Kapitalisasi pasar dari emiten-emiten teknologi semakin besar. Pertumbuhan harga saham membuat kapitalisasi pasar semakin meningkat.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·4 menit baca
Kapitalisasi pasar dari emiten-emiten teknologi semakin besar. Pertumbuhan harga saham membuat kapitalisasi pasar semakin meningkat. Ada enam perusahaan teknologi yang masuk ke daftar 50 perusahaan berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia.
”Tech company mulai mendominasi dan menempati posisi strategis. Bukalapak, misalnya, baru masuk tetapi sudah menempati posisi ke-42 dari 768 perusahaan yang tercatat di bursa,” kata Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna dalam Seminar Pencapaian Pasar Modal 2021, Selasa (25/1/2022).
Keenam perusahaan teknologi yang kapitalisasi pasarnya besar adalah Bank Jago Tbk dengan kapitalisasi mencapai Rp 219,5 triliun. Kapitalisasi pasar Bank Jago hanya berbeda tipis dengan PT Astra International Tbk yang sebesar Rp 220 triliun, bahkan mengalahkan PT Unilever Tbk dengan kapitalisasi pasar Rp 155 triliun. Dalam tiga tahun terakhir, harga saham Bank Jago naik 2.582 persen.
Lalu, ada juga PT Elang Mahkota Teknologi Tbk pada posisi ke-9 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 139,63 triliun. Disusul PT DCI Indonesia Tbk pada posisi ke-12 dengan kapitalisasi pasar Rp 104,83 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk pada posisi ke-24 dengan kapitalisasi pasar Rp 69,3 triliun, dan PT Bukalapak.com Tbk pada posisi ke-42 dengan kapitalisasi pasar Rp 44,32 triliun.
”Perusahaan teknologi seperti ini merupakan new economy, padat teknologi sehingga perlu perlakuan khusus yang tidak bisa disamakan dengan perusahaan pada umumnya,” kata Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Edi Broto Suwarno.
Nyoman menambahkan, pertumbuhan perusahaan teknologi menjadi salah satu pertimbangan bursa dan OJK untuk mengubah Peraturan Nomor 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat (Peraturan I-A 2021). Aturan ini sudah berlaku sejak 21 Desember 2021. Aturan ini memungkinkan perusahaan yang padat teknologi untuk mengakses pendanaan melalui bursa.
Selain itu, BEI juga mengatur tentang multiple voting shares yang memungkinkan para pendiri perusahaan teknologi masih memiliki hak suara yang besar walau kepemilikan sahamnya sudah tidak besar lagi.
Bahas SPAC
BEI dan OJK juga terus memperbarui dan menyesuaikan aturan-aturan selaras dengan praktik yang banyak dilakukan di bursa lain. Misalnya, penggunaaan perusahaan cangkang untuk masuk ke bursa (special purpose acquisition company/SPAC). SPAC biasa digunakan perusahaan teknologi untuk masuk bursa karena proses yang lebih cepat dan lebih murah jika dibandingkan dengan cara konvensional.
Nyoman mengataan, SPAC memungkinkan beberapa sponsor untuk membentuk perusahaan kosong yang belum memiliki bisnis. Perusahaan ini akan mengakuisisi perusahaan lain yang sesuai dengan prospektus. Di Amerika Serikat, SPAC harus bubar dalam waktu dua tahun jika tidak ada perusahaan yang diakuisisi.
”Soal SPAC ini kami sudah melakukan kajian bersama OJK tahun lalu dan sudah selesai. Termasuk dalam memetakan legal issue atau supporting legal apa lagi yang dibutuhkan, ini sudah kami petakan, sudah selesai,” kata Nyoman. Mekanisme penggunaan SPAC lazim digunakan di bursa AS dan tidak tertutup kemungkinan BEI mengadopsi mekanisme ini.
Sementara itu, harga barang komoditas energi masih akan menguat pada tahun ini. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat menjadi pemberat dan membuat harga komoditas terkoreksi. Kondisi seperti krisis energi di Eropa, juga perkembangan pandemi Covid-19 serta penangangannya akan berdampak pada harga komoditas, terutama komoditas yang terkait dengan energi.
“Kalau dilihat, tren harga komoditas energi masih akan cenderung menguat. Misalnya, harga minyak mentah sudah mencapai 80 dollar AS per barrel, harga ini merupakan harga rata-rata tertinggi dalam 7 tahun terakhir. Selain itu, harga gas alam sudah di atas 5 dollar AS per mmbtu juga tertinggi dalam 7 tahun. Batubara, hampir mencapai 225 dollar AS per ton tertinggi lebih dari 10 tahun,” kata Girta Yoga, Reaserch and Development ICDX ketika memaparkan tentang outlook harga komoditas, Selasa (25/1).
Pergerakan harga komoditas energi juga dipengaruhi oleh perkembangan kebutuhan energi di Eropa. Saat ini Eropa sedang berada dalam musim dingin sehingga permintaan minyak bumi tinggi. Maret mendatang, ketika sudah masuk musim semi, kebutuhan akan berkurang. Selain itu, Covid juga masih memengaruhi.
“Dampak Covid-19 terhadap perdagangan komoditas terkait dengan para pekerja yang bekerja dalam komoditas tersebut. Ketika terjadi penularan, lalu diberlakukan pembatasan yang berdampak pada pengurangan tenaga kerja, akan terjadi penurunan produksi atau gangguan distribusi, itu juga akan memengaruhi harga komoditas,” kata Vice President of Reaserch and Development ICDX Isa Djohari menambahkan.
Di Bursa Efek Indonesia, saham-saham batubara melemah pada perdagangan Selasa (25/1) karena para investor ambil untung. Saham PT Indika Energy Tbk turun 4,8 persen menjadi Rp 1.885, sebelumya saham Indikan naik 24 persen. Sedangkan saham PT Delta Dunia Makmur Tbk turun 6,25 persen menjadi Rp 258 setelah awal pekan naik 15 persen. Demikian pula dengan saham PT Adaro Energy Tbk yang turun 2,6 persen menjadi Rp 2.210.