PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berencana membeli kembali sahamnya (”buyback”) dengan jumlah sekitar Rp 3 triliun. Langkah tersebut akan dilakukan secara bertahap dan sekaligus.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berencana membeli kembali sahamnya (buyback) dengan jumlah sekitar Rp 3 triliun. Langkah tersebut akan dilakukan secara bertahap dansekaligus, selambatnya selesai 18 bulan sejak tanggal dilaksanakannya rapat umum pemegang saham tahunan tahun 2022.
BRI telah menjadwalkan pelaksanaan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 1 Maret 2022. Investor yang dapat menghadiri merupakan investor yang tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada 4 Februari 2022. Dengan demikian, BRI diperkirakan melakukan buyback dalam periode 1 Maret 2022 sampai 31 Agustus 2023.
”Jumlah nilai nominal seluruh buyback diperkirakan sebesarnya Rp 3.000.000.000.000. Buyback dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia, baik secara bertahap maupun sekaligus, dan diselesaikan paling lambat 18 bulan sejak tanggal rapat umum pemegang saham tahunan tahun 2022,” demikian keterangan dari Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto, Senin (24/1).
Aksi korporasi itu juga akan dilaksanakan setelah memperoleh persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan memperhatikan kondisi likuiditas serta permodalan perseroan dan peraturan yang berlaku.
Dari penjelasan manajemen BRI, aksi korporasi buyback itu diyakini tidak memengaruhi kondisi keuangan BBRI. Alasannya, modal kerja, sampai dengan saat ini, memadai untuk membiayai kegiatan usaha. Dana pembelian saham tersebut akan diambil dari kas internal.
”Pelaksanaan buyback diyakini tidak akan berdampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha perseroan. Dalam hal ini, modal kerja, cash flow, dan capital adequacy ratio (CAR) cukup untuk pembiayaan buyback bersamaan dengan kegiatan usaha perseroan,” demikian disampaikan manajemen BRI kepada Bursa Efek Indonesia. Menurut rencana, saham yang dikumpulkan dari hasil buyback itu akan digunakan untuk program kepemilikan saham pekerja dan/atau Direksi dan Dewan Komisaris BRI.
Sementara itu, para analis dari CGS CIMB Sekuritas berpendapat, perubahan skema kredit usaha rakyat tanpa jaminan yang naik pagunya dari Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta tidak akan banyak memengaruhi bisnis BRI. ”Hal itu akan digantikan dengan efisiensi yang lebih tinggi,” demikian riset dari CGS.
Walaupun ada perubahan skema, para analis tidak melihat ada kenaikan risiko sehingga dapat menurunkan perkiraan perolehan laba BRI.