Pertemuan perwakilan komunitas bisnis negara-negara anggota G-20 atau forum B-20 menjadi ajang untuk membahas gagasan, aksi nyata, sekaligus membuka peluang investasi guna mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif.
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi global dibutuhkan untuk mewujudkan pemulihan ekonomi dunia di tengah pandemi Covid-19 yang belum berlalu. Pertemuan perwakilan komunitas bisnis negara-negara anggota G-20 atau forum B-20 menjadi ajang untuk membahas gagasan, aksi nyata, sekaligus membuka peluang investasi guna mendorong pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam pidatonya pada peresmian pembukaan pertemuan perdana atau inception meeting forum B-20 yang diselenggarakan secara hibrida, Kamis (27/1/2022) malam, Presiden Joko Widodo menyatakan pandemi Covid-19 tidak hanya membawa masalah, tetapi juga peluang.
”Kita harus menggunakan peluang itu untuk mewujudkan tata kelola yang lebih adil yang memberikan kesejahteraan dan ekonomi lebih inklusif dan berkelanjutan,” kata Presiden dari Istana Kepresidenan Bogor.
Hal tersebut sejalan dengan tiga fokus pilar Presidensi G-20 Indonesia, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital, dan transisi energi. Ketiga agenda ini menjadi acuan untuk mewujudkan tema Presidensi G-20 Indonesia, yaitu pulih bersama.
Presiden mengakui, transisi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan merupakan tanggung jawab besar sekaligus memberi peluang besar. Karena itu, potensi di sektor energi baru terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk untuk pendanaan dan investasi.
Indonesia pun membuka pintu bekerja sama dengan para pemimpin bisnis global yang tergabung di forum B-20. Presiden menyampaikan sejumlah peluang investasi Indonesia di sejumlah sektor, seperti energi baru terbarukan dan industri hijau, ekonomi digital, serta arsitektur kesehatan global.
Dengan jumlah penduduk besar dan daya beli yang terus meningkat, Presiden memaparkan daya tarik investasi di sektor digital. Ia memberikan perhatian pada pengembangan teknologi digital di Indonesia, terutama yang berkontribusi langsung pada pemberdayaan UMKM dan pengembangan sumber daya manusia.
Sejalan dengan presidensi G-20 yang akan fokus pada pembenahan arsitektur kesehatan global agar lebih inklusif dan tanggap terhadap krisis, Presiden juga mengajak komunitas B-20 untuk berkolaborasi memobilisasi sumber daya, membiayai inovasi, serta mendorong akses produksi vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan yang lebih merata.
Indonesia juga mendorong peningkatan investasi di sektor kesehatan guna memenuhi kebutuhan dalam negeri serta untuk memperkuat sistem kesehatan global. ”Saya sangat berharap komunitas B-20 akan memberikan tawaran konkret yang bisa menjadi bagian capaian konkret KTT G-20. Kemitraan publik dan swasta global harus kita orkestrasi untuk memberikan solusi global,” ucap Presiden Jokowi.
Adapun di sektor energi baru terbarukan, Presiden memaparkan, Indonesia mempunyai potensi sebesar 418 gigawatt, baik yang bersumber air, panas bumi, angin, maupun matahari. Selain itu, kekayaan sumber daya mineral logam, seperti nikel, bauksit, timah, dan tembaga, juga dapat menyuplai kebutuhan dunia.
Namun, Presiden menegaskan, kebijakan pemerintah tidak akan menyediakan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk bahan jadi dan setengah jadi. Hal ini membuka peluang investasi sekaligus berkontribusi memperbaiki neraca dagang Indonesia.
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan, presidensi Indonesia menawarkan kesempatan besar untuk mendorong kolaborasi global yang inklusif. Salah satu aspek yang ia tekankan adalah kebutuhan pascapandemi untuk mengembangkan arsitektur kesehatan global yang berbasis riset sains. Di tengah pandemi, hal itu disebutnya akan menjadi warisan peninggalan forum G-20 yang berharga.
”Dengan kepemimpinan politik yang kuat, kita bisa mendorong pemahaman untuk mencegah krisis kesehatan dan terjadinya pandemi lain di masa depan. Kita juga harus bekerja sama untuk memastikan kemajuan sains di bidang medis ini bisa membawa keadilan bagi orang-orang yang paling membutuhkan di negara-negara kurang mampu,” papar Blair.
Ia menegaskan, dunia usaha Inggris memiliki antusiasme besar untuk berkolaborasi dengan Indonesia dalam mengembangkan infrastruktur kesehatan global ini. ”Kami siap mendukung Indonesia membentuk aliansi kesehatan global, termasuk mendorong forum B-20 untuk mendorong pengembangan industri kesehatan dan membawa deklarasi G-20 ini dari teori ke praktik,” katanya.
Sementara itu, Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwab menekankan pentingnya upaya kolaborasi dan inovasi dalam mengatasi permasalahan iklim yang dapat berujung pada terhambatnya pemulihan ekonomi global secara berkelanjutan.
Transisi energi tidak akan terjadi tanpa adanya kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang. Negara maju seyogianya tidak hanya memaksa negara berkembang untuk melakukan transisi energi, tetapi juga perlu berkontribusi, baik dari sisi pembiayaan maupun alih teknologi.
”Hasil konkret terkait transisi energi tidak akan terwujud tanpa adanya kerja sama di antara para pemerintah negara di dunia. Setiap negara tidak dapat bekerja sendiri untuk mewujudkan transisi energi, perlu ada kerja sama yang baik secara domestik ataupun global,” kata Schwab.
Gagasan konkret
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menekankan, forum B-20 harus dapat menghasilkan gagasan yang dapat diterjemahkan menjadi kebijakan konkret bagi para pemangku kebijakan negara anggota G-20.
Di samping itu, penyelenggaraan B-20 harus bisa menghasilkan rekomendasi kebijakan efektif dalam mendorong digitalisasi, terutama bagi sektor UMKM, agar ekonomi digital dapat makin inklusif. Dengan begitu, forum G-20 merumuskan kebijakan untuk menciptakan kondisi untuk investasi berkelanjutan, terutama untuk infrastruktur digital.
”B-20 diharapkan dapat membagi saran dalam menyiapkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk ekonomi digital di masa depan,” ujarnya.
Adapun Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengajak pelaku usaha dari semua negara anggota G-20 untuk menjadikan forum B-20 sebagai ajang berdiskusi dan meningkatkan kerja sama guna mencapai pemulihan ekonomi global yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Ia menekankan, ajang B-20 tidak hanya ditujukan untuk kepentingan sekelompok elite bisnis global, tetapi terbuka bagi pelaku UMKM. ”Forum B-20 ini kami tujukan untuk semua warga dunia dan para pelaku UMKM agar ikut serta mendapat manfaat positif dari kerja sama ini dan membawa dampak sosial-ekonomi bagi negara-negara anggota G-20,” kata Arsjad.
Lebih lanjut, untuk menarik investasi di sejumlah sektor, sepanjang presidensi G-20 pada tahun ini, Kadin berencana menggelar berbagai acara sampingan di berbagai lokasi di Indonesia. ”Kami membuka pintu bagi dunia. Harapan kami, ini dapat membuka peluang investasi bagi Indonesia, dari sektor layanan kesehatan, investasi di ibu kota negara baru kita, sampai di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Editor:
MUHAMMAD FAJAR MARTA
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.