Harga saham sejumlah emiten pengelola rumah sakit di Bursa Efek Indonesia menguat seiring meningkatnya kasus Covid-19 belakangan ini.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 terus bertambah pekan ini. Tingkat okupansi rumah sakit di Jakarta, misalnya, telah mencapai 45 persen. Situasi itu mendorong para investor di pasar modal untuk membeli saham-saham rumah sakit.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, hingga Rabu (27/1/2022) terkonfirmasi 7.010 orang terjangkit Covid-19, sebanyak 3.509 orang di antaranya berasal dari Jakarta. Jumlah pasien yang terkonfirmasi positif melonjak pesat dibandingkan data hari Selasa (26/1/2022) yang tercatat 4.878 orang. Angka positif 7.010 orang merupakan tertinggi sejak empat bulan lalu.
Pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/1/2022), saham emiten pengelola rumah sakit kembali menguat. Saham RS Royal Prima Tbk, misalnya, menguat 2,04 persen menjadi Rp 400 per saham setelah pada pembukaan perdagangan sempat naik hingga 7 persen. Dalam satu pekan, saham Royal Prima sudah naik 17,54 persen.
Demikian pula dengan saham pengelola RS Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, yang naik 2,78 persen menjadi Rp 296 per saham, kemarin saham ini naik 5,88 persen. Saham pengelola rumah sakit Siloam juga naik, yakni 5,31 persen, menjadi Rp 8.425 per saham.
Adapun saham PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, pengelola rumah sakit Mitra Keluarga, naik 0,42 persen menjadi Rp 2.380 per saham. Sementara saham pengelola rumah sakit Hermina, PT Medikaloka Hermina Tbk, justru turun 1,33 persen menjadi Rp 1.115 per saham.
Tim analis RHB Sekuritas berpendapat, katalis pada sektor rumah sakit dan farmasi sudah terbatas pada tahun 2022. Alasannya, situasi pandemi Covid-19 dinilai sudah membaik. Margin dari rumah sakit menciut karena penurunan kasus Covid-19.
”Kesadaran kesehatan yang makin tinggi juga membuat pendapatan dari perusahaan farmasi masih ada ruang, tetapi pertumbuhan laba mungkin sudah terbatas karena keterbatasan perusahaan farmasi untuk mengalihkan kenaikan harga,” demikian riset RHB.
Suntikan vaksin yang masif juga membantu membatasi penularan. ”Kami memperkirakan sekitar 70 persen penduduk Indonesia sudah mendapatkan vaksin lengkap pada triwulan II-2022. Kenaikan pasien non-Covid-19 akan menjadi faktor mitigasi pada 2022, tetapi tidak akan cukup untuk menggantikan permintaan yang terkait dengan Covid-19. Karena itu, kami memperkirakan pendapatan pengelola rumah sakit juga menurun pada 2022 dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” papar riset tersebut.