Menteri BUMN: ID Food Fokus sebagai ”Offtaker” dan Kembangkan Pasar
ID Food dibentuk untuk berperan sebagai ”offtaker” dan berorientasi pada pasar. ID Food juga akan menggarap produk-produk bernilai tambah untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran ID Food atau holding badan usaha milik negara kluster pangan berbeda dengan Perum Bulog. ID Food akan berfokus sebagai offtaker atau penjamin serapan hasil panen petani, peternak, dan nelayan serta berorientasi pada pasar.
Kementerian Badan Usaha Milik Negera (BUMN) resmi meluncurkan ID Food pada 12 januari 2022. ID Food merupakan gabungan tujuh BUMN yang menangani pangan serta dua BUMN yang memiliki lini usaha perdagangan dan logistik.
BUMN-BUMN itu adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI, PT Pertani (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero) atau SHS, PT Garam (Persero), PT Perikanan Nusantara (Persero) atau Perinus, Perum Perikanan Indonesia (Perindo), PT Berdikari (Persero), BGR Logistics, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) atau PPI.
Menteri BUMN Erick Thohir, Selasa (25/1/2022), mengatakan, perusahan induk (holding) pangan ID Food memiliki peran yang berbeda dengan Perum Bulog. Peran Bulog adalah sebagai stabilisator harga dan stok pangan.
”Adapun ID Food dibentuk untuk berperan sebagai offtaker dan berorientasi pada pasar,” kata Erick dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR yang digelar secara hibrida di Jakarta.
ID Food dibentuk untuk berperan sebagai offtaker dan berorientasi pada pasar.
Erick mencontohkan, Perinus dan Perindo, ke depan, tidak perlu lagi memiliki kapal-kapal yang bisa menyaingi nelayan. Mereka harus menjadi offtaker dan mendampingi nelayan menghasilkan produk-produk berkualitas dan berstandardisasi.
Salah satu produk yang sudah distandardisasi adalah gurita. Gurita itu diekspor tidak dalam bentuk mentah, tetapi dikukus dan diberi kemasan.
Begitu juga dengan PT SHS. Perusahaan tersebut, lanjut Erick, tidak perlu berkompetisi untuk menghasilkan produk-produk beras yang sama dengan beras petani. PT SHS bisa memproduksi beras berkualitas tinggi dan kemasan premium untuk diekspor ke Timur Tengah.
”Jadi, peran ID Food menjadi offtaker, tidak untuk menyaingi nelayan, petani, dan peternak,” ujarnya.
Menurut Erick, ID Food juga menggulirkan program pendampingan dan pembiayaan bersama sejumlah BUMN lain. Salah satunya adalah program Makmur yang digarap ID Food bersama sejumlah bank milik negara dan PT Pupuk Indonesia (Persero).
Bank milik negara memberikan pinjaman kepada petani, PT SHS dan Pupuk Indonesia menyediakan bibit dan pupuk, sedangkan PT RNI menyerap hasil panennya. Upaya ini dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar 30 persen.
”Realisasi program Makmur telah melebihi target dari 50.000 hektar menjadi 85.000 hektar. Fokusnya juga tidak hanya beras, tetapi juga tebu dan jagung,” katanya.
Perusahaan-perusahaan pelat merah yang tergabung dalam ID Food ini telah mengekspor sejumlah produk dari petani dan nelayan mitra. Perindo, misalnya, sepanjang 2021, telah mengekspor 150 ton ikan kembung ke Thailand, 132 ton whole steam octopus (gurita utuh kukus) ke Amerika Serikat, 30 ton gurita ke Jepang, dan 25 ton ikan setuhuk (black marlin) ke Filipina.
Begitu juga dengan PT PPI. Perseroan tersebut akan mengekspor produk kopi dari petani dan UKM binaan PPI ke Mesir mulai Januari ini. Ekspor kopi itu sebanyak 3.000 ton untuk periode Januari-Desember 2022.
”Hal ini menjadi pijakan bagi ID Food bersama PPI untuk memperluas akses pasar produk-produk Indonesia ke Afrika, Eropa, dan Timur Tengah,” kata Direktur PT PPI Nina Sulistyowati.
Selain itu, lanjut Nina, PPI juga turut berperan sebagai Badan Pelaksana Imbal Dagang Indonesia untuk meningkatkan kerja sama perdagangan berskema imbal dagang bisnis untuk bisnis atau B-to-B dengan pelaku usaha atau industri di negara lain.
Sejak pertengahan tahun lalu, PPI telah menandatangi nota kesepahaman (MoU) imbal dagang dengan lima negara, yaitu Meksiko, Mesir, Rusia, Jerman, dan Belanda. Pada tahun ini, PPI telah sepakat dengan Badan Pelaksana Imbal Dagang Meksiko untuk sama-sama mengekspor sejumlah produk dalam skema imbal dagang.
”Meksiko berencana mengekspor minyak kanola, sedangkan Indonesia akan mengirimkan pala, bunga lawang, dan mi instan. Nilai kontrak imbal dagang dengan Meksiko itu mencapai 150.000 dollar AS,” ujarnya.