair. Demikian juga dengan abu hasil pembakaran digunakan untuk pupuk. Proses produksi yang ramah lingkungan membuat komoditas itu lebih mudah diterima pasar.
Riduwan mengatakan, saat ini perusahaan masih terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi agar bisa memenuhi permintaan pasar. Bahan baku arang diambil dari usaha mikro, kecil, dan menengah dari Kabupaten Deli Serdang, Langkat, dan beberapa daerah di Aceh.
Direktur Pengembangan dan Operasional PT Kawasan Industri Medan M Hita Tunggal menyampaikan, pihaknya terus mendorong peningkatan produksi industri-industri berbasis ekspor. Mereka juga menyediakan depot peti kemas untuk mengurangi kelangkaan yang terjadi selama pandemi.